tag:blogger.com,1999:blog-72793232572307289362024-03-14T19:25:09.546-07:00KHUTBAH JUMATChoirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.comBlogger109125tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-21509232702534282502024-01-11T17:45:00.000-08:002024-01-11T17:45:38.989-08:00 SABAR DAN SHALAT SEBAGAI PENOLONG<p align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: center;"><b><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Oleh: Drs. H. Ahmad Yani<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #292929; direction: rtl; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Adobe Arabic", serif; font-size: 20pt;">اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللَّهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Adobe Arabic", serif; font-size: 20pt;"><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px;"><b><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 18.4px;">Kaum Muslimin Yang Berbahagia.<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Dalam hidup ini, manusia tidak lepas dari berbagai persoalan, satu masalah belum selesai, sudah datang masalah baru yang kadang lebih besar dan lebih sulit. Ini merupakan ujian yang harus dihadapi. Tidaklah Allah swt memberikan ujian, kecuali manusia bisa menghadapi dan mengatasinya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Meskipun demikian, manusia memerlukan pertolongan untuk bisa mengatasi persoalan yang dihadapi, ternyata Allah swt mengemukakan apa yang harus dilakukan sebagai sarana untuk dijadikan sebagai penolong. Allah swt berfirman:<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #292929; direction: rtl; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify;"><i><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar</span></i><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><i><span dir="RTL" face=""Arial",sans-serif" lang="AR-SA" style="font-size: 12pt;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>.</span></i><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><i><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> (QS Al Baqarah [2]:153).<o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Dari ayat di atas, ada dua hal yang dapat dijadikan oleh setiap mukmin sebagai penolong untuk bisa menghadapi dan mengatasi persoalan yang dihadapi. Maka, menjadi penting bagi kita untuk mengkajinya. <b><i>Pertama,</i></b> sabar<b>. </b>Dalam hidup dan perjuangan, manusia membutuhkan penguatan rohani agar dapat ,menjalaninya dengan baik. Untuk itu, manusia membutuhkan pertolongan dan ternyata, Allah swt menegaskan betapa pentingnya menjadikan sabar sebagai penolongnya.<b><o:p></o:p></b></span></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Secara harfiyah, sabar berasal dari kata <i>sabara-yasbiru-sabran</i> yang artinya menahan atau mengekang. Sabar adalah menahan diri dari bersikap, berbicara dan bertingkah laku yang tidak dibenarkan oleh Allah swt dalam berbagai keadaan yang sulit, berat dan mencemaskan. Sabar juga bermakna ketabahan dalam menerima suatu kesulitan dan kepahitan, baik secara jasmani seperti menanggung beban dengan badan berupa beratnya suatu pekerjaan, sakit, dll, maupun rohani seperti menahan keinginan yang tidak benar. Sabar menjadi penolong karena menurut <b>Wahbah Zuhaili</b>, ia adalah faktor mental yang kuat pengaruhnya terhadap jiwa. Sabar memperkuat tekad dan meneguhkan kemauan dalam menanggung segala kesukaran, apalagi Allah swt selalu bersama orang yang sabar<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Di dalam kata sabar mengandung makna yang sedemikian luas dalam berbagai keadaan sehingga istilahnyapun berbeda-beda. Ketika seseorang mendapatkan musibah maka ia harus sabar yang lawannya adalah <i>jaza’u</i> (keluh kesah). Ketika ia hidup berkecukupan atau berlebihan, maka ia harus mengendalikan nafsu yang disebut dengan <i>zuhud</i> yang kebalikannya adalah serakah (<i>al hirshu</i>). Jika ia menghadapi peperangan kesabarannya disebut dengan <i>syaja’ah</i> (berani), bukan <i>jubnu</i> (takut, pengecut), jika ia sedang marah kesabarannya adalah lemah lembut (<i>al hilmu</i>) yang lawannya adalah emosional (<i>tadzammur</i>), jika ia menghadapi bencana, maka sabarnya adalah lapang dada, jika ia menyimpan perkataan (rahasia), maka sabarnya adalah <i>kitmanus sirri</i>, jika ia memperoleh sesuatu yang tidak banyak, maka sabarnya adalah <i>qona’ah</i> (menerima).<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Setiap manusia memiliki kebutuhan konsumsi, ia harus berusaha memenuhinya dengan sungguh-sungguh dan penuh kesabaran, namun Allah swt kadangkala menguji manusiaah, yakni sesuatu yang tidak menyenangkan menimpa seseorang. Bila musibah menimpa, sebagai muslim idealnya menyikapinya dengan penuh kesabaran yang ditunjukkan dengan mengucapkan bahwa segala sesuatu dari Allah dan akan kembali kepada-Nya, Allah swt berfirman:<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #292929; direction: rtl; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.2pt; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْسٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوا إِنَّا ِللهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify;"><i><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali” (QS 2:155-156).<o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Membangun umat yang kuat merupakan sesuatu yang amat dibutuhkan oleh kaum muslimin. Kekuatan rohani atau kekuatan mental yang dimiliki bisa jadi akan menimbulkan kekuatan fisik. Kesabaran merupakan salah satu sifat yang bisa meningkatkan kekuatan umat Islam hingga berlipat-lipat, Allah swt berfirman:<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #292929; direction: rtl; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.2pt; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">يَآءَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُوْنَ صَابِرُوْنَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِّنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَّيَفْقَهُوْنَ</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify;"><i><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, sebabkan mereka kaum yang tidak mengerti (QS Al Anfal [8]:65).<o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;"> Dalam konteks berjuang, sabar dan menguatkan kesabaran menjadi kunci keberhasilan yang harus dilakukan, karenanya tidak ada istilah sabar itu terbatas, terus perbanyak dan perkuat, Allah swt berfirman:<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #292929; direction: rtl; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify;"><i><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung</span></i><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><i><span dir="RTL" face=""Arial",sans-serif" lang="AR-SA" style="font-size: 12pt;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>.</span></i><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><i><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> (QS Ali Imran [3]:200).<o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Dengan demikian, sabar menjadi penolong karena ia bisa menguatkan rohani, dari sini akan terwujud kekuatan berpikir dan kekuatan fisik yang membuatnya sanggup menghadapi berbagai persoalan hidup, seberat apapun persoalan itu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px;"><b><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 18.4px;">Sidang Jumat Rahimakumullah.<o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><i><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Kedua,</span></i></b><b><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;"> </span></b><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">selain sabar, amal yang bisa dijadikan sebagai penolong yang disebutkan dalam ayat di atas adalah shalat. Mendirikan shalat merupakan salah satu bentuk kebaikan yang ditegakkan dengan kehadiran jasmani, rohani dan akal pikiran. Karena itu shalat yang hanya dilaksanakan dengan gerakan fisik dan lisan yang komat-kamit tapi tanpa kehadiran hati tidaklah menunjukkan penyerahan dan pengorbanan diri, hal ini tidak termasuk kebajikan tapi justeru kelalaian, yakni lalai dalam shalatnya karena shalat menuntut penghayatan. Shalat menjadi penolong menurut <b>Wahbah Zuhaili</b> adalah karena shalat induk segala ibadah, jalan penghubung dengan Allah, sarana untuk bermunajat kepada-Nya dan merasakan keagungan-Nya. Ia adalah tempat perlindungan bagi orang yang takut, jalan bagi lenyapnya kesusahan orang-orang yang malang dan faktor ketenangan jiwa kaum beriman.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Bagi orang yang bertaqwa, shalat tidak sekadar dikerjakan, tapi didirikan, yakni ditegakkannya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya sehingga ketika seseorang sudah menunaikan shalat, misalnya shalat mendidik kita menjadi orang yang jujur, maka sesudah shalat kita akan selalu menunjukkan kejujuran, `begitulah seterusnya. Karenanya shalat yang demikian bisa mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar, Allah swt berfirman:<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #292929; direction: rtl; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify;"><i><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Ankabut [29]:45).<o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Sayyid Quthb</span></b><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;"> dalam tafsirnya menjelaskan: “Ketika usaha sedemikian sulit, maka kadang-kadang kesabaran menjadi lemah. Karena itulah, diiringkan shalat dalam kondisi seperti ini. Sebab, shalat adalah penolong yang tidak akan hilang dan bekal yang tidak akan habis. Shalat juga merupakan penolong yang akan selalu memperbaharui kekuatan dan bekal yang selalu memperbaiki hati. Dengan shalat ini, kesabaran akan tetap ada dan tidak akan terputus. Justeru shalat akan mempertebal kesabaran. Sehingga, akhirnya kaum muslimin akan ridha, tenang, teguh dan yakin.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Karena shalat begitu penting, maka kedudukan shalat sebagai tiang agama. Itu artinya, keislaman seseorang akan runtuh bila ia tidak disiplin melaksanakan dan mendirikan shalat, khususnya yang lima waktu. Shalat merupakan perintah dan syariat yang berlangsung pada setiap generasi, dari Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw. Misalnya saja, Nabi Ibrahim as berdoa dengan harapan agar keluarganya mendirikan shalat, ini disebutkan dalam firman-Nya:<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #292929; direction: rtl; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.2pt; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify;"><i><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim [14]:37).<o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Selain itu, ketika Nabi Isra Mi’raj dan mendapat perintah shalat 50 waktu, saat berjumpa dengan Nabi Musa as dan ditanya ada perintah apa?, Rasulullah saw menjawab perintah shalat 50 waktu. Maka Nabi Musa menyarankan kepada Rasulullah saw agar minta dikurangi, karena umatmnya saja tidak mampu. Itu artinya Nabi Musa as dan umatnya juga melaksanakan shalat.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Dengan demikian, ketika seorang muslim memiliki sifat sabar dalam arti yang luas dan selalu mendirikan shalat, maka ia mampu menghadapi berbagai persoalan dan ujian, baik ujian yang menyenangkan maupun ujian yang menyengsarakan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Demikian khutbah Jumat kita yang singkat hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, amin.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;"></span></p><p class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #292929; direction: rtl; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Adobe Arabic", serif; font-size: 18pt;">بَارَكَ اللَّهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Adobe Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></p><div><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Adobe Arabic", serif; font-size: 18pt;"><br /></span></b></div><div><b style="color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; text-align: center;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;">Ketua Departemen Dakwah PP DMI, Ketua LPPD Khairu Ummah, Wakil Ketua PB KBPII, Sekretaris Dewan Syura IKADI (Ikatan Dai Indonesia), Anggota Komisi Dakwah MUI Pusat, Bidang Dakwah KODI DKI Jakarta, Penulis 61 Buku, Trainer Dai, Manajemen Majelis Taklim dan Manajemen Masjid. Komunikasi WA 0812-9021-953</span></b></div><div><b style="color: #292929; font-family: Lora, serif; font-size: 20px; text-align: center;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN" style="font-size: 12pt;"><br /></span></b></div><div><span style="text-align: center;"><span face=""Arial",sans-serif" lang="IN"><span style="color: #292929; font-family: Lora, serif;"><b>https://ust-ahmadyani.blogspot.com/2024/01/khutbah-sabar-dan-shalat-sebagai.html</b></span></span></span></div>Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-43846326138917332552017-08-30T18:09:00.000-07:002017-08-30T18:09:08.952-07:00Khutbah Idul Adha 1438 H. MENJADI MANUSIA CERDAS<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkqqz5Gi_39jqpx9NUnqF7Ae-WLSyPyWl6YfJ5PejNP-rO4xxnmNzKf2-3uduYtTf0VpN3hatgvqzEtCCxvS31-SLJC6GiHCnNsSXC9E4PINqqX3gpDk9tUhwdoSPVo_WVwBU8JQkwHCk/s1600/Ahmad+Yani.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="263" data-original-width="365" height="230" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkqqz5Gi_39jqpx9NUnqF7Ae-WLSyPyWl6YfJ5PejNP-rO4xxnmNzKf2-3uduYtTf0VpN3hatgvqzEtCCxvS31-SLJC6GiHCnNsSXC9E4PINqqX3gpDk9tUhwdoSPVo_WVwBU8JQkwHCk/s320/Ahmad+Yani.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;">MENJADI MANUSIA CERDAS<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;">Drs. H. Ahmad Yani<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;">Ketua LPPD Khairu Ummah, Bidang Dakwah PP DMI, Bidang Dakwah KODI (Kordinasi Dakwah Islam) DKI Jakarta, Wakil Ketua Umum PB KB PII, Penulis 40 Buku Manajemen Masjid, Dakwah dan Keislaman<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; text-align: center;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله 3</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">x</span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Setiap kita menginginkan kehidupan di dunia berlangsung secara baik, kehidupan yang adil, aman dan sejahtera. Tapi, yang terjadi seringkali sebaliknya. Keadilan, keamaan dan kesejahteraan tidak dirasakan oleh banyak orang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Salah satu doa Nabi Ibrahim as adalah agar negara berada dalam keadaan aman dan memperoleh rizki yang cukup dari Allah swt, bahkan Allah swt memberikan kepada semua penduduk meskipun mereka tidak beriman, beliau berdoa:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b style="text-indent: 36pt;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".”(QS Al Baqarah [2]:126).<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Agar kehidupan di dunia dapat berlangsung sebagaimana harapan kita, baik secara pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa, maka dibutuhkan kecerdasan. Tapi, kecerdasan yang dimaksud bukanlah seperti yang umum kita pahami. Kita selama ini memahami orang cerdas itu orang yang memiliki gelar kesarjanaan, orang yang jabatannya tinggi, orang yang pandai bicara dan seterusnya. Karena itu, kita harus merujuk kepada Rasulullah saw tentang seperti apa orang yang cerdas itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Pada kesempatan ini, kita bahas tiga kriteria atau bukti untuk mengukur seseorang itu cerdas atau tidak. <b><i>Pertama,</i></b> berpikir tentang akibat dari perbuatannya, sehingga bila akibatnya baik bagi diri, keluarga dan masyarakat akan dilakukannya, bila ternyata sebaliknya maka ia tidak akan melakukannya, seberapa besarpun keinginan melakukannya, Rasulullah saw bersabda:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.2pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">لَا عَقْلَ كَالتَّدْبٍيْرِ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Tidak ada kecerdasan melebihi orang yang berpikir tentang akibat dari perbuatannya (HR.Ibnu Majah)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"> Secara pribadi, orang yang berpikir tentang akibat buruk yang bakal terjadi pada dirinya secara fisik dan mental, niscaya tidak akan melakukan suatu perbuatan buruk, seberapapun besarnya keinginan melakukan hal itu. Orang yang merokok, mengkonsumsi narkoba, minuman keras hingga melakukan perzinahan termasuk dengan yang sesama jenis, itu semua adalah diantara contoh orang yang tidak berpikir tentang akibat perbuatannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Sebagai anggota keluarga, apalagi bila kedudukannya sebagai ayah, ibu dan kakak, terlebih lagi sebagai paman, bibi dan kakek niscaya tidak akan melakukan perbuatan yang berdampak buruk bagi keluarganya, khususnya yang terkait dengan pembentukan karakter, karena seharusnya dalam keluarga kita bisa diteladani dalam soal yang baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Hal yang amat penting adalah bila kita menjadi pemimpin, mulai dari tingkatan yang rendah dalam masyarakat hingga paling tinggi dalam negara. Yang dilakukan pemimpin adalah mengambil kebijakan dan membuat peraturan, bila yang dilakukan berakibat buruk pada masyarakat yang dipimpinnya, itu namanya pemimpin yang tidak menggunakan akalnya. Betapa rugi jadi pemimpin bila kebijakannya membuat orang yang semula mampu menjadi lemah, orang yang semula berkecukupan menjadi kekurangan, apalagi orang yang semula baik menjadi durhaka. Dari sisi ekonomi, jangan sampai pemimpin itu mempersulit rakyat yang dipimpinnya, sehingga masyarakat yang sudah susah bertambah susah. Para pemimpin tentu sudah belajar dan studi banding tentang negara yang memberi pelayanan terbaik pada masyarakatnya. Sebut saja misalnya kebijakan jalan tol di luar negeri. Masyarakat hanya bayar tol beberapa tahun saja untuk mengembalikan biaya pembangunannya. Ketika sudah tertutupi, maka jalan tol itu menjadi gratis, sedangkan perawatan dan perbaikan jalan itu selanjutnya diambil dananya dari pajak kendaraan. Bandingkan di negara kita yang undang-undangnya justeru tarif tol itu naik setiap dua tahun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Kaum Muslimin Rahimakumullah. <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Kedua,</span></i></b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"> orang yang cerdas cirinya adalah mampu mengendalikan diri. Ini membuat ia tidak akan menuruti saja apa yang diinginkan dan hendak dilakukan. Bila baik, ia lakukan, bila buruk ia tinggalkan. Rasulullah saw bersabda:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; margin-right: 0.2pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Orang yang cerdas ialah siapa saja yang dapat menundukkan jiwanya (agar selalu taat kepada Allah) dan ia senantiasa beramal untuk hari (akhirat) sesudah kematiannya.”<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Karena itu, salah satu ukuran keimanan adalah hawa nafsu mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw, beliau bersabda: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: right; text-indent: 0.2pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (syari’at Islam). (HR. Thabrani).<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Dalam konteks kehidupan Nabi Ibrahim as dan Keluarganya, nampak sekali betapa mereka mampu mengendalikan diri dalam ketundukan kepada Allah swt. Logika hawa nafsu tidak ada, yang ada adalah logika dan hati yang terkendali dalam ketaatan dan kepasrahan, perintah yang berat dan tidak menyenangkan secara duniawi tetap dilaksanakan, bahkan godaan syaitan dilawan dengan penuh kesungguhan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Dalam kehidupan sekarang, banyak orang yang tidak mampu mengendalikan dirinya, akibatnya mereka lakukan apa yang tidak boleh dilakukan, meskipun hal itu merusak citra diri dan keluarga, bahkan memalukan teman dan masyarakatnya. Nabi Ibrahim as sangat tidak ingin merusak citra dirinya, karenanya salah satu doanya adalah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: right; text-indent: 0.2pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>.</span></b><b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الآخِرِينَ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian (QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 83-84)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal;">
<b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Kaum Muslimin Rahimakumullah. <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<b><i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Ketiga,</span></i></b><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"> orang cerdas juga digambarkan dalam hadits di atas dalam bentuk ingat mati sehingga ia bekerja untuk kepentingan akhirat. Di dalam hadits lain, Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saw saat Ibnu Umar duduk bersama beliau.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.2pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">“Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Bila kita sudah menyadari kepastian adanya kematian, maka kita tidak akan mensia-siakan kehidupan di dunia yang tidak lama. Kita akan berusaha mengefektifkan perjalanan hidup di dunia ini untuk melakukan sesuatu yang bisa memberikan nilai positif, tidak hanya dalam kehidupan di dunia tapi juga di akhirat karena kehidupan dunia merupakan saat mengumpulkan bekal yang sebanyak-banyaknya untuk kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat, karena kematian pada hakikatnya adalah perjumpaan dengan Allah swt yang tentu saja harus dengan bekal amal shaleh yang sebanyak-banyaknya, sebagaimana firman-Nya:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (QS Al Kahfi [18]:110).<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Oleh karena sebagai apapun kita dalam hidup ini dan apapun yang kita kerjakan, seharusnya hal itu bisa menjadi bekal bagi kehidupan sesudah kematian. Dalam konteks ibadah haji, perjalanan pergi dan pulang yang paling lama hanya 40 hari, para jamaah harus membekali diri dan bekal yang paling utama adalah ketaqwaan kepada Allah swt. Allah swt berfirman:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS Al Baqarah [2]:197).<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Maka, untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, tidak ada bekal yang terpenting bagi kita, kecuali ketaqwaan, taqwa dengan sebenar-benarnya, yakni selalu berusaha melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan segala larangan-Nya. Taqwa dimanapun kita berada.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Nabi Ibrahim as, Ismail as dan Siti Hajar adalah diantara contoh orang yang berdas sebagaimana yang sudah kita bahas. Karena amat penting bagi kita untuk meneladani mereka, bahkan Rasulullah saw harus mengambil keteladanan darinya, Allah swt berfirman:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 0.2pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<i><span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4)<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"> Akhirnya kita berharap, semoga kita termasuk orang-orang yang cerdas, meningkatkan kecerdasan apalagi bagi orang yang sudah menunaikan ibadah haji dan yang sedang menyelesaikan ibadah haji tahun ini, kita doakan semoga semua mereka menjadi haji yang mabrur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Demikian khutbah kita hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, akhirnya marilah kita tutup dengan doa:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا</span></b><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #666666; direction: rtl; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; margin-right: 3pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;">رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ</span></b><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: "Traditional Arabic", serif; font-size: 18pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; font-family: "Trebuchet MS", Trebuchet, Verdana, sans-serif; font-size: 15.84px; line-height: normal; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #666666; line-height: normal; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif;"><a href="http://ahmadyani.masjid.asia/2017/08/khutbah-idul-adha-1438-h-menjadi.html?m=1">Drs. Ahmad Yani</a></span></div>
Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-5314221051650463232012-09-20T01:08:00.000-07:002012-09-20T01:10:33.254-07:00Hati Yang IstiqamahKHUTBAH PERTAMA :<br>
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.<br /><br />يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ<br />يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا<br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا<br /><br />أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ
<br><b>Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah</b></span><br />
<div align="justify">
<span style="background-color: white; font-family: verdana; font-size: 11px;">Pada kesempatan yang mulia ini, di tempat yang mulia, dan di hari yang mulia ini, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan mutu keimanan dan kualitas ketakwaan kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu ketakwaan yang dibangun karena mengharap keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala dan bukan keridhaan manusia, ketakwaan yang dilandasi karena ilmu yang bersumber dari al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah, dan ketakwaan yang dibuktikan dengan amal perbuatan dengan cara menjalankan setiap perintah Allah dan NabiNya karena mengharap rahmat Allah Subhanahu Wata’ala dan berusaha semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap bentuk larangan Allah dan NabiNya karena takut terhadap azab dan siksa Allah Subhanahu Wata’ala. </span></div>
<span style="background-color: white; font-family: verdana; font-size: 11px;">
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Thalq bin Habib Rahimahullah seorang tabi'in, suatu ketika pernah menuturkan sebagaimana dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam<i> Fatawa</i>nya,</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
اَلتَّقْوَى: أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ الله عَلَى نُوْرٍ مِنَ الله ، تَرْجُو رَحْمَة َالله وَأَنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ الله عَلَى نُوْرٍ مِنَ الله ، تَخَافَ عَذَابَ الله. </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Takwa adalah kamu mengamalkan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah, kamu mengharapkan rahmat Allah, dan kamu meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah, serta kamu takut azab Allah."</i> </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Demikianlah seharusnya yang selalu ada dan tumbuh dalam benak dan hati setiap Muslim, sehingga akan membawa dampak dan bekas yang baik, melahirkan pribadi-pribadi yang istiqamah dan <i>iltizam</i> (konsisten) terhadap agamanya sehingga pada akhirnya akan membentuk keluarga dan komunitas masyarakat yang senantiasa berjalan di atas manhaj dan jalan yang lurus. Dengan demikian, Allah Subhanahu Wata’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia serta memberikan balasan pahala yang lebih baik dari apa yang telah diperbuat di akhirat kelak sebagaimana yang telah Allah Subhanahu Wata’ala janjikan.<br />
<br />
<b>Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah</b> </div>
<div align="justify">
Sebenarnya yang menjadi pangkal utama sehingga seseorang akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan memperoleh rahmat Allah Subhanahu Wata’ala serta selamat dari azabNya pada Hari Kiamat kelak adalah sejauh mana dia dapat menjaga dan memelihara hatinya sehingga selalu condong dan mempunyai ketergantungan hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala sebagai satu-satunya dzat yang selalu membolak-balikkan hati setiap hambaNya sesuai dengan kehendakNya, dan bukan justru sebaliknya, di mana hatinya selalu condong kepada hawa nafsunya dan tipu daya setan <i>laknatullah alaihi.</i> Karena pada dasarnya Allah Subhanahu Wata’ala tidak akan melihat ketampanan dan kecantikan wajah kita, tidak pula melihat kemulusan dan kemolekan badan-badan kita, namun Allah Subhanahu Wata’ala hanya akan melihat hati-hati kita dan amal perbuatan kita. Manakala hati seseorang bersih, maka akan membawa dampak kepada kebaikan seluruh anggota tubuhnya, begitu sebaliknya jika hati seseorang telah rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuhnya, sebagaimana hal ini pernah diisyaratkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, 1/20.</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
أَلاَ، وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ. </div>
<div align="justify">
<i>"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh dan jika rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati."</i> (HR. al-Bukhari). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Karena itulah <i>ma'asyiral Muslimin,</i> hati mempunyai peranan yang sangat fital dalam diri seseorang dan menjadi sentral bagi anggota tubuh lainnya sehingga keberadaannyalah yang dapat menentukan baik buruk dan hitam putihnya seluruh amalan dan aspek kehidupan seorang Muslim.</div>
<div align="justify">
Tentu yang demikian tidak sebagaimana yang dipahami oleh kebanyakan manusia, khususnya kaum Muslimin di mana kalau kita perhatikan kondisi kebanyakan mereka, niscaya kita akan menyaksikan suatu fenomena yang sangat memprihatinkan dan me-nyedihkan. Mereka memahami bahwa tolak ukur kebahagiaan seseorang sekedar dengan penampilan lahiriyah dan materi belaka, sehingga mereka sibuk dengan kehidupan dunianya, memperkaya diri, memperindah dan mempercantik diri dengan berbagai macam bentuk keindahan dunia, namun pada saat yang sama, mereka lalai dan lupa dengan keindahan, kebersihan, serta kesucian batin yang pada akhirnya justru dapat menyelamatkan mereka; baik di dunia maupun di akhirat kelak. Marilah kita renungkan sebuah ayat sebagai bantahan Allah terhadap mereka, sebagaimana Firman-Nya :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِءْيًا </div>
<div align="justify">
<i>"Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata."</i> (Maryam: 74).</div>
<div align="justify">
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَءَاثَارًا فِي اْلأَرْضِ فَمَآأَغْنَى عَنْهُم مَّاكَانُوا يَكْسِبُون. </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Orang-orang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka."</i> (Al-Mu`min: 82). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Dua ayat di atas, cukuplah memberikan penjelasan dan informasi kepada kita bahwa segala sesuatu yang mereka usahakan dan mereka nikmati ternyata tidak berguna dan tidak dapat menyelamatkan mereka.<i>Na'udzubillahi min dzalik.</i><br />
<br />
<b>Jama'ah Shalat Jum'ah Rahimakumullah</b> </div>
<div align="justify">
Oleh karenanya, keindahan batin dan keselamatan hati merupakan dasar dan pondasi keberuntungan di dunia dan di Hari Kiamat kelak. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
يَابَنِى ءَادَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ ءَايَاتِ ِالله لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ </div>
<div align="justify">
<i>"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat."</i> (Al-A'raf: 26). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Sesungguhnya perkara hati merupakan perkara agung dan kedudukannya pun sangat mulia, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan kitab-kitab suciNya untuk memperbaiki hati, dan Dia utus para Rasul untuk menyucikan hati, membersihkan, dan memperindahnya. Demikianlah Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
يَآأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ </div>
<div align="justify">
<i>"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman."</i>(Yunus: 57).<br />
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
لَقَدْ مَنَّ ِالله عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَّفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ </div>
<div align="justify">
<i>"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keda-tangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata."</i> (Ali Imran: 164). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Ajaran yang paling besar yang dibawa oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah memperbaiki hati. Maka tidak ada cara untuk menyucikan dan memperbaiki hati kecuali cara yang telah ditempuh oleh beliau Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dengan demikian seseorang akan memahami bahwa hatinya merupakan tempat bagi cahaya dan petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala, yang dengannya seseorang dapat mengenal Rabbnya, mengenal nama-namaNya dan sifat-sifatNya, serta dapat menghayati ayat-ayat syar'iyah Allah, dengannya seseorang dapat merenungkan ayat-ayat kauniyahNya serta dengannya seseorang dapat menempuh perjalanan menuju akhirat, karena sesungguhnya perjalanan menuju Allah Subhanahu Wata’ala adalah perjalanan hati dan bukan perjalanan jasad. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menuturkan di dalam salah satu kitab beliau, "Hati yang sehat, yaitu hati yang selalu terjaga dari syirik, sifat dengki, iri hati, kikir, takabur, cinta dunia dan jabatan. Ia terbebas dari semua penyakit yang akan menjauhkannya dari Allah Subhanahu Wata’ala. Ia selamat dari setiap syubhat yang menghadangnya. Ia terhindar dari intaian syahwat yang menentang jati dirinya, dan ia terbebas dari segala keinginan yang akan menyesaki tujuannya. Ia akan terbebas dari segala penghambat yang akan menghalanginya dari jalan Allah. Inilah hati yang sehat di surga dunia dan surga di alam kubur, serta surga di Hari Kiamat. Keselamatan hati tidak akan terwujud, kecuali dengan terjaga dari lima perkara, yaitu syirik yang bertentangan dengan tauhid, dari bid'ah yang berhadapan dengan sunnah, dari syahwat yang menghambat urusannya, dari <i>ghaflah</i>(kelalaian) yang menghilangkan dzikir kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dari hawa nafsu yang akan menghalangi ikhlash." (al-Jawab al-Kafi, 1/176). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Ibnu Rajab al-Hanbali pernah berkata, "Keutamaan itu tidak akan diraih dengan banyaknya amal jasmani, akan tetapi diraih dengan ketulusan niat kepada Allah Subhanahu Wata’ala benar, lagi sesuai dengan sunnah Nabi dan dengan banyaknya pengetahuan dan amalan hati."<i> (Mahajjah fi Sair ad-Daljah,</i> hal. 52). </div>
<div align="justify">
Ini semua menunjukkan bahwa dasar keimanan atau kekufuran, hidayah atau kesesatan, keberuntungan atau kenistaan tergantung pada apa yang tertanam di dalam hati seorang hamba. </div>
<div align="justify">
Abu Hurairah pernah menuturkan, bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
إِنَّ الله لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ، وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ. </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasadmu, dan tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi Dia melihat kepada hati kamu, kemudian menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya."</i> (HR. Muslim, no. 2564). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Bahkan, mayoritas ulama berkeyakinan bahwa siapa saja yang dipaksa untuk menyatakan "kekufuran", maka ia tidak berdosa selagi hatinya masih tetap teguh beriman kepada Islam dan tetap dalam kondisi tenang beriman, sebagaimana FirmanNya :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
مَن كَفَرَ بلله مِن بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِاْلإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ ِالله وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمُُ . ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى اْلأَخِرَةِ وَأَنَّ الله َ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ</div>
<div align="justify">
<i>"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (maka dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (maka dia tidak ber-dosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan dia mendapat azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir." </i>(An-Nahl: 106-107). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Ayat ini diturunkan, sebagaimana pendapat mayoritas ahli tafsir adalah berkenaan dengan kejadian yang menimpa Ammar bin Yasir, manakalah ia masuk Islam, ia mendapat siksaan dari orang-orang kafir Quraisy di Makkah sehingga ia mau mengucapkan kalimat kekufuran kepada Allah dan cacian kepada Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Di lain kesempatan peristiwa tersebut ia laporkan kepada Rasu-lullah sambil menangis.</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
قَالَ: كَيْفَ تَجِدُ قَلْبَكَ؟ قَالَ: مُطْمَئِنًّا بِالْإِيْمَانِ. قَالَ: إِنْ عَادُوْا فَعُدْ. </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"... maka Nabi bersabda, 'Bagaimana kondisi hatimu?' Ia menjawab, 'Aku masih tenang dalam beriman.' Maka Nabi bersabda (untuk menggembirakannya dan memberinya kemudahan), 'Kalau mereka kembali menyiksa, maka silahkan lakukan lagi'."</i> (HR. al-Hakim, 2/357). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Di dalam sebuah hadits yang lain, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bersumber dari Anas bin Malik,</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
لَا يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ. </div>
<div align="justify">
<i>"Iman seseorang tidak akan lurus (benar) sebelum hatinya lurus."</i> (HR. Ahmad, no. 13079).<br />
<br />
<b>Ma'asyiral Muslimin Sidang Jum'ah Rahimakumullah</b> </div>
<div align="justify">
Demikian agungnya keutamaan dan urgensi hati seseorang di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga kita dapat mengetahui kebanyakan sumpah Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam diucapkan dengan ungkapan,</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
لَا، وَمُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ. </div>
<div align="justify">
<i>"Tidak, demi Dzat yang membolak-balikkan hati."</i><br />
Dan di antara doa beliau adalah,</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ. </div>
<div align="justify">
<i>"Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu."</i> </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Hal yang demikian, karena pada dasarnya kadangkala hati seseorang bisa mengeras, seperti batu atau bahkan lebih keras dari itu, sehingga ia akan jauh dari Allah Subhanahu Wata’ala, rahmatNya, dan dari ketaatanNya. Dan sejauh-jauh hati dari Allah Subhanahu Wata’ala adalah hati yang kasar, di mana peringatan tidak lagi bermanfaat baginya, nasihat tidak dapat menjadikan dia lembut, perkataan tidak menjadikannya berilmu, sehingga seseorang yang memiliki hati yang demikian di dalam dadanya, maka hatinya tidak memberikan manfaat apa-apa baginya, dan tidak akan melahirkan sesuatu pun, kecuali kejahatan. Sebaliknya hati yang lembut, yang takut dan tunduk merendahkan diri terhadap Penciptanya, Allah Subhanahu Wata’ala, serta selalu mendekatkan diri kepadaNya, mengharapkan rahmatNya dan menjaga ketaatanNya, maka pemiliknya akan mempunyai hati yang bersih, selalu menerima kebaikan. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Maka dari itulah, Allah Subhanahu Wata’ala menggarisbawahi bahwa keselamatan di Hari Kiamat kelak sangat tergantung kepada keselamatan, kebersihan, dan kebaikan hati. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى ِالله بِقَلْبٍ سَلِيم </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Di hari yang mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."</i> (Asy-Syu'ara` : 88 - 89). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Dengan demikian, marilah kita bersungguh-sungguh dalam menjaga hati dan senantiasa mengawasinya, di mana dan kapan saja waktunya, karena ia satu-satunya anggota tubuh kita yang paling besar bahayanya, paling mudah pengaruhnya, dan paling sulit mengurus dan memperbaikinya. Wallahul musta'an.</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
اللهم أَصْلِحْ شَأْنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاهْدِهِمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ، اللهم ارْزُقْهُمْ رِزْقًا مُبَارَكًا طَيِّبًا. اللهم أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.<br />
فَاتَّقُوا الله عِبَادَ ِالله ، وَخُذُوْا بِالْأَسْبَابِ الَّتِيْ تَحْيَى بِهَا الْقُلُوْبُ قَبْلَ أَنْ تَقْسُوَ وَتَمُوْتَ، فَإِنَّ ذلك مَنَاطُ سَعَادَتِكُمْ أَوْ شَقَائِكُمْ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ ِالله لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.</div>
<br /><br /><b>KHUTBAH KEDUA :</b><br /><div align="justify" dir="rtl">
<br />
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إلا ِالله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،<br />
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ<br />
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: </div>
<br /><br /><b>Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah</b><br /><div align="justify">
Di dalam sebuah hadits yang bersumber dari Miqdad bin al-Aswad, ia menceritakan, Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْيًا. </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Sungguh, hati anak Adam (manusia) itu sangat (mudah) berbolak-balik daripada bejana apabila ia telah penuh dalam keadaan mendidih." </i>(HR. Ahmad, no. 24317).<br />
<br />
Kemudian al-Miqdad berkata, "Sesungguhnya orang yang beruntung (bahagia) itu adalah orang yang benar-benar terhindar dari berbagai fitnah (dosa)." Ia mengulangi ucapannya tiga kali, sambil memberikan isyarat bahwa sebab berbolak-balik dan berubahnya hati adalah dosa-dosa yang berdatangan menodai hati. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Maka dari itu, agar hati kita tidak mudah terpeleset dan menyimpang dari kebenaran dan cahaya dari Allah Subhanahu Wata’ala, bahkan sampai tertutup dan terkunci karena hawa nafsu yang membelit-nya serta segala hal yang dapat merusak dan membinasakannya, maka perlu adanya usaha-usaha penjagaan terhadap hati yang bersifat kuratif dan kontinyu, sekaligus resep (obat) sebagai usaha prefentif agar bisa selamat dari segala bentuk penyakit-penyakit hati yang mematikan. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Di antara hal yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi tenang dan bersih adalah amalan memperbanyak membaca ayat-ayat al-Qur`an dan mendengarkannya, karena al-Qur`an merupakan penawar yang ampuh dari penyakit syubhat dan nafsu syahwat yang keduanya merupakan inti penyakit hati seseorang. Di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan yang akurat yang membedakan yang haq dari yang batil, sehingga syubhat akan hilang, dan di dalamnya terdapat hikmah, nasihat yang baik, mengajak zuhud di dunia, dan menghimbau untuk lebih mengutamakan kehidupan akhirat, sehingga penyakit nafsu syahwat akan hilang. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya."</i> (Qaf : 37). </div>
<div align="justify" dir="rtl">
ِالله نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ ِالله ذَلِكَ هُدَى ِالله يَهْدِي بِهِ مَن يَشَآءُ وَمَن يُضْلِل ِالله فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur`an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, gemetar karenanya, kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pemberi petunjuk pun baginya." </i>(Az-Zumar: 23). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-Qur`an yang menunjukkan demikian. Ini menunjukkan bahwa al-Qur`an adalah sesuatu yang paling agung yang dapat melembutkan hati, bagi yang membaca, mendengarkan, dan merenungkannya, serta mengamalkannya dalam prilaku kehidupan sehari-hari.</div>
<div align="justify">
Di antara usaha yang dapat menenangkan hati adalah dengan mengambil pelajaran terhadap kejadian dan peristiwa serta kehancuran yang menimpa umat-umat terdahulu akibat kemaksiatan yang mereka lakukan.<br />
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
فَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَّشِيدٍ . أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لاَتَعْمَى اْلأَبْصَارُ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zhalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya, dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi. Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesung-guhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang berada di dalam dada."</i> (Al-Hajj: 45 - 46). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Kemudian di antara yang dapat menenangkan hati adalah dengan banyak mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dalam situasi dan kondisi apa pun. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ الله وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, maka gemetarlah hati mereka, dan apa-bila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, maka bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Rabb merekalah mereka bertawakal."</i>(Al-Anfal: 2).</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify" dir="rtl">
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ الله أَلاَبِذِكْر ِالله تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."</i> (Ar-Rad: 28). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Dan termasuk penjagaan hati adalah menerima secara total setiap perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan mengamalkannya serta menjauhi setiap laranganNya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
وَإِذَا مَآأُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هذه إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ . وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, 'Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?' Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada), dan mereka mati dalam keadaan kafir."</i>(At-Taubah: 124 - 125).<br />
Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
وَإِذَا مَآأُنزِلَتْ سُورَةٌ نَّظَرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ هَلْ يَرَاكُم مِّنْ أَحَدٍ ثُمَّ انْصَرَفُوا صَرَفَ الله قُلُوبَهُم بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَيَفْقَهُونَ </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada sebagian yang lain (sambil berkata), 'Adakah seorang dari (orang-orang Muslimin) yang melihat kamu?' Sesudah itu pun mereka pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti."</i> (At-Taubah: 127). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Dan di antara amalan yang dapat menjaga hati seseorang dan membuatnya lembut adalah turut merenungkan keadaan orang-orang sakit, orang fakir miskin, serta orang-orang yang telah tertimpa musibah dan cobaan. Karena dengan mengunjungi orang sakit dan melihat kondisi dan penderitaan mereka akibat penyakit yang dideritanya, maka kita bisa menilai nikmat, begitu juga manakala kita melihat keadaan orang-orang fakir miskin dan anak yatim, dan merenungkan apa yang menjadi kebutuhan mereka, tentu kita akan merasakan dan mengetahui nilai nikmat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah dianugerahkan kepada kita sehingga dapat menenangkan hati kita. Namun manakala kita mengabaikan hal-hal yang demikian, maka yang demikian dapat membuat hati-hati kita mengeras.<br />
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :</div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَتَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا </div>
<div align="justify">
<i><br /></i></div>
<div align="justify">
<i>"Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap WajahNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengha-rapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan keadaannya itu melewati batas."</i> (Al-Kahfi: 28).<br />
<br />
<b>Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah</b> </div>
<div align="justify">
Di samping kita memperhatikan dan menghiasi hati-hati kita dengan hal-hal tersebut di atas, maka sebagai bentuk penjagaan kita juga harus senantiasa menghindari hal-hal yang dapat mengotori, merusak, menodai, dan mencemarkan hati-hati kita. Di antaranya, tidak sibuk dan mudah terpedaya dengan kenikmatan dunia yang melalaikan, terbiasa dan membiarkan mata memandang hal-hal yang diharamkan; baik melalui televisi ataupun video, dari segala bentuk siaran sinetron, ataupun gambar-gambar yang terdapat dalam surat kabar ataupun majalah, mendengarkan musik dan menikmati nyanyian seorang penyanyi, ataupun menyibukkan diri dengan olah raga tertentu, baik mengikuti perkembangannya, melihatnya secara berlebihan sampai banyak menyita sebagian besar waktu yang ada. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Dan di antara yang dapat mengotori dan merusak hati adalah makan makanan yang haram, dan berteman dengan pelaku dosa dan maksiat. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya kebajikan itu menyebabkan cahaya di dalam hati, sinar di wajah, kekuatan pada jasmani, melapangkan rizki dan menimbulkan rasa kasih sayang terhadap sesama. Sedangkan keburukan (dosa) menyebabkan kegelapan di dalam hati, kemuraman pada muka, kelemahan pada jasmani, mengurangi rizki, dan menimbulkan rasa benci terhadap sesama." (Madarij as-Salikin, 1/424). </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Semoga kita yang hadir di majelis yang mulia ini, termasuk golongan yang akan mendapat penjagaan dari Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga hati-hati kita senantiasa selamat dan bersih dari segala sesuatu yang dapat menodai dan merusaknya.<i>Amin ya rabbal 'alamin.</i> </div>
<div align="justify" dir="rtl">
<br />
إِنَّ الله وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا<br />
<br />
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.<br />
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.</div>
<br /><br /><b>Oleh: <a href="http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatkhutbah&id=284">Abu Farwa Husnul Yaqin</a></b><a href="http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatkhutbah&id=284"> </a></span>
Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-39165936214807037952012-05-17T19:56:00.003-07:002012-05-17T19:56:49.242-07:00Antara Mata dan Hati<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 24px;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Berbicara tentang bagaimana menjaga keimanan sangat erat kaitannya dengan
pembicaraan bagaimana menjaga mata dan hati, karena mata adalah salah satu
pintu masuknya “dosa” yang melemahkan iman, dan hati adalah tempat
bersemayamnya iman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Mata adalah panglima hati. Hampir seluruh perasaan dan perilaku awalnya
dipicu oleh pandangan mata, bila dibiarkan mata memandang yang dibenci dan
dilarang, maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya meskipun ia tidak
sungguh-sungguh jatuh ke dalam jurang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Kalau kita keluar rumah, hampir tidak lepas dari melihat hal-hal yang
diharamkan dan dibenci oleh Allah, apalagi di jalan-jalan, taman-taman
rekreasi, pasar dan pusat-pusat perbelanjaan. Demikian juga di dalam rumah.
Apabila kita membuka stasiun televisi, hal-hal yang dibenci sudah menjadi
suguhan dan santapan yang biasa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Mungkin semua itu kita anggap sepele dan remeh, namun hal yang ringan dan
remeh inilah yang terus bertumpuk-tumpuk sampai menggunung, yang meninggalkan
karat-karat di dalam hati. Sehingga hati kita tertutup dan sinar iman pun tidak
bisa menenmbus. Maka benarlah apa yang dikatakan seorang penyair: “semua
peristiwa besar awalnya adalah mata. Lihatlah api yang besar awalnya dari
percikan api”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Seperti itu juga yang telah diungkapkan oleh para salafus shalih: “Banyak
makanan haram yang bisa menghalangi orang melakukan shalat tahajjud di malam
hari. Banyak juga pandangan kepada yang haram sampai menghalanginya dari
membaca Kitabullah”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Dalam hidup ini kita pernah berhenti dirundung fitnah dan ujian, karena
hakikat hidup ini adalah alam ujian. Maka mata adalah salah satu dari ujian
itu, jika orang keliru menggunakan pandangan matanya berarti ia terancam bahaya
besar, karena mata adalah pintu yang paling luas yang bisa memberi banyak
pengaruh pada hati. Mata adalah penuntun, sementara hati adalah pendorong dan
pengikut. <b>Yang pertama</b>, mata memiliki kenikmatan pandangan, sedang <b>yang
kedua</b>, hati memiliki kenikmatan pencapaian. Dalam dunia nafsu, keduanya
adalah sekutu yang mesra, jika terpuruk dalam kesulitan, maka masing-masing
akan saling mencela dan mencerca.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Maka alangkah baiknya kita mendengarkan dialog antara mata dan hati seperti
apa yang digambarkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span lang="IN">Kata hati
kepada mata: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span lang="IN">“Kaulah
yang menyeretku pada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku
mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman dari
kebun yang tak sehat. Kau salahi firman Allah, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya,” Kau salahi sabda Rasulullah SAW, “Memandang wanita adalah panah
beracun dari berbagai macam panah iblis. Barang siapa meninggalkannya karena
takut pada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya, dan akan
merasakan kelezatan dalam hatinya,”</span></i><span lang="IN"> (HR. Ahmad).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span lang="IN">Tapi mata
berkata: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span lang="IN">"Kau
zalimi aku dari sejak awal sampai akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir dan batin.
Padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan mengikuti jalan yang engkau
tunjukkan. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya dalam tubuh itu ada
segumpal darah, jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula, jika ia rusak,
rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati.</span></i><span lang="IN"> (HR. Bukhari, Muslim).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Hati adalah raja. Dan seluruh tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik,
maka baik pula pasukannya. jika rajanya buruk, buruk pula pasukannya. Hati kita
adalah raja dan seluruh badan adalah pengikutnya. Tentu kita tahu bahwa
rusaknya seluruh tubuh karena rusaknya hati dan baiknya tubuh karena baiknya
hati. Dan sumber bencana yang sering menimpa hati kita adalah karena kita tidak
memiliki cinta kepada Allah, tidak suka dzikir, tidak menyukai firman, asma dan
sifat-sifat Allah. Allah SWT berfirman: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;">
<span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ó</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">O</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ù</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span>(</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ç</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Å</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">o</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Ú</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">F</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">{</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ä</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">3</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">G</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ù</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>ö</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ç</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">l</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">m</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">;</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>Ò</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">%</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">É</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span>!</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">p</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">k</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Í</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">5</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>÷</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">r</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">&</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>×</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ä</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span>t</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">b</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ó</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">¡</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">o</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">p</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">k</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Í</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">5</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>(</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">p</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">k</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">¨</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">X</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">*</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ù</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">w</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">?</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>ã</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">|</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Á</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ö</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">/</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">F</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">{</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span>`</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Å</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">3</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">»</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">y</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">J</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">?</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>Ü</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">q</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">è</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">à</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">)</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span>Ó</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">É</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">L</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">©</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Î</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">û</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>Í</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ß</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Á</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Í</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ï</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "\(normal text\)"; mso-hansi-font-family: "\(normal text\)";"><span dir="RTL"></span>
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span dir="LTR"></span><i><span lang="IN"><span dir="LTR"></span>"Sesungguhnya bukan mata
yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada."</span></i><span lang="IN"> (Q.S. Al-Hajj:46).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Menahan pandangan memang hal yang sangat sulit dan berat, akan tetapi buah
dari memelihara pandangan adalah kenikmatan tiada tara. Diantara kenikmatan
tersebut adalah:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN">1.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN">Memelihara pandangan mata menjamin kebahagiaan
seseorang hamba di dunia dan akhirat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN">2.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN">Akan memberikan rasa kedekatan dengan Allah SWT.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN">3.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN">Akan menghalangi pintu masuk syaitan ke dalam
hati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN">4.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN">Hati kita akan diliput oleh cahaya iman yang
membuahkan ketenteraman dan kebahagiaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Uraian ini akan menjadi pepesan kosong yang tidak berarti kalau tidak iman
yang menuntun kita memelihara mata dan membentuk suasana hati. Karena dalam
kesendirian dan kesepian, kala tak ada orang mungkin sekali mata dan hati kita
bisa berkhianat. Oleh sebab itu semua ini sangat tergantung pada tingkat
keimanan dan kesadaran penuh akan "Ilmullah" (pengetahuan Allah). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;">
<span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">N</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">n</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">=</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">÷</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">è</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"></span><span dir="RTL"></span><span lang="IN"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;"><span dir="LTR"></span>s</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">p</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Z</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Í</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">¬</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">!</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">%</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">s</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">{</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>È</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">û</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ã</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">ü</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ô</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ã</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">F</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">{</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"><span dir="LTR"></span>$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">t</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">B</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">u</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">Ï</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">ÿ</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ø</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">é</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">B</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"><span dir="LTR"></span>â</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">r</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;">ß</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB4; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB4;"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">Á</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">9</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB5; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB5;">$</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB1; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB1;">#</span><span dir="RTL"></span><span lang="IN"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;"><span dir="LTR"></span>Ç</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ê</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">Ò</span><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: HQPB2; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: HQPB2;">È</span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span dir="LTR"></span><i><span lang="IN"><span dir="LTR"></span>"Dialah (Allah yang
mengetahui (pandangan) mata khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati."</span></i><span lang="IN"> (Q.S. Al-Mukmin: 19)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Akhirnya marilah kita renungkan hadits Rasulullah SAW:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: "DecoType Naskh"; font-size: 24.0pt; mso-ansi-language: IN;">ان
تعبد الله كانك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span dir="LTR"></span><i><span lang="IN"><span dir="LTR"></span>"Hendaklah engkau
menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya
yakinlah bahwa Ia melihatmu."<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Dan sebagai kesimpulan akhir:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN">1.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN">Bahwa hakikat kehidupan ini adalah ujian. Salah
satu ujian yang paling besar adalah, mata, karena mata adalah salah satu pintu
masuknya dosa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN">2.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN">Memelihara pandangan adalah pencegahan yang
pertama agar hati bisa terpelihara dan iman bisa stabil.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: .25in; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN">3.<span style="font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="IN">Jika memang sudah terlanjur berbuat dosa, maka
kita harus mebersihkan hati kita dengan dzikir, membaca shalawat, membaca
Al-Qur'an, dan ibadah-ibadah lainnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: .5in;">
<span lang="IN">Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah SWT untuk bisa menjaga pandangan
kita dan diberikan hati yang bersih serta iman yang kuat. Wallahua’lam <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-42938402673366764102012-04-26T21:31:00.000-07:002012-04-26T21:31:52.714-07:00Jabatan dan Amanat<br />
<div dir="RTL" style="background-color: white; color: #333333; direction: rtl; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">وَأَشْهَدُ</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">أَنَّ</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">مُحَمَّدًا</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">عَبْدُهُ</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">وَرَسُوْلُهُ</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">صَلَّى</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">اللهُ</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">عَلَى</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">نَبِيِّنَا</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">مُحَمَّدٍ</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">وَعَلَى</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">آلِهِ</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">وَأَصْحَابِهِ</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">وَسَلَّمَ</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">تَسْلِيْمًا</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">كَثِيْرًا.</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> أَمَّا بَعْدُ: </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">أَيّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَ طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">قَالَ</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">تَعَالَى:</span><span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-size: 18pt;">يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ (١٠٢)</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV">Pada kesempatan mulia ini mari sama-sama kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita. Mungkin di hari dan waktu lain kita cukup sulit untuk mengalokasikan waktu khusus dalam mengkondisikan keimanan kita, maka pada saat yang sangat mulia ini kita optimalkan waktu yang sebentar ini untuk kembali kepada Allah Swt, meningkatkan iman dan takwa kita.</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV"><br /></span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<b><span lang="SV">Jamaah jum’at yang dimuliakan Allah</span></b></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV">Godaan maha besar berupa wanita, seorang istri seorang pejabat tinggi di Mesir yang mengajak berbuat tidak senonoh pernah dihadapkan kepada Nabi Yusuf As. Namun ketahanan mental dan kesucian jiwa beliau, disamping petunjuk serta perlindungan Allah Swt, akhirnya bisa selamat dari godaan itu. Allah Swt berfirman:</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #333333; direction: rtl; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-size: 18pt;">وَلَقَدۡ هَمَّتۡ بِهِۦۖ وَهَمَّ بِہَا لَوۡلَآ أَن رَّءَا بُرۡهَـٰنَ رَبِّهِۦۚ ڪَذَٲلِكَ لِنَصۡرِفَ عَنۡهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلۡفَحۡشَآءَۚ إِنَّهُ ۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُخۡلَصِينَ (٢٤)</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.</span></i><span lang="SV" style="font-size: 10pt;"> </span><span lang="SV">(QS. Yusuf: 24).</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV">Perlindungan Allah yang diterima Nabi Yusuf As tersebut, lantaran sifat dan sikapnya yang cenderung shalih dan taat akan hak-hak <i>Ilahiah</i>. Sikap dan sifat Yusuf As itu pula yang menghantarkannya kegerbang kemuliaan dirinya didunia dan akhirat. Firman Allah Swt:</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #333333; direction: rtl; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-size: 18pt;">وَقَالَ ٱلۡمَلِكُ ٱئۡتُونِى بِهِۦۤ أَسۡتَخۡلِصۡهُ لِنَفۡسِىۖ فَلَمَّا كَلَّمَهُ ۥ قَالَ إِنَّكَ ٱلۡيَوۡمَ لَدَيۡنَا مَكِينٌ أَمِينٌ۬ (٥٤)</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV">“<i>Dan raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku“. Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”.</i>(QS. Yusuf: 54).</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV">Kedudukan tinggi yang diberikan kepada Nabi Yusuf As adalah menteri keuangan. Beliau menjalankan tugasnya dengan dua modal kriteria, yaitu;<b><i>pertama</i></b><i>, hafidh</i> (kecakapan menjaga), amanah, jujur dan dipercaya. <b><i>Kedua</i></b><i>, ‘alim</i> (kemampuan intelektual), cerdik pandai, memiliki pengetahuan handal dalam menjalankan tugas-tugas.</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #333333; direction: rtl; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-size: 18pt;">قَالَ ٱجۡعَلۡنِى عَلَىٰ خَزَآٮِٕنِ ٱلۡأَرۡضِۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ۬ (٥٥)</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan”.</span></i><span lang="SV">(QS. Yusuf: 55).</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV">Dua sifat tersebut merupakan pilar penyangga kesuksesan dalam setiap pekerjaan Yusuf As. Perkataan beliau “<i>jadikanlah aku bendaharawan negara“</i>tidak lain dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan serta membantu mengatasi krisis yang melanda bangsa saat itu, disamping itu beliau memahami betul akan beratnya pangkat dan jabatan. Beliau memilih jabatan itu karena ketulusan hati dan kebersihan jiwa, bukan karena mencari popularitas diri atau menimbun kekayaan atau ambisi kekuasaan. Sebab ternyata dengan dua sifat itu, beliau mampu mengeluarkan negara dan bangsa dari krisis yang menyengsarakan. Lantaran itulah Allah tak segan-segan mamberikan kepadanya <i>tamkin</i> (posisi yang kuat) dalam sebuah pemerintahan. Firman Allah Swt:</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #333333; direction: rtl; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-size: 18pt;">وَكَذَٲلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِى ٱلۡأَرۡضِ يَتَبَوَّأُ مِنۡہَا حَيۡثُ يَشَآءُۚ نُصِيبُ بِرَحۡمَتِنَا مَن نَّشَآءُۖ وَلَا نُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ (٥٦) وَلَأَجۡرُ ٱلۡأَخِرَةِ خَيۡرٌ۬ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ (٥٧)</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #333333; direction: rtl; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<i><span lang="SV">“Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir ini. Kami melimpahkan rahmat kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sesungguhnya pahala diakhirat itu lebik baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertaqwa.”<b> </b></span></i><span lang="SV">(QS. Yusuf: 56-57).</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<b><span lang="SV">Jamaah jum’at yang dimuliakan Allah</span></b></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV">Jabatan dalam pandangan Islam bukanlah kehormatan, melainkan <i>mas’uliyah</i> (tanggung jawab) dan mandat yang berarti butuh pengorbanan bukan mumpung-isme (manipulasi kesempatan). </span>Sebab tugas adalah amanat yang akan dipertanggungjawabkan, baik di dunia maupun di akhirat kelak, dihadapan Allah. Oleh karenanya setiap pemimpin ataupun pemegang amanat haruslah orang yang mempunyai dua sifat diatas; <i>hafidzun </i>dan <i>‘alim, </i>yaitu sosok yang mampu menjaga kekayaan dan hasil bumi negara untuk kemaslahatan umat dan bangsa dan sekaligus mempunyai kemampuan memberdayakan secara proporsional SDA dan SDM yang dimiliki.</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
Dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 128, Allah menjelaskan tentang sifat kepemimpinan Rasulullah Saw yang merupakan <i>prototype</i> bagi setiap orang yang diembani amanat memimpin bangsa dan negara. Allah Swt berfirman:</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #333333; direction: rtl; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-size: 18pt;">لَقَدۡ جَآءَڪُمۡ رَسُولٌ۬ مِّنۡ أَنفُسِڪُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡڪُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (١٢٨)</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; color: #333333; direction: rtl; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<i>“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”.</i></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
Adapun sifat-sifat yang tersebut dalam ayat tadi adalah:</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<b>Pertama, </b><i>‘azizun ‘alaihi ma ‘anittum”, </i>berat beban atas Rasul dari apa yang dirasakan umatnya. Beban yang dirasakan oleh rakyat hendaknya menjadi beban moral pemimpin bangsa sebagai rasa kepedulian yang mendalam terhadap berbagai permasalahan dan problematika bangsa. Ia senantiasa memikirkan nasib bangsa dan negara sebelum memikirkan diri, dan kelompoknya.</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<b>Kedua, </b><i>“harisun ‘alaihim”, </i>pemimpin yang menginginkan kebaikan bagi rakyat. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempunyai keinginan dan tekad yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, bukan sebaliknya, pemimpin yang memikirkan kemakmuran diri dan keluarga serta kroni-kroninya.</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<b>Ketiga, </b><i>”roufur rahim”, </i>pemimpin yang santun dan kasih. Sifat rahmat (kasih sayang dan lemah lembut) hendaknya diwujudkan dalam sikap dan prilaku setiap muslim, sehingga seluruh alam bisa merasakan misi keislamannya. Setiap pemimpin pada level manapun, hendaknya berprilaku rahmat, kasih sayang, lemah lembut, baik pernyataan maupun sikapnya. <span lang="SV">Bukan sebaliknya, sikap dan pernyataannya membuat bingung, stres rakyat dan kontraproduktif.</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV"> </span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV">Fenomena kekerasan, kerusuhan, keributan, baik di level elit politik maupun di level massa, sangat membutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai kriteria diatas. Sehingga umat tidak terombang-ambing dalam ketidakmenentuan dan ambisi pribadi.</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV"> </span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<span lang="SV">Kita berdo’a semoga Allah tidak memberikan kepemimpinan kepada seorang yang tidak merasa takut kepada Allah dan tidak mengasihi kita,<i>“Allahumma la tusallith ‘alaina man la yakhofuka wala yarhamuna”, Amiin.</i></span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div dir="RTL" style="background-color: white; color: #333333; direction: rtl; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; margin-bottom: 0.0001pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA" style="font-size: 16pt;">بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.</span></div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv1240430839MsoNormal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'times new roman', 'new york', times, serif; font-size: 16px; text-align: justify;">
<a href="http://www.ikadi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=774">Sumber</a></div>Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-25122129644515040942012-04-11T19:55:00.000-07:002012-04-11T20:05:51.683-07:00ADAB AT-TAHADDUTS WA AL-ISTIMA’Islam adalah diin al-adab, atau agama yang mengajarkan norma-norma luhur dan suci bagi umat manusia. Seorang mukmin yang menjadikan dirinya sebagai kendali diri dalam berbuat dan berbicara, akan menikmati saat-saat diamnya, sementara orang lain pun merasa sejuk berdekatan dengannya.
<br />
<br />
Ketika ia berbicara, manisnya kata-kata yang keluar dari mulutnya membuat orang yang mendengarnya sadar dan terbimbing kepada kebaikan dan kebenaran. Demikian juga tatkala ia berbuat sesuatu, maka perbuatannya selalu baik, memberi manfaat, dan dapat menjadi keteladanan bagi yang lain. Mukmin seperti ini adalah mukmin yang memiliki sifat-sifat yang dekat kepada Rasulullah saw. yang mulia, di mana diamnya adalah fikir, ucapannya adalah dzikir, dan amalnya adalah keteladanan.
<br />
<br />
<b>ADAB AT-TAHADDUTS</b><br />
<b>1. Berbicara yang jelas, mudah difahami oleh setiap pendengar.</b><br />
Dari ‘Aisyah ra. Berkata:<br />
كَانَ كَلاَمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَلاَمًا فَصْلاً يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ . رواه أبو داود و أحمد
<br />
<i>Adalah ucapan Rasulullah saw. selalu jelas maksudnya dan dipahami oleh setiap orang yang mendengarkannya.</i> (HR. Abu Dawud dan Ahmad).<br />
<br />
Dari ‘Aisyah ra. juga berkata: <i>“Bahwa Rasulullah saw, pernah berbicara, sekiranya ada yang menghitung ucapannya pasti terhitung.”</i> Dan dalam riwayat lain: <i>“Beliau tidak mengeluarkan ucapan sebagaimana kalian berbicara.”</i> (HR. Bukhari-Muslim).
<br />
<br />
<b>2. Berbicara dengan ungkapan yang simpel dan tidak mencari-cari bahasa yang tinggi, sehingga kalimat yang diucapkan tidak memiliki makna yang sulit atau tidak bisa dimengerti.</b>
<br />
Khalil bin Ahmad -rahimahullah- pernah ditanya suatu masalah, beliau tidak segera menjawab. Maka penanya berkata, <i>“Apakah pertanyaan ini tidak ada jawabannya dalam pandangan tadi?” Beliau berkata, “Anda sebenarnya telah mengetahui masalah yang Anda tanyakan berikut jawabannya, tetapi saya ingin memberi jawaban yang lebih mudah lagi Anda pahami.”</i><br />
<br />
<b>3. Tidak diulang-ulang kecuali untuk memberikan tekanan makna, karena “Sebaik-baik ucapan adalah yang singkat dan membawa arti, dan seburuk-buruk ucapan adalah yang panjang dan membosankan.”</b>
<br />
Abdullah bin Mas’ud ra., memberi nasehat kepada masyarakatnya setiap hari Kamis. Ada seseorang yang berkata,<i> “Wahai Abu Abdir Rahman, saya berharap engkau memberi nasehat kepada kami setiap hari.” Beliau berkata, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya yang menghalangiku untuk itu karena aku tidak suka membuat kalian bosan.”</i> Selanjutnya ia berkata,<br />
<br />
وَإِنيِّ أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا مَخَافَةً السَّآمَةَ عَلَيْنَا . متفق عليه
<br />
<i>"Aku selalu memilih waktu untuk kalian dalam memberi nasehat, sebagaimana Nabi saw, memilih waktu untuk kami dalam memberi nasehat karena khawatir membuat jenuh atas kami."</i> (Muttafaq ‘alaih)<br />
<br />
Dari ‘Ammar bin Yasir ra berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,<br />
إِنَّ طُوْلَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيْلُوْا الصَّلاَةَ وَأَقْصِرُوْا اْلخُطْبَةَ . رواه مسلم
<br />
<i>"Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan pendeknya khuthbah, merupakan bukti kemantapan pemahamannya. Maka panjangkan shalat dan pendekkan khutbah!"</i>(HR. Muslim)<br />
<br />
<b>4. Ucapan harus bagus, tidak kotor dan munkar (jahat).</b>
<br />
Rasulullah saw, bersabda:<br />
كُلُّ كَلاَمِ ابْنِ آدَمَ عَلَيْهِ لاَ لَهُ إِلاَّ أَمْرًا بِمَعْرُوْفٍ وَنَهْيًا عَنْ مُنْكَرٍ وَذِكْرَ اللهِ .<br />
<i>"Setiap ucapan anak Adam mencelakannya, bukan menguntungkan, kecuali perintah untuk kebaikan, mencegah kemungkaran, dan dzikrullah."</i><br />
<br />
Agar ucapan kita selalu bagus dan menambah pahala kita dan tidak menambah dosa, maka kita harus menjaga hal-hal berikut:
<br />
<b><br /></b><br />
<b>a. Setiap pembicaraan kita agar selalu membawa unsur perintah shadaqah, atau berbuat baik, atau perdamaian bagi manusia.</b><br />
Allah ta’ala berfirman:
<br />
<i>"Tiada kebaikan dalam banyak pertemuan mereka, kecuali orang yang memerintahakan shadaqah, atau kebaikan, atau perdamaian bagi manusia. Dan barangsiapa melakukan hal itu untuk mencari ridha Allah, maka niscaya Kami memberinya pahala yang besar."</i> (Surat An Nisa’: 114)<br />
<br />
<b>b. Meninggalkan pembicaraan yang bukan kepentingan kita untuk membicarakannya.</b><br />
Rasulullah saw. bersabda, <br />
<br />
ِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ اْلمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ . رواه الترمذي
<br />
<i>"Di antara bagusnya keislaman seseorang adalah, ia tinggalkan sesuatu yang tidak ia ada kepentingan dengannya."</i> (HR.Turmudzi)<br />
<br />
<b>c. Menjauhi ucapan yang sia-sia dan tidak bermanfaat.</b><br />
Allah berfirman, <i>"Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang dalam shalatnya selalu khusyu’. Dan orang-orang yang dari hal yang tidak berguna mereka selalu bepaling."</i> (Surat Al-Mu’minun: 1-3).<br />
<br />
Rasulullah saw. bersabda, <i>"Sungguh seorang hamba ketika mengucapkan suatu ucapan, tidak lain hanya untuk membuat orang lain tertawa, ia bisa jatuh di neraka lebih jauh antara langit dan bumi."</i> (HR. Baihaqi)
<br />
<br />
<b>d. Menyebar-luaskan salam.</b><br />
Rasul saw bersabda,<br />
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَصِلوُا اْلأرْحَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوْا بِالَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا اْلجَنَّةَ بِسَلاَمٍ . رواه الترمذي<br />
<i>"Wahai manusia sebar-luaskan salam, sambunglah silaturrahim, berikan makanan, dan shalatlah malam ketika manusia tertidur niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat."</i> (HR Turmudzi)<br />
<br />
<b>e. Menahan diri dari ucapan jahat yang tidak membawa kemaslahatan.</b> <br />
Allah berfirman, <i>"Janganlah berdebat dengan Ahli Kitab kecuali dengan cara yng baik, kecuali dengan orang yang zhalim di antara mereka."</i> (Al-Ankabut: 46)<br />
<br />
Dalam hadits Aisyah ra. dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, <i>Sesungguhnya sejahat-jahat manusia kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat adalah orang yang ditinggalkan masyarakatnya karena menghindari ucapan jahatnya. </i>(HR Bukhari)
<br />
<br />
<b>f. Bersabar dalam berdialog dengan orang-orang bodoh (jahil).</b> Hal ini tidak berarti menerima kehinaan, akan tetapi bisa menahan diri di hadapan faktor-faktor yang memancing emosi dan mencegah diri dari marah, sukarela atau pun terpaksa.
<br />
<br />
Allah swt. berfirman, <i>"Dan hamba-hamba Allah yang Maha Rahman mereka itu berjalan di muka bumi dengan rendah hati. Dan apabila diajak bicara oleh orang-orang yang bodoh (jahil) mereka berkata, ‘selamat.’</i> (Al Furqan : 63)<br />
<br />
Dan Allah memerintahkan kepada Nabi Musa dan Harun as, <i>"Pergilah kalian kepada Fir’aun sesungguhnya dia itu melampaui batas. Maka katakanlah kepadanya perkataan yang lembut."</i> <br />
<br />
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata <i>"bahwa ketika Rasulullah saw. sedang duduk bersama para sahabatnya, ada seseorang mencaci Abu Bakar ra. dan menyakitinya, tetapi Abu Bakar tetap diam. Lalu ia menyakitinya yang kedua kali dan Abu Bakar pun tetap diam. Kemudian ia menyakitinya yang ketiga kali, maka Abu Bakar membela diri. Ketika itulah Rasulullah saw. bangkit meninggalkan majlis. Abu Bakar bertanya, “Apakah engkau mendapati suatu dosa atas diriku, wahai Rasulullah?”
Rasulullah saw. menjawab, Ada malaikat turun dari langit mendustakan orang itu terhadap apa yang ia ucapkan kepadamu. Namun ketika kamu membela diri, setan pun datang, maka aku tidak mau duduk di sini ketika setan datang."</i> (HR Abu Dawud).
<br />
<br />
<b>g. Menjauhi perdebatan, baik dalam kebenaran maupun dalam kebatilan,</b> karena hal itu akan menimbulkan keinginan mencari menang dalam diri akhi, dan lebih suka berapologi daripada menampakkan kebenaran.<br />
Rasul saw bersabda,<br />
<br />
مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى ِإلاَّ أُوْتُوا اْلجَدَلَ . رواه الترمذي
<br />
<i>"Tidaklah suatu kaum tersesat setelah berpegang kepada kebenaran kecuali mereka diberi kegemaran berdebat."</i> (HR Turmudzi).<br />
<br />
Ibnu Majah dan Ahmad). Rasul saw bersabda, <i>“Aku pemimpin sebuah rumah di dalam surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia yang benar. Dan aku pemimpin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun bercanda. Dan aku pemimpin sebuah rumah di puncak surga bagi orang yang akhlaknya baik.”</i> (HR Abu Dawud)
<br />
<br />
<b>h. Menjauhi tempat-tempat kejahatan. Yaitu tempat dilakukannya kemungkaran atau dibicarakan di dalamnya ucapan yang menghina atau melecehkan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.</b>
<br />
Allah swt. berfirman,<br />
<i>"Dan apabila kamu melihat orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan yang lain. Dan jika syetan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini) maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim sesudah teringat larangan itu."</i> (Al-An’am: 68)<br />
<br />
Dan Allah swt. berfirman, <br />
<i>"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela."</i> (Al Humazah: 1)<br />
<br />
Rasulullah saw. bersabda,<br />
<br />
لَيْسَ اْلمُؤْمِنُ بِطَعَّانٍ وَلاَلَعَّانٍ وَلاَ فَاحِشٍ وَلاَ بَذِيْءٍ .
<br />
<i>"Tidaklah pantas seorang mukmin pencaci maki, pelaknat, suka berkata keji, dan suka berkata jorok."</i><br />
<br />
Rasulullah saw. bersabda, <i>“Tidak ada kata keji dalam sesuatu kecuali ia akan merusaknya. Dan tidaklah ada sifat malu dalam sesuatu melainkan ia akan menghiasinya.”</i> (HR Turmudzi).
<br />
<br />
<b>ADABUL ISTIMA’</b><br />
<b>1. Diam dan mendengarkan sehingga ucapan tidak bercampur baur dan sulit dipahami.</b><br />
Allah berfirman,<br />
<i>"Dan apabila dibacakan Al Qur’an maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian mendapatkan rahmat."</i> (Al-A’raf : 204)<br />
<br />
Dari Jabir bin Abdullah ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda kepadanya di Haji Wada’,<i>“Perintahkan manusia untuk tenang.”</i> Kemudian beliau bersabda,<br />
<br />
لاَ تَرْجِعُوْا بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ . متفق عليه
<br />
<i>"Janganlah kalian kembali sesudahku menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggal leher yang lain."</i> (Muttafaq ‘alaih)<br />
<br />
Dari Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah saw. memberi wasiat kepada Abu Dzar ra. Beliau saw. bersabda, <br />
<br />
<i>'Hendaklah kamu berakhlaq mulia dan banyak diam, karena demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada perhiasan bagi seluruh makhluk yang serupa dengan keduanya."</i> (HR. Ibnu Abid Dunya, Bazzar, Thabrani, dan Abu Ya’la)
<br />
<br />
Abdullah bin Mas’ud ra, berkata, <i>“Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada sesuatu di atas bumi yang lebih perlu untuk ditahan lama selain lidah.”</i> (Riwayat Turmudzi).<br />
<br />
<b>2. Tidak memenggal ucapan orang lain karena tergesa-gesa atau ingin menguasai kendali forum.</b><br />
Sehingga keinginan Rasulullah saw untuk segera menghafal Qur’an, dilarang oleh Allah dalam firman-Nya:
<i>"Dan jangalah kamu menggerakkan lidahmu untuk membaca Al Qur’an karena kamu hendak cepat-cepat menguasainya."</i> (Al-Qiyamah: 16)<br />
<br />
<b style="font-weight: bold;">3. Menghadapkan wajah kepada pembicara dan tidak berpaling darinya atau membuat orang lain berpaling darinya, selama dalam rangka taat kepada Allah, meskipun ucapan kurang membawa daya tarik ataupun bahasanya kurang indah dan kurang lancar.</b>Rasulullah saw, bersabda:<br />
<br />
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ اْلمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِقٍ . رواه مسلم
<br />
<i>"Janganlah kamu meremehkan suatu kebajikan, meskipun sekedar wajah berseri ketika engkau bertemu saudaramu."</i> (HR. Muslim)<br />
<br />
<b style="font-weight: bold;">4. Tidak menampakkan sikap berbeda karena ucapan saudara kita, meskipun kita sudah lebih tahu, selama pembicara tidak bersalah dalam berbicara.</b><br />
<b> </b>Rasulullah saw. pernah meminta Ibnu Mas’ud ra. untuk membacakan Al-Quran kepadanya, maka ia menjawab, <i>“Aku membaca untuk Anda padahal ia turun kepada Anda?” Beliau menjawab, Aku sungguh senang mendengar Al-Quran itu dari orang lain.</i><br />
<br />
Imam Ahmad bin Hambal pernah mendengarkan nasihat Al-Muhasibi, sampai beliau memperhatikannya dengan tenang dan akhirnya beliau menangis sampai basah jenggotnya.
<br />
<br />
<b style="font-weight: bold;">5. Tidak menampakkan kepada para hadirin bahwa kamu adalah orang yang lebih ‘alim dibandingkan si pembicara, karena hal itu akan menyebabkan kamu bersikap sombong (takabbur).</b><br />
<br />
Rasulullah saw. bersabda <br />
<br />
اَلْكِبْرُ بَطَرُ اْلحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ .
<br />
<i>"Kesombongan adalah sikap angkuh kepada kebenaran dan meremehkan orang lain."</i><br />
<i><br />
Wallahu a’lam</i>Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-17110962035263652842012-03-01T19:51:00.000-08:002012-03-01T19:56:03.138-08:00Empat Sikap Terhadap Kesalahan<a href="http://www.dakwatuna.com/2012/02/18392/empat-sikap-terhadap-kesalahan/">Dakwatuna</a>. Manusia seringkali disebut sebagai makhluk yang tidak luput dari salah dan dosa, namun ungkapan ini bukan berarti dengan seenaknya ia bisa melakukan perbuatan yang bernilai dosa itu, sehingga bila ia melakukan perbuatan dosa, itupun sifatnya sebagai dosa yang tidak disengaja atau karena ia tidak paham bahwa hal itu sebagai sesuatu yang bernilai dosa. Agar tidak berakibat fatal atas dosa yang telah dilakukan itu, ada empat sikap penting yang harus kita tunjukkan terhadap kesalahan.<br><br>
<b>Pertama</b> adalah mengakui kesalahan dan tidak merasa suci. Orang yang bersalah, meskipun kesalahan itu dilakukan karena tidak tahu atau dalam masyarakat kita sering disebut dengan kesalahan yang tidak disengaja, ia tetap harus mengakui bahwa kesalahan telah dilakukannya sehingga jangan sampai ia tidak merasa bersalah dan tidak mau bertaubat atau meminta maaf atas kesalahannya itu. Manakala seseorang mau mengakui kesalahan akan membuatnya mudah untuk segera bertaubat sehingga tidak merasa suci yang pantas membela diri, Allah swt berfirman:<br><br>
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
<br><br><i>Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana"</i> (QS An Nisa [4]:17).<br><br>
Selama ini banyak orang yang melakukan kesalahan tapi tidak merasa bersalah, akibatnya ia tidak mau bertaubat atau meminta maaf dan karena ia sebenarnya sudah mengakui di dalam hatinya bahwa ia memang salah tapi merasa gengsi untuk mengakui kesalahan apalagi di depan publik, maka hal ini membuatnya menjadi tidak tenang, ia sangat khawatir bila kesalahan itu suatu ketika akan terbongkar juga dan ini akan terasa lebih berat untuk diterima daripada sejak awal ia mengakui kesalahan. Oleh karena itu, bila bersalah, apalagi kita sudah memahami bahwa kita memang salah, akan sangat baik bila kita segera mengakuinya.<br><br>
Sikap <b>kedua</b> yang harus kita tunjukkan bila kita melakukan kesalahan adalah segera bertaubat dan meminta maaf pada orang lain. Hal ini karena tiada jalan bagi orang yang bersalah kecuali segera bertaubat kepada Allah swt dan meminta maaf kepada manusia bila kesalahan dilakukan kepada orang lain, Kemauan untuk bertaubat dan meminta maaf akan membuat dosa itu tidak menjadi beban yang memberatkan jiwa, karenanya Allah swt pasti akan menerima taubat siapa pun, bahkan sebanyak apapun dosa yang dilakukannya.<br><br>
Secara harfiyah, taubat adalah rujuk kepada Allah, hal ini karena dosa membuat manusia menjauh, bahkan bercerai dengan Allah swt sebagaimana suami istri yang bercerai, manakala manusia mau bertaubat kepada Allah swt, maka Dia pasti akan menerimanya sebagaimana firman-Nya:<br><br>
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
<br><br><i>Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang</i> (QS An Nisa [4]:110).<br><br>
Karena taubat dari segala dosa memiliki kedudukan yang sangat penting, maka hal ini harus dilakukan sesegera mungkin agar tidak timbul penyesalan di dalam hati kita, apalagi bila sampai mencapai kematian sebelum taubat dilakukan. Ini berarti taubat dan meminta maaf harus dilakukan secepatnya sesudah menyadari kesalahan itu sehingga taubat atau minta maaf sebenarnya tidak mengenal waktu yang tepat, dan seseorang tidak merasa gengsi untuk meminta maaf kepada siapa pun. Bila suami bersalah pada istri ia akan minta maaf pada istrinya itu, bila seorang bapak bersalah kepada anak, ia pun akan meminta maaf pada anaknya dan bila seorang atasan bersalah kepada bawahan ia pun tidak malu dan gengsi untuk menyampaikan permintaan maaf, begitulah seterusnya. Allah swt berfirman:<br><br>
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
<br><br><i>Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa</i> (QS Ali Imran [3]:133).<br><br>
Manakala orang yang bersalah mau meminta maaf, maka kita pun harus suka memaafkannya, hal ini karena kita pun bisa jadi bersalah pada orang lain dan kita pun ingin memperoleh maaf darinya. Bila kita yang bersalah meminta maaf, kenapa orang yang bersalah pada kita lalu kita tidak mau memaafkannya.<br><br>
<b>Jamaah Sidang Jumat Yang Berbahagia.</b><br><br>
<b>Ketiga</b> di antara sikap yang harus kita tunjukkan bila kita melakukan kesalahan adalah tidak menimpakan kesalahan itu kepada orang lain. Hal ini karena orang yang bersalah di samping harus mengakui kesalahan dan segera bertaubat, ia juga tidak boleh menimpakan kesalahan itu kepada orang lain, karena pada hakikatnya setiap orang bertanggung jawab atas perbuatan atau kesalahan yang dilakukannya. Menyalahkan orang lain sebagai bersalah padahal dirinyalah yang bersalah merupakan fitnah yang keji. Memang dalam hidup ini banyak kita dapati ada “maling teriak maling”. Perbuatan ini disebut keji karena fitnah merupakan dosa yang besar dan bagaimana mungkin orang yang tidak bersalah harus menanggung akibat dari suatu kesalahan hanya karena ia dituduh bersalah. Karena itu orang yang suka menimpakan kesalahan kepada orang yang tidak bersalah akan mendapatkan dosa yang ganda, yakni dosa bersalah itu sendiri dan dosa memfitnah orang lain, Allah swt berfirman:<br><br>
وَمَنْ يَكْسِبْ إِثْمًا فَإِنَّمَا يَكْسِبُهُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا وَمَنْ يَكْسِبْ خَطِيئَةً أَوْ إِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئًا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
<br><br><i>Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata</i> (QS An Nisa [4]:111-112).<br><br>
Ini berarti, bila kita bersalah kita harus mau menanggung resiko dari kesalahan itu dan tidak bisa menyalahkan orang lain meskipun kita bersalah dengan sebab orang lain, karena orang itupun ada nilai kesalahannya dan kita pun mendapat nilai, masing-masing orang bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, bahkan syaitan saja yang selalu menyesatkan manusia tidak mau disalahkan oleh manusia sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:<br><br>
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ اْلأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلاَّ أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي ۖ فَلاَ تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ ۖ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ ۖ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ ۗ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
<br><br><i>Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang zhalim itu mendapat siksaan yang pedih</i> (QS Ibrahim [14]:22).<br><br>
Sikap <b>keempat</b> yang harus kita tunjukkan bila kita bersalah adalah tidak membela orang yang salah. Hal ini karena akibat dari kesalahan akan menimpa orang yang melakukannya, karena itu biarlah orang yang bersalah merasakan akibatnya sehingga kita tidak perlu dan tidak boleh membela atau melindunginya. Ketika Rasulullah saw dilaporkan oleh para sahabat tentang adanya ketidakadilan, dimana bila orang-orang penting atau bangsawan yang bersalah tidak dihukum, tetapi ditutup-tutupi kesalahan itu bahkan mendapat perlindungan, mendengar hal itu Rasulullah saw menyatakan: <i>“Andaikan anakku Fatimah mencuri, akan aku potong tangannya”.</i><br><br>
Pernyataan Nabi di atas menunjukkan bahwa orang yang bersalah harus dihukum sesuai dengan tingkat kesalahannya sehingga tidak perlu dilindungi apalagi dibela, meskipun ia orang yang selama ini kita hormati seperti orang tua, guru, pemimpin atau pejabat atau ia adalah orang yang kita cintai seperti anak, teman dan sebagainya. Larangan ini ditegaskan oleh Allah swt karena jangan sampai orang yang bersalah akan melakukan kesalahan lagi pada kesempatan yang lain. Larangan membela orang yang salah tercermin pada firman Allah swt:<br><br>
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ
<br><br><i>Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan</i> (QS Al Maidah [5]:2).<br><br>
Dari uraian di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa Allah swt maklum bila manusia melakukan kesalahan, karenanya Dia membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang bersalah bila mereka mau bertaubat.<br><br>
Demikian khutbah Jumat kita pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, amien.Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-28362324290907125932012-02-16T19:23:00.000-08:002012-02-16T19:23:55.393-08:00TANDA-TANDA CINTA NABI Shallallaahu 'alaihi wa sallamإِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.<br>
<br>
<b>Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.</b><br>
Jamaah Jum’at rahimakumullah, marilah kita kenang, kita ingat kembali, dua sifat agung yang merupakan pangkat dan keagungan khusus bagi umat Islam, bagi hadirin jamaah Jum’at, khusus bagi kita yang beriman. Dua sifat itu adalah syukur dan shabar.
Dari saat yang mulia ini dan seterusnya sampai akhir hayat, marilah tetap kita sandang dua sifat itu, “syukur dan shabar”. Dalam kesempatan kali ini, setelah mensyukuri hidayah Iman, Islam dan Taqwa, marilah kita sedikit membahas “Cinta kepada Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam, serta shabar dalam menegakkan sunnah beliau. <br><br>
Saat ini, di tengah-tengah masyarakat sedang marak berbagai aktivitas yang mengatasnamakan cinta Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Banyak di antara mereka yang mengadakan acara ritual keagamaan sebagai manifestasi rasa cinta kepada Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.<br><br>
<b>Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah. </b><br>
Kecintaan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam adalah perintah agama. Tetapi untuk mengekspresikan cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam tidak boleh kita lakukan menurut selera dan hawa nafsu kita sendiri. Sebab jika cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam itu kita ekspresikan secara serampangan dan tanpa mengindahkan syari'at agama maka bukannya pahala yang kita terima, tetapi malahan dapat menuai dosa.<br>
Dari Anas radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasalam, bahwasanya beliau shallallahu alaihi wasalam bersabda:<br> <br><i>"Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia."</i> (Muttafaq Alaih)<br><br>
Dengan mengacu pada hadits shahih di atas, dapat kita ambil poin-poin berikut ini: Kewajiban cinta kepada Rasul shallallahu alaihi wasalam, kenapa harus cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam?, apa tanda-tanda cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam?,<br><br>
<b>Pertama</b>, Kewajiban Cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam<br>
Hadits shahih di atas adalah dalil tentang wajibnya mencintai Nabi shallallahu alaihi wasalam dengan kualitas cinta tertinggi. Yakni kecintaan yang benar-benar melekat di hati yang mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan siapapun di dunia ini. Bahkan meskipun terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti anak-anak dan ibu bapak kita. Bahkan cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam itu harus pula mengalahkan kecintaan kita terhadap diri kita sendiri.<br><br>
Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan, Umar bin Khathab radhiallahu anhu berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam : <i>"Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri." Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, 'Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri'. Maka Umar berkata kepada beliau, 'Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.' Maka Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, Sekarang (telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar."</i><br><br>
Karena itu, barangsiapa yang kecintaannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam belum sampai pada tingkat ini maka belumlah sempurna imannya, dan ia belum bisa merasakan manisnya iman hakiki sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Anas radhiallahu anhu , dari Nabi shallallahu alaihi wasalam , beliau bersabda:<br><br>
<i>"Ada tiga perkara yang bila seseorang memilikinya, niscaya akan merasakan manisnya iman, 'Yaitu, kecintaannya pada Allah dan RasulNya lebih dari cintanya kepada selain keduanya......"</i><br><br>
<b>Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.<br>
Kedua</b>, Mengapa kita harus mencintai Rasul shallallahu alaihi wasalam? <br>
Tidak akan mencapai derajat kecintaan kepada Rasul shallallahu alaihi wasalam secara sempurna kecuali orang yang mengagungkan urusan din (agama)nya, yang keinginan utamanya adalah merealisasikan tujuan hidup, yakni beribadah kepada Allah Ta'ala. Dan selalu mengutamakan akhirat daripada dunia dan perhiasannya. <br><br>
Cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam inilah dengan izin Allah menjadi sebab bagi kita mendapatkan hidayah (petunjuk) kepada agama yang lurus. Karena cinta Rasul pula, Allah menyelamatkan kita dari Neraka, serta dengan mengikuti beliau shallallahu alaihi wasalam, kita akan mendapatkan keselamatan dan kemenangan di akhirat.<br><br>
Adapun cinta keluarga, isteri dan anak-anak maka ini adalah jenis cinta duniawi. Sebab cinta itu lahir karena mereka memperoleh kasih sayang dan manfaat materi. Cinta itu akan sirna dengan sendirinya saat datangnya Hari Kiamat. Yakni hari di mana setiap orang berlari dari saudara, ibu, bapak, isteri dan anak-anaknya karena sibuk dengan urusannya sendiri. Dan barangsiapa lebih mengagungkan cinta dan hawa nafsunya kepada isteri, anak-anak dan harta benda duniawi maka cintanya ini akan bisa mengalahkan kecintaannya kepada para ahli agama, utamanya Rasul shallallahu alaihi wasalam .<br><br>
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ
<b>[KHUTBAH KEDUA]</b><br><br>
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
<br><br>
<b>Ketiga</b>, tanda-tanda Cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam <br><br>
Cinta Nabi shallallahu alaihi wasalam tidaklah berupa kecenderungan sentimentil dan romantisme pada saat-saat khusus, misalnya dengan peringatan-peringatan tertentu. Cinta itu haruslah benar-benar murni dari lubuk hati seorang mukmin dan senantiasa terpatri di hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi hidup, melahirkan amal shalih dan menahan dirinya dari kejahatan dan dosa. <br><br>
<b>Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.</b><br>
Adapun tanda-tanda cinta sejati kepada Rasul shallallahu alaihi wasalam adalah:<br>
Menaati beliau shallallahu alaihi wasalam dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Pecinta sejati Rasul shallallahu alaihi wasalam manakala mendengar Nabi shallallahu alaihi wasalam memerintahkan sesuatu akan segera menunaikannya. Ia tak akan meninggalkannya meskipun itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada isteri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam lebih dari segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya. <br><br>
Adapun orang yang dengan mudahnya menyalahi dan meninggalkan perintah-perintah Nabi shallallahu alaihi wasalam serta menerjang berbagai kemungkaran maka pada dasarnya dia jauh lebih mencintai dirinya sendiri. Sehingga kita saksikan dengan mudahnya ia meninggalkan shalat lima waktu, padahal Nabi shallallahu alaihi wasalam sangat mengagungkan perkara shalat, hingga ia diwasiatkan pada detik-detik akhir sakaratul mautnya. Dan orang jenis ini, akan dengan ringan pula melakukan berbagai larangan agama lainnya. Na'udzubillah min dzalik. <br><br>
Menolong dan mengagungkan beliau shallallahu alaihi wasalam. Dan ini telah dilakukan oleh para sahabat sesudah beliau wafat. Yakni dengan menyosialisasikan, menyebarkan dan mengagungkan sunnah-sunnahnya di tengah-tengah kehidupan umat manusia, betapapun tantangan dan resiko yang dihadapinya. <br><br>
Tidak menerima sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui beliau shallallahu alaihi wasalam, rela dengan apa yang beliau tetapkan, serta tidak merasa sempit dada dengan sesuatu pun dari sunnahnya. Adapun selain beliau, hingga para ulama dan shalihin maka mereka adalah pengikut Nabi shallallahu alaihi wasalam.Tidak seorang pun dari mereka boleh diterima perintah atau larangannya kecuali berdasarkan apa yang datang dari Nabi shallallahu alaihi wasalam.<br><br>
Mengikuti beliau shallallahu alaihi wasalam dalam segala halnya. Dalam hal shalat, wudhu, makan, tidur dsb. Juga berakhlak dengan akhlak beliau shallallahu alaihi wasalam dalam kasih sayangnya, rendah hatinya, kedermawanannya, kesabaran dan zuhudnya dsb.<br><br>
Memperbanyak mengingat dan shalawat atas beliau shallallahu alaihi wasalam. Mengharapkan bisa mimpi melihat beliau, betapapun harga yang harus dibayar. Dalam hal shalawat Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda:<br>
<i>"Barangsiapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali."</i> (HR. Muslim). <br><br>
Adapun bentuk shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wasalam adalah sebagaimana yang beliau ajarkan. Salah seorang sahabat bertanya tentang bentuk shalawat tersebut, beliau menjawab:<i> "Ucapkanlah:( Ya Allah, bershalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad)."</i> (HR. Al-Bukhari No. 6118, Muslim No. 858).<br><br>
Mencintai orang-orang yang dicintai Nabi shallallahu alaihi wasalam. Seperti Abu Bakar, Umar, Aisyah, Ali radhiallahu anhum dan segenap orang-orang yang disebutkan hadits bahwa beliau shallallahu alaihi wasalam mencintai mereka. Kita harus mencintai orang yang dicintai beliau dan membenci orang yang dibenci beliau shallallahu alaihi wasalam. Lebih dari itu, hendaknya kita mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi, termasuk ucapan, perbuatan dan sesuatu lainnya.<br><br>
<b>Ikhwani fid-din yang dimuliakan Allah.</b> <br>
Mencintai Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan menaati beliau, sabar dalam menghidupkan sunnah-sunnahnya, mengikuti beliau dalam segala hal, mencintai beliau dan orang-orang yang dicintainya dan bershalawat kepadanya. Mencintai beliau bukanlah dengan melakukan aktifitas, perayaan-perayaan khusus yang sama sekali tidak pernah beliau ajarkan, sebab hal itu sama saja dengan menyelisihi perintah dan ketetapannya yang pada akhirnya dapat menyebabkan dosa dan maksiat kepadanya. <br><br>
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahkan kepada kita keimanan dan rasa cinta yang tinggi kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga segala apa yang telah beliau tetapkan dapat kita terima dan laksanakan tanpa ada keberatan sedikitpun. <br><br>
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
<br><br>
اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
<br><br>
رَبّنَا لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
<br><br>
رَبّنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ.
<br><br>
sumber: klik <a href="http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatkhutbah&id=272">disini</a>Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-26425706023568868642011-11-03T19:10:00.001-07:002011-11-03T19:39:42.300-07:00Khutbah Idul Adha 1432 H: Bergerak dan Berkorban Dalam Kebenaranالله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر <br />اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أََنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.<br />Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.</span><br /><a href="http://www.dakwatuna.com/2011/10/15667/khutbah-idul-adha-1432-h-bergerak-dan-berkorban-dalam-kebenaran/">dakwatuna.com </a>- Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita bisa hadir pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah swt kepada kita, yakni nikmat iman dan Islam.<br /><br />Shalawat dan salah semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.<br />Kaum Muslimin Yang Berbahagia.</span><br />Salah satu yang amat kita butuhkan dalam menjalani kehidupan yang baik adalah keteladanan dari figur-figur yang bisa diteladani. Dengan adanya keteladanan, kita memiliki tolok ukur untuk menilai apakah perjalanan hidup kita sudah baik atau belum. Karena itu, hari ini kita kenang kembali manusia agung yang diutus oleh Allah swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarga Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad saw harus mampu mengambil keteladanan darinya, Allah swt berfirman:<br /><br />قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia</span> (QS Al Mumtahanah [60]:4).<br /><br />Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia serta mengambil hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di tanah suci, dalam kesempatan khutbah yang singkat ini ada empat hikmah yang menjadi isyarat bagi kaum muslimin untuk mewujudkannya dalam kehidupan ini, apalagi bagi kita bangsa Indonesia yang masih terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pertama, </span>Tinggalkan Yang Haram, dan Lakukan Yang Halal. Sebagaimana kita ketahui, ibadah haji dimulai dengan ihram dan diakhiri dengan tahallul. Saat ihram, pakaian yang dikenakan jamaah adalah kain putih tak berjahit, yang melambangkan kain kafan yang nanti akan dikenakan di sekujur tubuhnya ketika akan kembali kepada Allah swt pada saat kematiannya. Pakaian ihram yang putih-putih itu juga melambangkan tidak adanya perbedaan di mata Allah di antara sesama manusia. Segala perbedaan harus ditanggalkan dalam arti jangan sampai memiliki fanatisme secara berlebihan seperti perbedaan suku, organisasi, partai politik, paham, status sosial, ekonomi atau profesi. Kesatuan dan persamaan merupakan sesuatu yang harus diutamakan dalam upaya menegakkan kebenaran, bahkan siap mempertanggungjawabkan segala yang dilakukannya. Pakaian ihram juga melambangkan kesiapan berdisiplin dalam menjalankan kehidupan sebagaimana yang ditentukan Allah swt, hal ini karena selama berihram, jamaah haji memang berhadapan dengan sejumlah ketentuan, ada yang boleh dan ada yang tidak boleh dilakukan. Dengan demikian, seorang haji semestinya selalu disiplin menjalankan syariat Islam dan siapa pun yang menjalankan syariat Islam mendapat kedudukan yang terhormat, karena kehormatan manusia bukanlah terletak pada pakaiannya, tapi pada ketaqwaannya di hadapan Allah swt. Bila ihram maknanya adalah pengharaman dan tahallul maknanya adalah penghalalan, maka seorang haji siap meninggalkan yang diharamkan Allah swt dan hanya mau melakukan sesuatu bila memang dihalalkan. Ini merupakan prinsip yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, bahkan setiap manusia. Karena itu amat tercela bila ada orang ingin mendapatkan sesuatu yang tidak halal dengan memanfaatkan jalur hukum sekadar untuk mendapatkan legalitas hukum agar terkesan menjadi halal, padahal keputusan hakim sekalipun tetap saja tidak bisa mengubah sesuatu yang tidak halal menjadi halal, Allah swt melarang keras hal ini dalam firman-Nya:<br /><br />وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ فَرِيقاً مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ <br /><br /><span style="font-style:italic;">Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui</span> (QS Al Baqarah [2]:188).<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allahu Akbar 3X Walillahilmamdu.<br />Kaum Muslimin Rahimakumullah</span>.<br /><span style="font-weight:bold;">Kedua</span>, hikmah yang harus kita raih adalah Bergerak Untuk Kebaikan dan Berkorban. Ibadah haji merupakan ibadah bergerak. Para jamaah bergerak dari rumahnya menuju ke asrama haji, hanya beberapa jam di asrama haji, para jamaah harus bergerak lagi menuju Bandara, sesudah naik pesawat, mereka diterbangkan menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah, dari Jeddah para jamaah harus bergerak lagi menuju Madinah bagi jamaah gelombang pertama untuk selanjutnya Menuju Mekah, sedangkan bagi jamaah gelombang kedua para jamah langsung ke Mekah. Di sana jamaah langsung menunaikan umrah hingga tahallul. Selama beberapa hari di Mekah, para jamaah sudah harus bergerak lagi untuk melaksanakan puncak ibadah haji, mereka harus bergerak lagi menuju Arafah untuk wuquf, malam harinya menuju Muzdalifah untuk mabit dan mengumpulkan batu, keesokan harinya melontar di Mina, Tawaf ifadhah di Mekah, kembali lagi ke Mina untuk melontar hingga selesai, lalu kembali lagi ke Mekah untuk bersiap meninggalkan Mekah menuju Tanah air masing-masing dan sebelum meninggalkan Mekah, para jamaah bergerak lagi untuk melakukan tawaf wada, yakni tawaf perpisahan dengan Ka’bah. Dari rangkaian ibadah haji, puncak kesulitan bahkan resiko yang paling besar adalah saat melontar yang melambangkan perlawanan atau peperangan melawan syaitan.<br /><br />Dari rangkaian ibadah haji, kita bisa mengambil pelajaran bahwa setiap muslim apalagi mereka yang sudah menunaikan haji seharusnya mau bergerak dan menjadi tokoh-tokoh pergerakan untuk memperbaiki keadaan dan kualitas umat Islam. Setiap muslim harus bergerak untuk mencari nafkah, bergerak mencari ilmu, bergerak untuk menyebarkan, menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, bergerak untuk memberantas kemaksiatan dan kemunkaran. Ini semua menunjukkan bahwa seorang muslim jangan sampai menjadi orang yang pasif, diam saja menerima kenyataan yang tidak baik, apalagi bila hal itu dilakukan dengan dalih tawakkal, padahal tawakkal itu adalah berserah diri kepada Allah swt atas apa yang akan diperoleh sesudah berusaha secara maksimal.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.<br />Jamaah Shalat Id Yang Dimuliakan Allah swt</span>.<br /><span style="font-weight:bold;">Ketiga</span>, Jadikan masjid sebagai Pusat pergerakan. Ibadah haji dan rangkaian ibadah lainnya berpusat di masjid. Ketika jamaah haji kita mendapat kesempatan untuk berziarah ke Madinah, maka seluruh jamaah berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat berjamaah yang lima waktu di masjid Nabawi, bahkan sampai ditargetkan mencapai angka arbain (40) waktu meskipun hal ini tidak menjadi bagian dari ibadah haji. Oleh karena itu, sebagai muslim setiap kita harus memiliki ikatan batin dengan masjid yang membuat kita mau mendatangi masjid setiap hari untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah, khususnya bagi laki-laki, ikatan batin kita yang kuat kepada masjid membuat kita akan menjadi orang yang dinaungi Allah swt pada hari kiamat, Rasulullah saw bersabda:<br /><br />سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:..وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ إِذَاخَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ اِلَيْهِ.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya </span>(HR. Bukhari dan Muslim).<br /><br />Karena itu aneh sekali bila ada lelaki muslim tapi sehari-hari tidak suka dan tidak mau datang ke masjid. Karena tidak mau dipertanyakan keimanannya benar apa tidak, maka pada zaman Nabi Muhammad saw, orang munafik yang sudah mengaku beriman pun akhirnya datang juga ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah, namun hati mereka terasa berat dan malas, Allah swt berfirman:<br /><br />إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً <br /><br /><span style="font-style:italic;">Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali </span>(QS An Nisa [4]:142).<br /><br />Bila setiap lelaki muslim saja harus berusaha untuk selalu menunaikan shalat berjamaah di masjid, apalagi bila ia sudah melaksanakan ibadah haji. Karena seorang haji yang sudah menyempurnakan keislamannya seharusnya bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat di sekitarnya.<br /><br />Pelajaran <span style="font-weight:bold;">Keempat</span>, yang kita peroleh dari Nabi Ibrahim as adalah keinginannya yang amat besar untuk memiliki ilmu, menjadi pribadi yang shalih dan menjadi bahan pembicaraan yang baik bagi generasi yang akan datang, hal ini tercermin dalam doanya yang disebutkan oleh Allah swt dalam firman-Nya:<br /><br />رَبِّ هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ وَاجْعَل لِّي لِسَانَ صِدْقٍ فِي اْلآخِرِينَ<br /><br /><span style="font-style:italic;">(Ibrahim berdoa): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,</span> (QS As Syu’ara [26]:83-84)<br /><br />Dalam <span style="font-weight:bold;">tafsir Al Mishbah</span>, kata hukman dipahami oleh al-Biqai berarti amal ilmiah, yakni amal yang baik berdasar ilmu. Sungguh sangat mulia pada diri Nabi Ibrahim yang berdoa meminta ilmu dan pemahaman agar selalu menjalani kehidupannya di jalan Allah swt. Namun yang amat disayangkan adalah banyak orang yang meminta ilmu kepada Allah, bahkan sampai memiliki gelar kesarjanaan tertinggi tetapi ilmu tersebut diamalkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan malah mendatangkan dosa. Karena itu dengan ilmu manusia bisa saja masuk surga dengan selamat dan dengan ilmu juga manusia bisa saja masuk neraka jika ilmunya digunakan untuk hal-hal yang negatif, bahkan memperoleh siksa yang lebih dahsyat, Rasulullah saw bersabda:<br /><br />اَشَدُّ النَّّّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ عِلْمُهُ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang berilmu tapi tidak dimanfaatkannya </span>(HR. Thabrani dari Abu Hurairah ra).<br /><br />Hal yang luar biasa dari doa Nabi Ibrahim di atas adalah beliau meminta kepada Allah swt agar dimasukkan ke dalam golongan orang yang shalih, padahal seorang Nabi sudah pasti shalih, tapi masih saja ia berdoa agar dimasukkan ke dalam kelompok orang yang shalih, ini menunjukkan betapa pentingnya menjadi shalih dan beliau tidaklah merasa tinggi hati dengan keshalihannya hingga akhirnya ia tetaplah berdoa meminta dimasukkan ke dalam golongan orang yang shalih. M. Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur’an menyatakan bahwa; Kata shalih terambil dari akar kata shaluha yang merupakan lawan dari fasid (rusak). Dengan demikian shalih diartikan dengan tiada atau terhentinya kerusakan. Shalih juga diartikan sebagai bermanfaat dan sesuai. <br />Amal shalih adalah pekerjaan yang apabila dilakukan tidak menyebabkan dan mengakibatkan mudharat (kerusakan) atau bila pekerjaan itu dilakukan akan diperoleh manfaat dan kesesuaian (hal 562).<br /><br />Selanjutnya, Muhammad Abduh seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab menyatakan bahwa amal shalih adalah segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok dan manusia secara keseluruhan. Dengan demikian, orang yang shalih adalah orang yang menjalani kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt dan Rasul-Nya sehingga memberi manfaat kebaikan dan tidak mengakibatkan kerusakan atau kemudharatan bagi dirinya dan orang lain, baik di dunia maupun di akhirat kelak.<br />Begitu penting menjadi shalih, sehingga selain Nabi Ibrahim, jauh sebelumnya Nabi Sulaiman as juga berdoa agar dimasukkan ke dalam kelompok orang yang shalih, Allah swt berfirman:<br /><br />فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِى أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَى وَالِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ <br /><br /><span style="font-style:italic;">Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu, dan dia berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku ilmu untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih </span>(QS An Naml [27]:19).<br /><br />Doa ketiga dari Nabi Ibrahim as yaitu agar menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. Tentu sebagai seorang nabi, Ibrahim as tidak berucap atau bertindak yang buruk kepada keluarga dan kaumnya, meskipun begitu beliau khawatir bila ada saja orang yang membicarakan keburukannya. Oleh karena itu, kesempatan hidup kita yang amat terbatas ini harus kita gunakan untuk membuat sejarah hidup yang mulia sehingga menjadi bahan pembicaraan yang baik saat kita sudah wafat, bukan karena kita ingin mendapat pujian, tapi karena memang hanya kebaikan yang boleh dibicarakan tentang orang yang sudah mati, namun bila tidak ada kebaikan yang bisa dibicarakan, lalu apa yang akan orang bicarakan tentang kita. Karena itu menjadi penting bagi kita untuk merenungi kira-kira bila kita sudah mati, apa yang orang bicarakan tentang kita, tentu seharusnya kebaikan dan manfaat hidup kita yang mereka rasakan, bukan karena kita suka menceritakannya kebaikan kita kepada orang lain. Manusia terbaik adalah yang paling bisa dirasakan manfaat keberadaannya oleh orang lain, Rasulullah saw bersabda:<br /><br />خَيْرُالنَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ <br /><br /><span style="font-style:italic;">Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain</span> (HR. Qudha’i dari Jabir ra).<br /><br />Dari uraian di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwa meneladani Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw serta mengambil hikmah dari ibadah haji menuntut kita untuk selalu berusaha memperbaiki diri dan keluarga serta memperbaiki orang lain untuk selanjutnya terus bergerak dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran dan mau berkorban untuk mencapainya.<br /><br />Akhirnya marilah kita tutup khutbah Idul Adha pagi ini dengan berdoa kepada Allah swt:<br /><br />اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.</span><br /> <br />اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir</span>.<br /><br />اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا<br /><br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami</span>.<br /><br />اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari doa yang tak didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’i)</span>.http://www.blogger.com/img/blank.gif<br /><br />اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا<br /><br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian</span><br /><br /> رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka</span>.<br /><br />oleh: <a href="http://www.dakwatuna.com/2011/11/16155/khutbah-idul-adha-1432-h-empat-pelajaran-dari-kisah-nabi-ibrahim-as-dan-keluarganya/">Drs. Ahamad Yani</a>Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-5202310358227960662011-10-20T20:40:00.000-07:002011-10-20T20:45:01.946-07:00EMPAT AKIBAT AMBISI DUNIA<span style="font-weight:bold;">Jamaah Sidang Jumat Yang Dimuliakan Allah swt.</span> <br /><br />Hakikat dunia sebagai tempat sementara seharusnya membuat manusia, apalagi kaum muslimin menyadari bahwa dunia ini adalah yang oleh Rasulullah saw dikatakan sebagai tempat bercocok tanam dan panennya dalam kehidupan di akhirat nanti. Namun tetap saja begitu banyak manusia yang lupa akan hakikat dunia sehingga kesenangan dan kenikmatan dunia menjadi ambisi manusia dan yang lebih tragis lagi adalah menjadi ambisi kaum muslimin yang seharusnya mengingatkan orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya.<br /><br />Dunia seringkali dilambangkan dengan harta, tahta dan wanita. Orang yang berambisi terhadap dunia akan mencapai semua itu meskipun dengan menghalalkan segala cara, bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah mencari pembenaran dengan nilai-nilai Islam yang dipahaminya, salah satunya adalah dengan menggunakan istilah, dalil dan kaidah agama agar sesuatu yang tidak benar yang disikapi dan dilakukannya menjadi seolah-olah benar. Oleh karena itu, Rasulullah saw mengingatkan bahayanya bila seseorang berambisi kepada dunia. <br /><br />مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هِمَّتَهُ وَسَدَمَهُ وَلَهَا شَخَصٌ وَإِيَّاهَا يَنْوِى جَعَلَ اللهُ الْفَقْرَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَشَتَّتْ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْهَا إِلاَّ مَا كُتِبَ لَهُ مِنْهَا<br /><br /><span style="font-style:italic;">Barangsiapa yang dunia ini adalah semangat dan hasratnya, kepadanya ia memberikan perhatian dan untuknya ia berniat, niscaya Allah menjadikan kefakiran dihadapan kedua matanya, dan Dia memporakporandakan segala urusannya dan tidak akan ia peroleh darinya kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya darinya</span> (HR. Bazzar, Thabrani dan Ibnu Hibban).<br /><br />Di dalam hadits lain, disebutkan oleh Ibnu Abbas ra:<br /><br />خَطَبَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى مَسْجِدِ الْخَيْفِ فَحَمِدَ اللهَ وَذَكَرَهُ بِمَا هوَ أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ: مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هِمَّتَهُ فَرَّقَ الله شَمْلَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يُؤْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا كُتِبَ لَهُ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Suatu ketika Rasulullah saw berceramah kepada kami di masjid Al Khaif, beliau memulainya dengan memuji Allah dan beliau menyanjung-Nya dengan apa yang menjadi hak-Nya, kemudian bersabda: Barangsiapa yang dunia adalah semangat (hasrat)nya, niscaya Allah mencerai beraikan kekuatannya dan menjadikan kefakirannya dihadapan kedua matanya dan Allah tidak akan memberinya dari harta dunia ini, kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya</span> (HR. Thabrani).<br /><br />Dari hadits di atas, dapat kita simpulkan bahwa orang-orang yang memiliki ambisi keduniaan secara berlebihan ternyata tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, bahkan ia mengalami kerugian di dunia dan akhirat yang terangkum dalam empat akibat. <span style="font-weight:bold;">Pertama,</span> menjadi fakir. Berapapun atau sebanyak apapun materi yang diperoleh, orang yang memiliki hasrat dunia tidak pernah merasa cukup dengan apa yang sudah diperolehnya itu. Orang lain melihatnya sebagai orang yang selalu kekurangan meskipun sebenarnya ia sudah punya harta yang berlimpah. Sudut pandang matanya yang merasa fakir atas harta akan membuatnya terus mencari dengan menghalalkan segala cara, merampas miliki dan hak orang lain. <br /><br />Kenyataan menunjukkan begitu banyak pengusaha yang tidak memenuhi hak-hak buruh yang dipekerjakannya, perusahaannya yang besar ternyata tidak membuatnya mau memberi gaji atau kesejahteraan yang memadai meskipun para buruh telah menuntut kesejahteraan bertahun-tahun, bahkan sampai mati ada diantara mereka yang tidak memperoleh hak-haknya. Ketika terjadi musibah, perusahaan besar seolah-olah menjadi begitu kecil karena tidak mau memberikan ganti rugi yang nilainya tidak seberapa dibanding aset perusahaan yang sedemikian banyak. <br /><br />Hasrat dunia membuat anggota DPR dan DPRD serta para pejabat di pusat dan daerah yang sudah bergaji besar serta tunjangan yang luar biasa masih saja melakukan korupsi, seperti orang yang masih kekurangan. Begitu juga dengan para padagang yang beromset besar tapi masih saja menimbun barang dan melakukan penipuan yang menyengsarakan masyarakat banyak, masyarakat yang sudah susah menjadi bertambah susah dan masih banyak contoh-contoh lain yang menggambarkan betapa orang yang berambisi atas kenikmatan dunia tidak membuatnya merasa memperoleh banyak, tapi masih merasa amat sedikit meskipun sebenarnya sudah begitu banyak. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah.</span><br /><br />Akibat <span style="font-weight:bold;">kedua </span>dari orang yang berambisi pada hal-hal yang sifatnya duniawi adalah <span style="font-weight:bold;">urusannya menjadi kacau</span>. Ketika upaya menghalalkan segala cara dilakukan untuk mendapatkan ambisi duniawi, maka dampak buruk baginya tidak bisa dicegah, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Qarun dengan kekayaannya yang banyak membuatnya berhadapan dengan azab Allah swt di dunia dengan diamblaskan diri dan hartanya ke dalam bumi, sedangkan para pedagang dibenci oleh masyarakat yang membuat harta yang diperolehnya tidak berkah dan para politisi serta pejabat tidak hanya masuk penjara dan tidak bisa dicalonkan lagi untuk priode berikutnya, tapi citra dirinya menjadi hancur sehingga ia termasuk sebagai penjahat negara dan masyarakat yang harus diwaspadai. Keinginannya membangun negeri menjadi kacau dan ambisi lainnya yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya duniawi sekalipun tidak bisa dikejarnya lagi.<br /><br />Ambisi dunia tidak hanya berupa harta dan tahta, tapi juga wanita. Akibatnya ia lakukan upaya menghalalkan segala cara dengan melakukan perzinahan yang membuat karirnya terhenti dan meninggalkan citra yang sangat buruk. Ini tidak hanya terjadi di negeri kita, pada masyarakat barat yang sedemikian bebas dalam masalah seksual ternyata tidak rela bila pemimpinnya melakukan perzinahan, karena berapa banyak pemimpin yang terpaksa harus mundur atau dimundurkan dari jabatannya karena skandal seksual, ini membuat urusan yang hendak dikerjakannya menjadi kacau dan ibarat bangunan sudah porakporanda.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ketiga</span> yang merupakan akibat orang yang berambisi kepada dunia adalah menghilangkan kekuatan. Dalam konteks organisasi atau jamaah, ambisi keduniaan terbukti telah membuat kekuatan jamaah itu menjadi hilang, terjadi konflik yang tajam antara orang-orang yang idealis dengan nilai-nilai kebenaran yang diperjuangkan dengan orang yang pragmatis karena sekadar mencapai kenikmatan sesaat berupa harta, tahta dan wanita. Kekuatan pasukan kaum muslimin dalam perang Badar yang dengan mudah mengalahkan kekuatan lawan yang lebih besar ternyata hancur dengan mudah dengan korban 70 sahabat yang menjadi syahid dalam perang uhud karena harta yang diperebutkan meskipun sudah ada aturan pembagiannya yang diatur sesudah parang badar.<br /><br />Dalam kehidupan sekarang, para aktivis yang ingin memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan menegakkan keadilan, baik dari kalangan Islam maupun nasionalis telah hilang kekuatannya, bahkan sudut pandang materi menjadi semakin kuat untuk meraih kemenangan. Target pencapaian keberhasilan bisa jadi hanya diawang-awang. Akibatnya, jangankan mau menambah keberhasilan, mempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai saja menjadi sangat sulit. Konflik dengan sebab ambisi duniawi memang tidak bisa dipungkiri telah mengakibatkan hilangnya kekuatan barisan perjuangan.<br /><br />Yang <span style="font-weight:bold;">keempat </span>sebagai akibat dari ambisi duniawi yang dilakukan manusia adalah mendapatkan harta hanya sedikit. Keinginan mendapatkan jabatan yang lebih tinggi atau paling tidak bertahan pada kedudukan sekarang serta ingin mendapatkan harta yang banyak dan lebih banyak lagi ternyata pupus dengan sebab ambisi duniawi. Hal ini karena ambisi duniawi yang menyebabkan ia melanggar hukum membuatnya menjadi manusia yang bermasalah dari sisi hukum, akibatnya harta yang diperolehnya habis untuk membayar pengacara dan berbagai upaya melindunginya dari jeratan hukum, bahkan kenyataan menunjukkan tidak sedikit orang yang menjadi pejabat di pusat atau daerah hanya dua sampai lima tahun tapi harus masuk penjara lima sampai sepuluh tahun, bahkan lebih lama lagi.<br /><br />Akibatnya harta yang didapat dan bisa dinikmatinya hanya sedikit, sesuai dengan standar yang ditetapkan, bahkan bisa jadi malah berkurang dengan sebab perkara yang dihadapinya ditambah lagi citra diri yang sudah susah untuk dikembalikan.<br />Apa yang dikemukakan oleh Rasulullah saw sejak lenih dari 15 abad yang lalu kita rasakan amat relevan dengan kehidupan kita sekarang dan kapanpun, karenanya berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah tidak hanya dalam aspek ubudiyah, tapi seluruh aspek kehidupan yang kita jalani.<br /><br />Demikian khutbah Jumat kita yang singkat pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, amien ya rabbal alamin<br /><br />Oleh Drs. Ahmad YaniChoirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-20982119747327932422011-08-25T19:46:00.000-07:002011-08-25T20:03:27.729-07:00Khutbah Idhul Fitri 1432 H<div align="center" class="style1">LIMA CARA MEMPERLAKUKAN HATI</div>
<br /><div align="center">Oleh: Drs. H. Ahmad Yani</div>
<br />
<br /> الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
<br />اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أََنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
<br />Kaum Muslimin Yang Berbahagia.</span>
<br />
<br />Kembali puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan kenikmatan beribadah kepada kita, khususnya pada bulan Ramadhan yang baru saja kita lalui, bahkan ibadah shalat Id kita pada pagi ini, Karenanya kita berharap semoga semua itu dapat mengokohkan ketaqwaan kita kepada Allah swt dalam menjalani sisa kehidupan kita di dunia. Ketaqwaan yang membuat kita bisa keluar dari berbagai persoalan hidup dan mengangkat derajat kita menjadi amat mulia dihadapan Allah swt.
<br />Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
<br />Kaum Muslimin Yang Berbahagia.</span>
<br />
<br />Pagi ini kita memiliki perasaan yang sama, yakni gembira. Gembira bukan karena banyak makanan di rumah kita, bukan karena uang kita lebih dari cukup atau bukan pula karena pakaian kita baru. Tapi kita gembira karena berada dalam kesucian jiwa, kebersihan hati setelah melaksanakan ibadah Ramadhan. Rasulullah saw bersabda:
<br />
<br />إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِحْتِسَابًا خَرَجَ مِنَ الذُّنُوْبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">“Allah yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan shalat malam harinya. Barangsiapa puasa Ramadhan dan shalat malam dengan mengharap ridha Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang dilahirkan ibunya”</span> (HR. Ahmad).
<br />
<br />Karena itu seharusnya kitapun bersedih karena Ramadhan yang sudah berlalu belum kita jalani ibadah di dalamnya dengan penuh kesungguhan, banyak diantara kita yang berpuasa hanya tidak makan dan tidak minum, shalat tarawih hanya mengejar jumlah rekaat tanpa kehusyuan, tilawah al-Qur’an yang hanya mengejar target khatam tanpa berusaha memahaminya sampai begitu sayang kita kepada harta sehingga tidak mau bersedekah atau hanya sedikit sedekah harta yang kita keluarkan dibandingkan dengan banyaknya harta yang kita miliki. Padahal belum tentu tahun depan Ramadhan bisa kita dapati lagi karena mungkin saja umur kita tidak sampai pada Ramadhan tahun depan sebagaimana hal itu dialami oleh orang tua kita, saudara-saudara, teman dan jamaah kita hingga tokoh-tokoh kita yang sudah lebih dahulu dipanggil oleh Allah swt, karenanya kita doakan mereka yang sudah mendahului kita semoga diampuni dosa-dosa mereka, diluaskan kubur mereka dan dimasukkan mereka ke dalam surga yang penuh kenikmatan oleh Allah swt.
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
<br />Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.</span>
<br />
<br />Kita semua tentu menyadari betapa banyak pribadi, keluarga, masyarakat, jamaah hingga bangsa dan negara yang tidak baik, amat jauh perjalanan hidupnya dari ketentuan yang digariskan oleh Allah swt, bahkan bisa jadi kita termasuk orang yang demikian, semua itu berpangkal pada hati. Karena itu, hati memiliki kedudukan yang sangat penting. Baik dan buruknya seseorang sangat tergantung pada bagaimana keadaan hatinya, bila hatinya baik, maka baiklah orang itu dan bila hatinya buruk, buruklah orang itu. Rasulullah saw bersabda:
<br />
<br />أَلاَ إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Ingatlah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah anggota tubuh dan apabila ia buruk, buruk pulalah tubuh manusia. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati </span>(HR. Bukhari dan Muslim).
<br />
<br />Oleh karena itu hati harus kita perlakukan dengan baik dalam kehidupan ini. Melalui khutbah pada pagi ini akan kita bahas paling tidak lima hal yang harus kita perlakukan terhadap hati kita masing-masing. <span style="font-weight:bold;">Pertama,</span> hati harus dibuka dan jangan sampai kita tutup. Yang menutup hati biasanya orang-orang kafir sehingga peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam hatinya, Allah swt berfirman:
<br />
<br /> إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عظِيمٌ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagimereka siksa yang amat berat. </span>(QS Al Baqarah [2]:6-7)
<br />
<br />Itu sebabnya, ketika Umar bin Khattab menutup hatinya dari petunjuk ia menjadi kafir bahkan sangat membenci Rasulullah saw hingga bermaksud membunuhnya, namun ketika hati sudah dibuka dengan mudah petunjuk bisa masuk ke dalam hatinya yang membuatnya tidak hanya beriman tapi amat mencintai Rasulullah saw. Hal yang amat berbahaya bila hati tertutup selain petunjuk dan nasihat tidak bisa masuk, keburukan yang ada di dalam hati juga tidak bisa keluar sehingga meskipun kita tahu bahwa itu buruk amat sulit bagi kita untuk mengeluarkan atau membuangnya. Ibarat ruangan, bila kita buka pintu dan jendelanya, maka udara kotor bisa keluar dan udara bersih bisa masuk sehingga akan kita rasakan kesegaran jiwa. Berbagai bencana yang kita nilai dahsyat dalam kehidupan kita di dunia ini bisa kita pahami sebagai bentuk upaya menggedor hati manusia agar mau membukanya dan mengakui kebesaran Allah swt, namun ternyata hati yang tertutup rapat tetap saja tidak terbuka, mereka hanya mengatakan hal itu sebagai fenomena alam.
<br />
<br />Memperlakukan hati yang <span style="font-weight:bold;">Kedua</span> adalah dibersihkan. Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal yang bernilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci. Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah saw bersabda:
<br />
<br />التاَّ ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa</span> (HR. Thabrani).
<br />
<br />Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kekotoran yang membuat manusia menjadi hina, Allah swt berfirman:
<br />
<br />وَلاَ تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ. يَوْمَ لاَ يَنفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ. إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih </span>(QS Asy Syu’araa [26]:87-89).
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
<br />Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.</span>
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">Ketiga,</span> cara memperlakukan hati adalah harus dilembutkan. Kelembutan hati merupakan sesuatu yang amat penting untuk dimiliki, hal ini karena dengan hati yang lembut, hubungan dengan orang lain akan berlangsung dengan baik dan ia mudah menerima nilai-nilai kebenaran. Kelembutan hati akan membuat kita memandang dan menyikapi orang lain dengan sudut pandang kasih sayang sehingga bila ada orang lain mengalami kesulitan hidup, ingin rasanya kita mengatasi persoalan hidupnya, ketika kita melihat orang susah, ingin sekali kita mudahkan, tegasnya kelembutan hati menjauhkan kita dari rasa benci kepada orang lain meskipun ia orang yang tidak baik, karena kitapun ingin memperbaiki orang yang belum baik.
<br />
<br />Salah satu yang harus kita waspadai yang menyebabkan hati menjadi keras sehingga kita menjadi semakin jauh dari Allah swt adalah berbicara yang tidak baik dan tidak benar, hal ini karena ketika bicara kita demikian lalu ada orang lain menegur, meluruskan atau menasihati, kita cenderung mempertahankan dan membela diri atas pembicaraan kita yang tidak benar itu sehingga tanpa kita sadari kitapun memiliki hati yang menjadi keras, Rasulullah saw bersabda:
<br />
<br />لاَ تُكْثِرُوا الْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ, وَإِنَّ أََبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللهِ الْقَلْبُ الْقَاسِى
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Janganlah kalian banyak berbicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah. Karena banyak bicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah akan membuat hati keras. Sementara manusia yang paling jauh dari Allah adalah yang hatinya keras</span> (HR. Tirmidzi).
<br />
<br />Untuk bisa melembutkan hati, kita bisa melakukannya dengan banyak cara, diantaranya menyayangi anak yatim dan orang-orang miskin. Dalam satu hadits disebutkan:
<br />
<br />أنَّ رَجُلاً شَكَا إلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ: إِمْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيْمِ وَ أَطْعِمِ الْمِسْكِيْنِ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah saw seraya melaporkan kekerasan hatinya, maka beliau menasihatinya: “Usaplah kepala anak yatim dan berilah makanan kepada orang miskin”</span> (HR. Ahmad).
<br />
<br />Karena itu, amat disayangkan bila ada orang yang hatinya keras bagaikan batu sehingga sulit untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil seperti yang disebutkan Allah swt dalam firman-Nya:
<br />
<br />ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.</span> (QS Al Baqarah [2]:74).
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
<br />Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.</span>
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">Keempat,</span> hati harus disehatkan.Jasmani yang sehat membuat kita memiliki gairah dan semangat dalam menjalani kehidupan dan makanan yang lezat bisa kita nikmati. Namun bila jasmani sakit tidak ada gairah hidup dan makanan yang enak tidak antusias bagi kita untuk memakannya dan bila kita makanpun tidak kita rasakan kelezatannya. Begitu pula halnya dengan hati, bila hati sakit kita tidak suka pada kebaikan dan kebenaran. Islam merupakan agama yang nikmat, namun bagi orang yang hatinya sakit tidak dirasakan kenikmatan menjalankan ajaran Islam kecuali sekadar menggugurkan kewajiban. Hati yang sakit biasanya dimiliki oleh orang munafik, mereka nyatakan beriman tapi sekadar di lisan, mereka laksanakan kebaikan termasuk shalat tapi maksudnya adalah untuk mendapatkan pujian orang, karena itu tidak mereka rasakan nikmatnya beribadah dan berbuat baik. Allah swt berfirman:
<br />
<br />وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ. يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ. فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Diantara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahalmereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yangberiman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orangyang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinyasendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambahAllah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,disebabkan mereka berdusta.</span> (QS Al Baqarah [2]:8-10)
<br />
<br />Karena itu, orang munafik akan mengalami penyesalan yang amat dalam disebabkan keburukan yang mereka sembunyikan di dalam hatinya, Allah swt berfirman:
<br />
<br /> فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَن تُصِيبَنَا دَآئِرَةٌ فَعَسَى اللّهُ أَن يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِّنْ عِندِهِ فَيُصْبِحُواْ عَلَى مَا أَسَرُّواْ فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka."</span> (QS Al Maidah [5]:52
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">Kelima,</span> ditajamkan. Hati harus kita asah hingga menjadi seperti pisau yang tajam. Pisau yang tajam akan mudah memotong dan membelah sesuatu. Bila hati kita tajam akan mudah pula membedakan mana haq dan mana yang bathil, bahkan perintahpun tidak selalu harus disampaikan dengan kalimat perintah, dengan bahasa isyarat saja sudah cukup dipahami kalau hal itu merupakan perintah yang harus dilaksanakan. Nabi Ibrahim dan Ismail as merupakan diantara contoh orang yang memiliki ketajaman hati sehingga perintah Allah swt untuk menyembelih Ismail cukup disampaikan melalui mimpi dan Ismail menangkap hal itu sebagai perintah ketika Nabi Ibrahim menceritakannya, padahal Nabi Ibrahim tidak menyatakan bahwa hal itu merupakan perintah dari Allah swt.
<br />
<br />Untuk mendidik kita menjadi orang yang memiliki ketajaman hati, puasa merupakan salah satu caranya, karenanya pada waktu puasa, teguran orang lain kepada kita meskipun dengan bahasa isyarat sudah menyadarkan akan kesalahan yang kita lakukan, ini membuat kita dengan mudah bisa menangkap dan membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, sesuatu yang selama ini semakin hilang dari pribadi masyarakat kita sehingga yang haq ditinggalkan dan yang bathil malah dikerjakan, Allah swt mengingatkan soal ini dalam firman-Nya:
<br />
<br />وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ فَرِيقاً مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itukepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui</span> (QS Al Baqarah [2]:188).
<br />
<br />Dengan demikian, menjadi amat penting bagi kita semua untuk memperlakukan hati dengan sebaik-baiknya sehingga perbaikan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa sesudah Ramadhan berakhir dapat kita lakukan. Akhirnya, marilah kita akhiri ibadah shalat Id kita pada pagi ini dengan sama-sama berdo’a:
<br />
<br /> اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a</span>.
<br />
<br />اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir</span>.
<br />
<br /> اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan</span>.
<br />
<br /> اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.</span>
<br />
<br />اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari do’a yang tak didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’i)</span>
<br />
<br /> رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.</span>
<br />
<br />Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-16700207351049711712011-08-11T20:38:00.000-07:002011-08-11T20:42:15.058-07:00BAGAIMANA RASULULLAH SAW MENGHADAPI SYAITANAllah swt menciptakan malaikat, jin, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Semuanya diciptakan dalam rangka untuk beribadah kepada Allah swt. Hanya tunduk dan taat pada-Nya saja. Namun ada makhluk yang membangkang perintah-Nya sehingga Allah pun mengutuknya, dialah Iblis. Al Qur’an telah menjelaskan bahwa syaithan telah bersumpah utk menjadi musuh manusia setelah dikeluarkannya dia dari surga. Di dalam Surat Al A’raf:16-17, Iblis menjawab:
<br />
<br />قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ {16} ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ {17}
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">"Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yg lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at)”</span>
<br />
<br />Maka Iblis dan bala tentaranya yaitu jin dan para syaitan akan menggoda manusia agar mereka ingkar pada jalan Tuhannya. Sehingga ada banyak teman untuk masuk neraka.
<br />
<br />Ada beberapa kiat untuk menghadapi tipu daya syaitan, yaitu:
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">1. Selalu Memperbaharui Iman kapan dan dimana saja berada.</span>
<br />Senantiasa mengingat Allah dg menyebut nama-Nya pada saat kita melakukan segala sesuatu.
<br />Sungguh syetan bersemayam dalam hati manusia. Saat manusia berdzikir kepada Alloh, syetan akan berlari. Namun, saat manusia lupa berdzikir, syetan datang kembali membisiki ke jalan kejahatan. Nabi memerintahkan untuk senantiasa memperbaharui iman. Sahabat bertanya bagaimana caranya? Nabi menjawab, perbanyaklah membaca, memahami dan mengamalkan laa ilaha illalloh.
<br />
<br />Rosul dan sahabat saja, yang paling benar imannya, selalu memperbaharui iman mereka dengan berbagai cara. Senantiasa mengingat Allah dengan menyebut nama-Nya pada saat kita melakukan segala sesuatu. Tidak ada waktu yang tersisa, untuk memberikan kesempatan syetan menjegal kehidupan kita. Hadirkanlah selalu iman kapan dan dimana kita berada. Iman tidak hanya hadir di mesjid, namun ia hadir dimana-mana dalam aspek kehidupan.
<br />
<br />Kita patut belajar dari kisah dialog antara pengembala kambing dengan Umar bin Khatab. Seorang pengembala sapi yang notabene memiliki tingkat intelektual yang relatif rendah, namun memiliki nuansa keimanan yang sangat tinggi. Saat pengembala dites keimananannya oleh sahabat Umar bin Khatam untuk dibeli kambingnya. Umar berkata, “Bilang saja kepada majikanmu, kambing dimakan serigala”. Pengembala pun berkata, “Dimana Alloh?”. Mendengar jawaban ini, Umar pun menangis.
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">2. Mentadabburi Al-Quran</span>
<br />Kiat kedua untuk memenangi pertarungan dengan syetan adalah mentadabrui al-Quran. Dalam berbagai ayat al-Quran, dikatakan bahwa merenungi dan menghayati al-Quran akan berkorelasi dengan penambahan iman dan otomatis syetan akan menjauh. Ketika berinteraksi dengan al-Quran, maka iman akan bertambah. Dan inilah yang membedakan antara orang beriman dengan munafiq. Orang iman akan bertambah imannya, sementara orang munafik bertambah penyakit nifaqnya, sampai mati dalam keadaan kafir.
<br />
<br />At-Taubah 124
<br />
<br />وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">“Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafiq) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira”</span>.
<br />
<br />Jadi, merenungi Al-Quran merupakan kebutuhan yang lebih besar dibandingkan makan dan minum. Saat tidak makan, bahaya ektrimnya adalah sakit. Sementara, kalau tidak tadabur al-Quran, konsekwensinya bukan hanya mati secara fisik namun juga hati nurani. Hati akan terkunci untuk menerima nasehat dan akhirnya mati dalam keadaan kafir. Qs Muhammad 24
<br />
<br />أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">“Maka tidaklah mereka menghayati al-Quran, ataukah hati mereka sudah terkunci?”</span>
<br />
<br />Dalam kondisi hidup yang penuh dengan fitnah, diharuskan kita selalu mentadaburi al-Quran. Karena inilah sumber energi yang akan hadir untuk mengalahkan syetan. Imam Ahmad bin Hambal, seorang sholeh, saat diminta bantuan merukyah seseorang yang kesurupan jin. Sang Imam tidak bersedia datang. Ia cukup mengirimkan sandalnya. Dan syetan pun langsung lari.
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">3. Komitmen untuk Selalu Berjamaah dengan Orang-orang yang Benar dan Jujur</span>
<br />Kiat ketiga adalah berkomitem untuk selalu berjamaah dengan orang benar dan jujur dalam aqidah, ibadah dan akhlaq. Sebagaimana tercantum dalam QS At-Taubah 119.
<br />
<br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar”</span>
<br />
<br />Orang yang sendirian akan relatif mudah terperangkap tipu daya syetan dan tenggelam dalam perbuatan haram. Awalnya coba-coba namun akhirnya menjadi kebiasaan. Saat syetan menggoda manusia, sebagian mereka saling mendukung kelompok lainnya, sehingga kalau manusia sendirian, maka syetan akan mudah menjadi pemenang.
<br />
<br />Dalam islam, apa saja yang berjamaah, memiliki pahala yang besar, misalnya sholat berjamaah, makan berjamaah, bepergian berjamaah, dan lain-lain. Berjamaah akan memberikan kekuatan dan sinergi satu sama lain. Seorang mukmin akan kuat karena disebabkan saudaranya. Jangan bingung memilih ‘label’ jamaah. Karena dasar pemilihan jamaah berdasar tuntutan al-Quran dan Hadits bukan atas dasar label, namun berdasarkan kriteria yakni mereka yang benar dan jujur.
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">4. Memahami Islam secara Mendalam</span>
<br />Kita keempat adalah memahami islam dengan mendalam. Tidak mungkin orang bodoh akan memiliki iman kuat sehingga memenangi pertempuran dengan syetan. Dalam sebuah hadits,
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">“Barangsiapa dikehendaki Alloh baik, maka ia diberi pemahaman islam baik”. Syetan akan menyerah saat berhadapan orang yang berilmu (paham), karena seorang faqih akan mengetahui tipu daya syetan.</span>
<br />
<br />Ayat pertama al-quran yang turun menyeru tentang pemahaman (ilmu) bukan solan jihad, sholat, dan ibadah lainnya. Karena semua ibadah tidak akan diterima Alloh SWT kalau tidak didasari ilmu yang dimiliki. Jadi jangan mengikuti sesuatu yang kita tidak mengetahuinya.
<br />
<br />Jangan pernah bosan memahami islam, sebagai modal melawan syetan yang tidak pernah berhenti menggoda manusia sampai qiamat. Perbanyak kajian yang didasari kesadaran diri bahwa pertarungan dengan syetan tidak akan pernah berhenti. Dan semoga kita dimudahkan mencintai ilmu al-Quran, Sunah dan bersama orang-orang yang sholeh.
<br />
<br /><span style="font-weight:bold;">5. Hidup sederhana dan tidak cinta dunia.</span>
<br />Menghindari makan yg berlebih-lebihan meskipun makanan itu halal dan bersih karena Allah telah berfirman:
<br />
<br />يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
<br />
<br /><span style="font-style:italic;">“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yg indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tdk menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. 7:31)</span>
<br />
<br />Rasulullah SAW telah bersabda:
<br />Sesungguhnya syaitan itu memasuki anak Adam seperti aliran darah, karena itu tahanlah jalannya syaithan itu melalui lapar. (HR Ahmad)
<br />
<br />Oleh: Dyah SudarsiChoirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-85232507143892290382011-07-28T18:48:00.000-07:002011-07-28T18:59:20.075-07:00Tiga Bentuk Disiplin<span style="font-weight:bold;">Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.</span><br /> <br />Ada begitu banyak makna penting dari ibadah Ramadhan yang kita lakukan dari tahun ke tahun. Salah satu makna penting yang harus kita peroleh dari ibadah Ramadhan adalah betapa kaum muslimin harus betul-betul disiplin dalam melaksanakan nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah swt. Untuk itu, manusia telah dibimbing dengan diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuknya sehingga manusia bisa membedakan mana jalan hidup yang benar dan mana yang salah, Allah swt berfirman: <br /><br /> شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ <br /><br /><span style="font-style:italic;">beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS Al Baqarah</span> [2]:185).<br /> <br />Paling tidak, ada <span style="font-weight:bold;">tiga bentuk disiplin dalam kebenaran</span> yang amat penting untuk kita laksanakan yang merupakan didikan dari ibadah Ramadhan. <span style="font-weight:bold;">Pertama</span>, disiplin dalam menunaikan kewajiban yang harus ditunaikan, apalagi kewajiban ini tidak hanya ditujukan kepada kita tapi juga kepada generasi sebelum kita, ini berarti tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau melaksanakan segala bentuk kewajiban dalam hidup ini, karena setiap generasi terdahulu juga telah dibebankan kewajiban kepada mereka, sebagai apapun mereka, Allah swt berfirman:<br /> <br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ <br /><br /><span style="font-style:italic;">Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa</span> (QS Al Baqarah [2]:183).<br /> <br />Dalam kaitan disiplin melaksanakan kewajiban, utang juga sesuatu yang harus kita tunaikan, baik utang kepada Allah swt maupun kepada manusia. Karenanya bila kewajiban puasa belum kita tunaikan dengan sebab-sebab tertentu yang memang ditentukan, maka kewajiban itu tidak gugur begitu saja, tapi harus ditunaikan dengan berpuasa pada kesempatan lain atau menggantinya dengan fidyah sebagaimana ketentuannya, Allah swt berfirman:<br /> <br />أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ <br /><br /><span style="font-style:italic;">Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui</span> (QS Al Baqarah [2]:184).<br /> <br />Ini semua menunjukkan bahwa kedisiplinan tidak dimaksudkan untuk menyusahkan manusia, tapi tetap ada kemudahan sebagaimana yang dikehendaki manusia, Allah swt berfirman:<br /> <br />شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur </span>(QS Al Baqarah [2]:185).<br /> <br /><span style="font-weight:bold;">Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.</span><br /> <br />Bentuk disiplin <span style="font-weight:bold;">Kedua</span> yang harus kita tunjukkan dari nilai pendidikan ibadah Ramadhan adalah disiplin dalam waktu, yakni menggunakan waktu sebaik mungkin dalam konteks pengabdian kepada Allah swt, karenanya berpuasa dan ibadah lainnya di dalam Islam ditentukan waktu-waktunya. Saat fajar atau subuh tiba, maka kaum muslimin harus menghentikan makan dan minum serta hubungan suami isteri untuk memulai puasa, sedangkan bila maghrib tiba, kita harus segera makan dan minum untuk mengakhiri puasa pada hari ini meskipun harus menunda beberapa saat pelaksanaan shalat maghrib. Bila saat bersenang-senang dengan makan dan minum serta hubungan suami isteri ada batas waktunya, maka kita bisa tarik lebih jauh bahwa hidup kitapun ada batas waktunya karenanya kita amat dituntut mengefektifkan penggunaan waktu dalam kerangka pengabdian kepada Allah swt karena hidup kita memang sebenarnya untuk itu sebagaimana firman-Nya:<br /><br />وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku</span> (QS Adz Dzariyat [51]:56).<br /> <br /><span style="font-weight:bold;">Ketiga</span>, disiplin yang harus dihasilkan dari ibadah ramadhan adalah dalam mentaati hukum, hal ini karena sebagai manusia kita amat membutuhkan ketentuan-ketentuan hukum dan Allah swt paling tahu tentang hukum seperti apa yang cocok untuk kita. Karenanya melalui ibadah Ramadhan kita dilatih untuk disiplin dalam hukum sehingga sesuatu yang semula boleh menjadi tidak boleh untuk dilakukan pada siang hari dan baru dibolehkan pada malam hari seperti makan dan minum serta melakukan hubungan seksual dengan isteri. Bila sesuatu yang amat penting bagi manusia, yakni makan dan minum serta hubungan seksual sudah bisa dikendalikan, insya Allah kita bisa mengendalikan diri dan disiplin dalam hukum-hukum lain yang memang sangat penting untuk mengatur kehidupan manusia, Allah swt berfirman: <br /> <br />ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِنَ اْلأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui</span> (QS Al Jatsiyah [45]:18).<br /> <br />Oleh karena itu, berbahagialah kita mendapatkan kesempatan sekali lagi untuk membina diri melalui ibadah Ramadhan dan kita menjadi lebih bahagia lagi bila sukses menjalankan ibadah Ramadhan yang membuat kita menjadi semakin bertaqwa kepada Allah swt, apalagi hal ini merupakan kunci kemuliaan manusia dihadapan Allah dan Rasul-Nya.<br /> <br />Demikian khutbah Jumat kita yang singkat pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, amien ya rabbal alamin.<br /><br />oleh <a href="http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150241670312852">Ustad Drs. Ahmad Yani</a>Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-70571036847686380912011-07-14T18:12:00.001-07:002011-07-14T18:16:24.100-07:00Menahan Dan Mengendalikan DiriHarapan dan doa kita agar bisa melaksanakan kembali ibadah Ramadhan pada tahun ini insya Allah terkabul, meskipun banyak diantara saudara, sahabat, jamaah dan tokoh-tokoh kita sudah tidak bisa menikmati lagi karena telah meninggal dunia. Karena itu kehadiran Ramadhan tahun ini dan kita berada di dalamnya tentu tidak akan kita sia-siakan atau kita lewatkan begitu saja tanpa upaya peningkatan ketaqwaan kepada Allah swt.<br /><br />Hakikat utama dari puasa adalah menahan, bukan semata-mata menahan dari tidak makan dan minum serta melakukan hubungan seksual sejak subuh sampai maghrib, tapi menahan atau mengendalikan diri agar sikap dan tingkah laku kita tidak keluar dari nilai-nilai yang ditentukan oleh Allah swt. Paling tidak, ada empat bentuk pengendalian diri yang harus selalu kita lakukan dalam hidup ini yang kita hasilkan dari pembinaan dalam ibadah Ramadhan, khususnya puasa.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">1. Mengendalikan Lisan.<br /></span><br />Orang yang berpuasa sangat dituntut untuk mengendalikan lisannya dari ucapan yang tidak dibenarkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Hal ini karena nilai pendidikan puasa bukan hanya secara jasmaniyah dalam arti orang tidak makan dan minum, tapi puasa itu mendidik kearah peningkatan kualitas iman, karena yang Allah swt inginkan dari kita adalah memiliki iman yang berkualitas, bukan agar kita menjadi haus dan lapar, karenanya ukuran keberhasilan puasa bukanlah terletak pada berat badan kita yang turun beberapa kilo gram, tapi bisakah kita mengendalikan lisan dari ucapan yang tidak benar, Rasulullah saw bersabda:<br /><br />مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan bahwa dia meninggalkan makanan dan minumannya </span>(HR. Ahmad, Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).<br /><br />Pengendalian lisan menjadi amat penting bagi seorang muslim dari ucapan yang tidak benar karena hal itu menjadi salah satu tolok ukur iman yang berkualitas. Ini berarti, dalam kacamata iman, seorang muslim lebih baik diam saja daripada harus melontarkan ucapan yang tidak bisa dibenarkan, ini pula yang oleh masyarakat kita disebut dengan “diam itu emas”, Rasulullah saw bersabda:<br /><br />مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam </span>(HR. Bukhari dan Muslim).<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">2. Mengendalikan Nafsu Seksual.</span><br /><br />Setiap manusia memiliki hasrat seksual yang ingin dilampiaskannya. dalam pandangan Islam, manusia dibolehkan untuk melampiaskan keinginan seksualnya itu, namun hal itu hanya dibenarkan untuk dilakukan kepada isteri atau suaminya. Karena itu, Allah swt mengisyaratkan dan mengingatkan kita melalui larangan melakukan hubungan seksual bagi suami isteri pada siang hari di bulan Ramadhan. Makna yang bisa kita tangkap adalah bila kepada isteri atau suami yang sah dan pada dasarnya halal untuk berhubungan seks saja dilarang pada siang hari Ramadhan, apalagi kepada orang lain yang bukan isteri atau suaminya, hal ini karena zina merupakan sesuatu yang sangat nista sehingga mendekatinya saja sudah tidak dibenarkan, Allah swt berfirman: <span style="font-style:italic;">Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. </span>(QS Al Isra [17]:32).<br /><br />Agar manusia tidak melakukan perzinahan, maka Islam amat menekankan kepada manusia untuk melakukan aqad nikah, karena di dalam Islam tidak ada orang yang dilarang untuk menikah meskipun di dalam agama lain karena seseorang ingin menjadi tokoh agama, maka ia disyaratkan tidak menikah, karena itu perintah menikah berlaku umum, tidak hanya untuk yang beriman sehingga seruan ini menggunakan kata an nas (manusia), bukan amanu (orang beriman), Allah swt berfirman: <span style="font-style:italic;">Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.</span> (QS An Nisa [4]:1)<br /><br /><span style="font-weight:bold;">3. Mengendalikan Nafsu Makan dan Minum</span>.<br /><br />Makan dan minum merupakan kebutuhan manusia yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan itu sendiri. Meskipun demikian, pemenuhan kebutuhan ini harus tetap dalam kendali yang benar sehingga sebagai mukmin kita hanya mengkonsumsi sesuatu yang halal, baik dari sisi jenisnya maupun cara mendapatkannya. Memperoleh makanan dan minuman secara halal membuat seorang muslim semakin mudah dalam menempuh jalan ketaqwaan, sedangkan memperoleh sesuatu yang tidak halal atau dengan cara yang tidak halal membuat seseorang semakin sulit menempuh jalan taqwa, Allah swt berfirman: <span style="font-style:italic;">"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya." </span>(QS Al Maidah [5]:88).<br /><br />Karena masalah kehalalan merupakan sesuatu yang amat mendasar, maka Allah swt menegaskan agar manusia jangan memutarbalikkan hukum agar sesuatu yang tidak halal seolah-olah menjadi halal, padahal ia sendiri mengetahui bahwa hal itu memang bukan miliknya dan tidak halal baginya, hal ini dinyatakan dalam firman-Nya: <span style="font-style:italic;">"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui." </span>(QS Al Baqarah [2]:188)<br /><br />Dalam konteks pengendalian diri dalam masalah makan dan minum, seorang muslim jangan sampai makan dan minum secara berlebihan melebihi takaran yang ada pada diri kita, akibatnya sekarang ini banyak orang yang terserang penyakit akibat kelebihan dalam makan dan minum. Ibadah puasa seharusnya membuat kita mampu mengendalikan makan dan minum, bukan malah justeru saat berbuka kita memindahkan segala jenis makanan dan minuman yang ada di meja makan ke dalam perut kita tanpa kendali, karenanya Allah swt berfirman: <span style="font-style:italic;">"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." </span>(QS Al A’raf [7]:31).<br /><br /><span style="font-weight:bold;">4. Mengendalikan Emosi</span>.<br /><br />Ibadah puasa mendidik kita untuk menjadi orang-orang yang sabar, karena itu kemampuan mengendalikan emosi merupakan sesuatu yang harus kita hasilkan dari ibadah puasa, dalam kaitan ini Rasulullah saw bersabda:<br /><br />إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ<br /><br /><span style="font-style:italic;">"Jika kamu sedang berpuasa, maka jangan berkata keji, jangan ribut (marah) dan jika ada orang memaki atau mengajak berkelahi, hendaknya diberi tahu: “saya berpuasa”</span> (HR. Bukhari dan Muslim).<br /><br />Sahabat Nabi yang bernama Ali bin Abi Thalib merupakan salah seorang sahabat yang harus ditiru dalam masalah pengendalian emosi yang luar biasa. Ketika perang satu lawan satu dengan orang kafir, musuhnya itu sudah jatuh tak berdaya, namun saat Ali hendak membunuhnya justeru orang itu meludahi wajah Ali yang sebenarnya membuatnya semakin marah, namun Ali cepat sadar sehingga ia tidak jadi membunuhnya, bukan tidak bisa membunuh, tapi ia khawatir bila membunuh orang kafir itu karena dia meludahi wajahnya, beliau sangat khawatir bila membunuh bukan karena Allah swt.<br /><br />Keberhasilan ibadah puasa tentu saja tidak hanya membuat kita bisa mengendalikan lisan, seksual, makan dan minum serta emosi saat kita berpuasa, tapi yang terpenting lagi adalah sesudah kita menunaikannya, karena itu bulan sesudah Ramadhan adalah Syawwal yang bermakna peningkatan, sehingga bulan Syawwal menjadi momentum untuk menunjukkan peningkatan kualitas keimanan kita kepada Allah swt.<br /><br /><br />Drs. H. Ahmad Yani<br />Email: ayani_ku@yahoo.co.idChoirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-86282970269748115342011-06-16T18:45:00.000-07:002011-06-16T18:48:43.504-07:00EMPAT PENGENDALIAN DIRI<span style="font-weight:bold;">Jamaah Sekalian Yang Berbahagia.</span><br /><br />Harapan dan doa kita agar bisa melaksanakan kembali ibadah Ramadhan pada tahun ini insya Allah terkabul, meskipun banyak diantara saudara, sahabat, jamaah dan tokoh-tokoh kita sudah tidak bisa menikmati lagi karena telah meninggal dunia. Karena itu kehadiran Ramadhan tahun ini dan kita berada di dalamnya tentu tidak akan kita sia-siakan atau kita lewatkan begitu saja tanpa upaya peningkatan ketaqwaan kepada Allah swt.<br /><br />Hakikat utama dari puasa adalah menahan, bukan semata-mata menahan dari tidak makan dan minum serta melakukan hubungan seksual sejak subuh sampai maghrib, tapi menahan atau mengendalikan diri agar sikap dan tingkah laku kita tidak keluar dari nilai-nilai yang ditentukan oleh Allah swt. Paling tidak, ada empat bentuk pengendalian diri yang harus selalu kita lakukan dalam hidup ini yang kita hasilkan dari pembinaan dalam ibadah Ramadhan, khususnya puasa.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pertama,</span> mengendalikan lisan. Orang yang berpuasa sangat dituntut untuk mengendalikan lisannya dari ucapan yang tidak dibenarkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Hal ini karena nilai pendidikan puasa bukan hanya secara jasmaniyah dalam arti orang tidak makan dan minum, tapi puasa itu mendidik kearah peningkatan kualitas iman, karena yang Allah swt inginkan dari kita adalah memiliki iman yang berkualitas, bukan agar kita menjadi haus dan lapar, karenanya ukuran keberhasilan puasa bukanlah terletak pada berat badan kita yang turun beberapa kilo gram, tapi bisakah kita mengendalikan lisan dari ucapan yang tidak benar, Rasulullah saw bersabda:<br /><br />مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan bahwa dia meninggalkan makanan dan minumannya (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)</span>. <br /><br />Pengendalian lisan menjadi amat penting bagi seorang muslim dari ucapan yang tidak benar karena hal itu menjadi salah satu tolok ukur iman yang berkualitas. Ini berarti, dalam kacamata iman, seorang muslim lebih baik diam saja daripada harus melontarkan ucapan yang tidak bisa dibenarkan, ini pula yang oleh masyarakat kita disebut dengan “diam itu emas”, Rasulullah saw bersabda:<br /><br />مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam (HR. Bukhari dan Muslim)</span>.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kedua,</span> pengendalian diri yang harus kita lakukan adalah mengendalikan nafsu seksual. Setiap manusia memiliki hasrat seksual yang ingin dilampiaskannya. Dalam pandangan Islam, manusia dibolehkan untuk melampiaskan keinginan seksualnya itu, namun hal itu hanya dibenarkan untuk dilakukan kepada isteri atau suaminya. Karena itu, Allah swt mengisyaratkan dan mengingatkan kita melalui larangan melakukan hubungan seksual bagi suami isteri pada siang hari di bulan Ramadhan. Makna yang bisa kita tangkap adalah bila kepada isteri atau suami yang sah dan pada dasarnya halal untuk berhubungan seks saja dilarang pada siang hari Ramadhan, apalagi kepada orang lain yang bukan isteri atau suaminya, hal ini karena zina merupakan sesuatu yang sangat nista sehingga mendekatinya saja sudah tidak dibenarkan, Allah swt berfirman: <br /><br />وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً<br /><br /><span style="font-style:italic;">Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (QS Al Isra [17]:32)</span>.<br /><br />Agar manusia tidak melakukan perzinahan, maka Islam amat menekankan kepada manusia untuk melakukan aqad nikah, karena di dalam Islam tidak ada orang yang dilarang untuk menikah meskipun di dalam agama lain karena seseorang ingin menjadi tokoh agama, maka ia disyaratkan tidak menikah, karena itu perintah menikah berlaku umum, tidak hanya untuk yang beriman sehingga seruan ini menggunakan kata an nas (manusia), bukan amanu (orang beriman), Allah swt berfirman: <br /><br />يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا<br /><br /><span style="font-style:italic;">Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. (QS An Nisa [4]:1)</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kaum Muslimin Rahimakumullah.</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ketiga,</span> mengendalikan nafsu makan dan minum. Makan dan minum merupakan kebutuhan manusia yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan itu sendiri. Meskipun demikian, pemenuhan kebutuhan ini harus tetap dalam kendali yang benar sehingga sebagai mukmin kita hanya mengkonsumsi sesuatu yang halal, baik dari sisi jenisnya maupun cara mendapatkannya. Memperoleh makanan dan minuman secara halal membuat seorang muslim semakin mudah dalam menempuh jalan ketaqwaan, sedangkan memperoleh sesuatu yang tidak halal atau dengan cara yang tidak halal membuat seseorang semakin sulit menempuh jalan taqwa, Allah swt berfirman: <br /><br />وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلاَلاً طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (QS Al Maidah [5]:88)</span>.<br /><br />Karena masalah kehalalan merupakan sesuatu yang amat mendasar, maka Allah swt menegaskan agar manusia jangan memutarbalikkan hukum agar sesuatu yang tidak halal seolah-olah menjadi halal, padahal ia sendiri mengetahui bahwa hal itu memang bukan miliknya dan tidak halal baginya, hal ini dinyatakan dalam firman-Nya: <br /><br />وَلاَ تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِاْلإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui. (QS Al Baqarah [2]:188)</span><br /><br />Dalam konteks pengendalian diri dalam masalah makan dan minum, seorang muslim jangan sampai makan dan minum secara berlebihan melebihi takaran yang ada pada diri kita, akibatnya sekarang ini banyak orang yang terserang penyakit akibat kelebihan dalam makan dan minum. Ibadah puasa seharusnya membuat kita mampu mengendalikan makan dan minum, bukan malah justeru saat berbuka kita memindahkan segala jenis makanan dan minuman yang ada di meja makan ke dalam perut kita tanpa kendali, karenanya Allah swt berfirman: <br /><br />يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS Al A’raf [7]:31)</span>.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Keempat,</span> mengendalikan emosi. Ibadah puasa mendidik kita untuk menjadi orang-orang yang sabar, karena itu kemampuan mengendalikan emosi merupakan sesuatu yang harus kita hasilkan dari ibadah puasa, dalam kaitan ini Rasulullah saw bersabda:<br /> <br />إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ<br /><br /><span style="font-style:italic;">Jika kamu sedang berpuasa, maka jangan berkata keji, jangan ribut (marah) dan jika ada orang memaki atau mengajak berkelahi, hendaknya diberi tahu: “saya berpuasa” (HR. Bukhari dan Muslim)</span>.<br /><br />Sahabat Nabi yang bernama Ali bin Abi Thalib merupakan salah seorang sahabat yang harus ditiru dalam masalah pengendalian emosi yang luar biasa. Ketika perang satu lawan satu dengan orang kafir, musuhnya itu sudah jatuh tak berdaya, namun saat Ali hendak membunuhnya justeru orang itu meludahi wajah Ali yang sebenarnya membuatnya semakin marah, namun Ali cepat sadar sehingga ia tidak jadi membunuhnya, bukan tidak bisa membunuh, tapi ia khawatir bila membunuh orang kafir itu karena dia meludahi wajahnya, beliau sangat khawatir bila membunuh bukan karena Allah swt. <br /> <br />Keberhasilan ibadah puasa tentu saja tidak hanya membuat kita bisa mengendalikan lisan, seksual, makan dan minum serta emosi saat kita berpuasa, tapi yang terpenting lagi adalah sesudah kita menunaikannya, karena itu bulan sesudah Ramadhan adalah Syawwal yang bermakna peningkatan, sehingga bulan Syawwal menjadi momentum untuk menunjukkan peningkatan kualitas keimanan kita kepada Allah swt. <br /><br />Demikian khutbah Jumat kita pada hari ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, amien.Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-26244379496068953752011-04-25T06:48:00.000-07:002011-04-25T06:52:54.332-07:00SABAR DAN TAQWA MENGHADAPI REKAYASA PEMBUSUKANبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ جَامِعِ الشَّتَاتِ وَفَاتِحِ سُبُلِ الْخَيْرَاتِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ وَصَحْبِهِ وَآلِهِ. وَبَعْدُ.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwah fillah yang dirahmati Allah</span><br /><br />Pertarungan haq dan batil kita yakini tidak akan pernah berakhir selama dunia masih berputar dan hari kiamat belum tiba. Maka kesiapan dan daya tahan ahlul haq menghadapi serangan ahlul bathil harus terus menerus diperkuat dan diperbaharui. <br />Perang Uhud yang terjadi pada tahun 3 Hijriyah, ketika negeri Madinah sedang berusaha mempertahankan eksistensinya, menyisakan duka yang mendalam pada diri Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Agar mereka tidak larut berlama-lama dalam duka, kesedihan, dan kegagalan, apalagi bulan-bulan berikutnya -setelah perang Uhud itu- kabilah-kabilah musyrik di sekitar Madinah semakin berani melancarkan gangguan kepada kaum muslimin. Maka Allah SWT menguatkan daya tahan dan daya juang kaum muslimin dengan tarbiyah Qur’aniyah yang menyegarkan dan menguatkan semangat dan kemandirian mereka. Firman Allah:<br /> <br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (١١٨)هَا أَنْتُمْ أُولاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الأنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (١١٩)إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (١٢٠)<br /><br /><span style="font-style:italic;">Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, Padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada Kitab-Kitab semuanya. apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. QS. Ali Imran: 118-120</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwah fillah yang dirahmati Allah</span><br /><br />Boleh saja serangan bagi dakwah ini datang berseri, menghujam silih berganti bahkan serangan bersama dalam bentuk kolaborasi maupun koalisi. Akan tetapi Allah SWT pemilik proyek dakwah ini tidak membiarkan para mujahid dakwah bertarung tanpa bekal yang memadai. <br /><br />Taqwa dan sabar dalam surah Ali Imran berulang tidak kurang dari tiga kali di ayat yang berbeda dalam konteks yang hampir sama, yaitu menghadapi kekuatan musuh dan serangan lawan. Sederhana sekali memang jurus penangkal yang telah Allah berikan bagi aktifis dakwah ini menghadapi semua serangan itu, tetapi sejarah dakwah telah membuktikan betapa hebatnya dua pilar ini dalam menjaga eksistensi umat dan menyemangati perjuangan mereka. <br /><br />Pengulangan ini menggambarkan betapa urgensi dua sifat ini dalam membangun kualitas diri, soliditas organisasi, dan imunitas menghadapi virus yang bertebaran. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwah fillah yang dirahmati Allah</span><br /><br />Taqwa dan sabar mencerminkan keikhlasan yang mendalam dalam seluruh romantika perjuangan, karena hanya kepada Allah mereka taat dan hanya kepada Allah mereka berharap.<br /> <br />إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (٢)أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (٣)<br /><br /><span style="font-style:italic;">Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. QS. Az Zumar: 2-3</span><br /><br />Komitmen dan konsistensi inilah yang dipercaya sampai saat ini sebagai pilar keberhasilan di hampir sebagian besar lapangan kehidupan apalagi dalam bagi aktifitas dakwah yang sejak awal dikumandangkan sduah disikapi dengan ketidak senangann para bangsawan yang meinkamti status quo dan perlwanan para pengnuasa yang menzhalimi bangsa dan umatnya untuk mempertahankan kesenangan pribadi dan kelompoknya. <br /><br />Kisah para Nabi dalam menghadapi tantangan kaumnya dari zaman ke zaman membuktikan hal ini dengan jelas. Keikhlasan amal menjadi kunci kemenangan mereka dalam mengalahkan semua tantangan sekaliguas menjadi jamiman diterimanya amal perbutaan manusia di sisi Allah SWT untuk mendapatkan balasan yang terindah dari Yang Maha Kuasa. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwah fillah yang dirahmati Allah</span><br /><br />Taqwa dan sabar menghadapi tekanan akan senantiasa menjaga konsistensi seorang aktivis dakwah dalam menjalankan kerja dakwahnya. Kokohnya dua pilar ini akan menjamin semakin baik kinerja dan semakin besar harapan untuk mendapatkan ampunan Allah SWT. Firman Allah:<br /> <br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا (٧٠)يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (٧١)<br /><br /><span style="font-style:italic;">Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. QS. Al Ahzab: 70-71</span><br /><br />Taqwa dan sabar dalam dakwah ini akan senantiasa menjaga hubungan indah dan konstruktif sesama aktifis dakwah untuk semakin solid dan kokoh, yang menghindarkannya dari kerugian dan kesia-siaan kerja. Allah SWT menjadikan komitmen untuk senantiasa sabar dan berada dalam kebenaran bagi sebuah komunitas sebagai bagian garansi Allah membebaskan mereka dari kerugian. Firman Allah:<br /> <br />وَالْعَصْرِ (١)إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)<br /><br /><span style="font-style:italic;">Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. QS. Al Ashr</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwah fillah yang dirahmati Allah</span><br /><br />Semakin solidnya barisan dakwah ini dengan kesabaran, ketaqwaan akan semakin mendekatkan pada keberhasilan yang Allah janjikan. Firman Allah di kahir surah Ali Imran, sebagai penutup surah yang mengevaluasi kerja dakwah setelah kekalahan perang Uhud dengan seruan:<br /> <br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٢٠٠)<br /><br /><span style="font-style:italic;">Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. QS. Ali Imran: 200</span><br /><br />Semoga Allah tetapkan hati kita dalam taqwa dan sabar sehingga kita bisa menjadi bagian konstruktif dan aktif bagi bangunan dakwah ini. Wallahu a’lamChoirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-3512169170933357492011-03-10T17:29:00.001-08:002011-03-10T17:50:07.660-08:00PERTAHANANKAN KWALITAS DEMI TERCAPAINYA TARGET KUANTITASDan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (Nya) yang bertaqwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. <br /><br /><span style="font-style:italic;">Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir". </span><br /><br />Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. <br /><br /><br />Dan Rasulullah SAW. bersabda: <br /><span style="font-style:italic;">"Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah, dan pada setiap mukmin ada kebaikan, bersungguh-sungguhlah kamu untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah. Dan apabila kamu menghadapi suatu musibah maka janganlah kamu mengatakan, seandainya aku melakukan ini dan itu…, akan tetapi katakanlah, ini adalah takdir Allah, dan apa yang dikehendaki-Nya Ia lakukan, karena kata law (seandainya)pintu masuk kepada pekerjaan syaitan". HR. Muslim</span>. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwan dan akhwat fillah !</span><br /><br />Partai kita adalah partai dakwah Alhizbu hual jama'ah wal jama'ah hial hizbu, dakwah sebagai panglima bagi partai ini, ukuran keberhasilan dan kemenangan harus dengan ukuran dakwah, kemenangan politik harus berbanding lurus dengan kemenangan dakwah. <br />Tugas utama kita, baik qiyadah, fungsionaris dan kader adalah dakwah yang kita kenal dengan istilah wazhifah mashiriayah (tugas fungsional), tugas yang tidak dibatasi waktu, tempat dan keadaan<br /><br />Menjalankan tugas dakwah tidak ada batasan waktu, baru akan berakhir dengan berakhirnya masa hidup di dunia ini yaitu dengan kematian. <br /><br />Jika kita sebagai PNS atau karyawan swasta maka akan berakhir dengan pensiun, tugas dakwah tidak mengenal istilah pensiun. <br /><br />Jika kita sebagai politis atau pejabat structural maka masa tugasnya dibatasi dengan batasan waktu atau pride tertentu, sedangkan tugas dakwah tidak ada batasan waktu dan tidak ada masa bakti serta tidak ada periodesasi dalam dakwah. <br /><br />Jika kita sebagai pelajar atau mahasiswa maka ada masa libur sekolah dan kuliah, atau dapat mengajukan surat cuti, kerja dakwah tidak ada tidak ada libur dan cuti. <br />Jika kita bekerja maka kita bekerja waktu jam kerja atau sebagai pelajar ada jam belajar, kuliah ada jam kuliah, untuk dakwah tidak ada jam dakwah, seluruh waktu dalam satu hari dan satu malam waktu untuk berdakwah, pagi dan sore, siang dan malam adalah waktu untuk dakwah. <br /><br />Oleh karenanya seluruh kegiatan dan aktivitas yang kita lakukan harus berorientasi dakwah dan untuk kemaslahatan dakwah. <br /><br />Di rumah, di kantor, pasar, parlemen, dewan, pabrik, jalan, ladang, sawah, lapangan bola dan di manapun kita berada adalah sebagai dai, menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwan dan akhwat fillah !</span><br /><br />Partai kita adalah partai kader, kader di dalam partai ini sebagai ujung tombak dakwah, kader sebagai kekuatan utama dalam mengemban amanah dakwah, kader adalah asset termahal bagi partai ini. <br /><br />Oleh karena itu kaderisasi, tarbiyah dan pembinaan serta rekruitmen tarbawi menjadi program prioritas di dalam partai ini. Tarbiyah adalah asas segalanya harus berangkat dari tarbiyah, walaupun tarbiyah bukan segala-galanya. <br /><br />Untuk itu seluruh kader partai ini berkewajiban mengikuti proses tarbiyah sebagai mutarabbi dan menjalankan fungsi tarbiyah yaitu mentarbiyah orang lain atau yang dikenal sebagai murabbi. <br /><br />Semua kita dituntut untuk menjadi murabbi, sebagai naqib usrah atau murabbi halaqah, paling tidak melakukan tarbiyah fardiyah, tidak boleh tidak. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwan dan akhwat fillah !</span><br /><br />Apabila kita sebagai kader tidak menjalankan fungsi tarbiyah, kaderisasi, pembinaan dan rekruitmen tarbawi maka dapat dipastikan tidak akan ada yang menjalankannya, karena tarbiyah murni tugas kita yang tidak dapat diwakilkan, didelegasikan dan diserahkan kepada orang lain kecuali kita sendiri. <br /><br />Bila kita membutuhkan dana di saat kita tidak memilikinya maka kita dapat membuat proposal dan mengajukannya kepada para donator, tetapi perlu kita ketahui tidak akan pernah ada donatur yang menyumbangkan kadernya. <br /><br />Apabila kita memerlukan sarana dan prasarana maka kita dapat membeli, menyewa atau meminjamnya, namun kita semua tahu tidak ada di dunia pasar atau toko yang menjual kader, tidak ada rental yang menyewakan kader dan tidak ada orang yang meminjamkan kader, tidak ada…. Kecuali hasil produksi kita sendiri. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwan dan akhwat fillah !</span><br /><br />Partai kader harus memastikan bahwa seluruh jajaran yang ada di dalamnya telah berkontribusi dalam proses kaderisasi <br />Qiyadah adalah murabbi<br />Fungsionaris adalah murabbi<br />Eksekutif adalah murabbi<br />Anggota dewan adalah murabbi<br />Birokrat adalah murabbi<br />Professional adalah murabbi<br />Pengusaha adalah murabbi<br />Pedagang adalah murabbi<br />PNS adalah murabbi<br />Mubaligh adalah murabbi<br />Trainer adalah murabbi<br />Guru adalah murabbi<br />Dosen adalah murabbi <br />Pelajar adalah murabbi<br />Mahasiswa adalah murabbi<br />Buruh adalah murabbi<br /><br />Seluruh kader di manapun berada apapun pekerjaannya adalah murabbi<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwan dan akhwat fillah !</span><br /><br />Terkait dengan kader dan kaderisasi ada dua hal penting dan strategis yang harus mendapat perhatian kita semua, yaitu aspek kualitatif dan kuantitatif sebagai mana telah ditegaskan oleh Allah SWT. dalam surat Ali 'Imran ayat 146 ribbiyuna katsir (kader-kader yang bertaqwa, taat, setia, loyal dan militant dan jumlahnya banyak). <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pertama: Aspek kualitatif</span><br /><br />Kualitas kader harus dimulai dari qiyadah yang ber kualitas, karena ribiyun (kader) datang setelah nabi (qiyadah) wakaayin min nabiyin qatala maahu ribbiyun. dan dapat dilihat di dalam surat Yusuf ayat 198, surat Al-Ahzab ayat 21, 23 dan surat Muhammad ayat 29, yang menegaskan qiadah (pemimpin) selalu berada di depan sebelum qaidah (kader)<br /><br />Kriteria kader yang berkualitas adalah: <br /><br /><span style="font-weight:bold;">1. Quwaturruhiyah (kekuatan moral dan mental spiritual) Famawahanu lima ashabahum fii sabillah (mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah).</span> di dalam surat Muhammad di sebutkan rukka'an sujjada yabtaghuna fadklan minallah waridlwana (selalu ruku dan sujud, mengharapkan pahala dan ridha Allah). Komitmen syariat dalam menjalankan tugas dakwah dan ikhlas karena-Nya. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">2. Hayawiyatul harakah (harakah yang dinamis), wama dlau'fu (dan tidak lesu),</span> tidak lemah secara fisik, tidak lamban dalam menjalankan tugas, semua kader bergerak tidak ada yang fakum, istirahat dan berhenti dari fungsi dan tugasnya sebagaai dai dan murabbi dan tidak ada yang tertinggal dari barisan dakwah, seuanya aktif dan berperan serta memberikan kontribusi aksial untuk keenangan dakwah. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">3. At-tafaul wal mujahadah (optimis dan ulet ) wamastakaanu (tidak pernah menyerah dan pasrah)</span>, tidak pernah putus asa terus mencoba dan mencoba lagi, bangkit dan bangkit lagi sampai berhasil. <br /><br />Tiga point di atas sebut dengan sabar <span style="font-style:italic;">wallu yuhibbus shabirin</span> (dan Allah mencintai orang-orang yang sabar), sabar aktif bukan sabar yang fasif, sabar dalam berjuang dan sabar menunggu kemenangan. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">4. Mutaba'ah wal muhasabah (melakukan evaluasi dan introspeksi)</span><br /><br /><span style="font-style:italic;">Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir"</span>. <br /><br />Evaluasi program tidak kalah pentingnya dari program itu sendiri, sering kali kita membuat perencanaan dan program yang bagus akan tetapi evaluasinya lemah sehingga hasil tidak optimal. <br /><br />Allah mengingatkan kita bahwa kendala utama tidak terlaksananya program dan tidak tercapainya target adalah faktor dosa dan maksiat serta tidak konsisten pada program yang telah ditetapkan, karenanya para kader harus selalu istighfar dan taubat dari dosa dan maksiat.<br /> <br /><span style="font-style:italic;">"Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami”</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kedua: Aspek kuantitatif</span><br /><br />Dalam tarbiyah selain pencapaian aspek kualitatif juga harus memperhatikan aspek kuantitatif, Allah menegaskan ribbiyuna katsir (kader yang berkualitas dengan jumlah yang banyak). <br /><br />Bila kita bandingkan antara jumlah kader dengan penduduk Indonesia rasionya 1: 733 orang, sedangkan dalam kondisi normal di saat kualitas terjaga adalah 1: 10 orang sebagai mana dijelaskan di dalam surat Al-Anfal ayat 65<br /> <br /><span style="font-style:italic;">Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti</span>.<br /><br />Dan di saat kualitas kader rendah maka rasionya 1: 2 orang, sebagai mana dalam surat Al-Anfal ayat 66: <br /><br /><span style="font-style:italic;">Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar</span>. <br /><br />Dengan rasio normal maka seharusnya setiap kader memiliki dua halaqah tarbawiyah per halaqahnya 5 orang peserta tarbiyah (mutarabbi)<br /><br />Selain kebutuhan da'awi tarbawi juga kebutuhan politik, bahwa dukungan suara sangat menentukan kemenangan politik, kemampuan kader merekrut massa sangat menentukan keberhasilan politik. Terkait dengan ini maka kebutuhan terhadap kader dengan jumlah banyak adalah salah satu strategi partai dakwah. <br /><br />Kebutuhan dakwah terhadap SDM di berbagai sector dengan jumlah banyak sesuatu yang mendesak untuk menyongsong mihwar daulah. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ikhwan dan akhwat fillah !</span><br /><br />Apabila kita sudah memenuhi syarat-syarat kemenangan di atas maka kemenangan yang dijanjikan Allah SWT. pasti akan diberikan kepada kita;<br /> <br />Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia] dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. <br /><br />Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-10137556635207112512011-03-03T05:52:00.000-08:002011-03-03T05:59:23.198-08:00Rumah Tangga Sebagai Cermin Kepribadian Kaderبسم الله، الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:<br />Masyarakat Islam bagaikan bangunan kokoh. Usrah (keluarga) bukan saja sebagai sendi terpenting dalam bangunan tersebut, tetapi juga menjadi unsur pokok bagi eksistensi umat Islam secara keseluruhan. Oleh sebab itu, agama Islam memberikan perhatian khusus masalah pembentukan keluarga ini.<br /><br />Perhatian istimewa terhadap pembentukan usrah tersebut tercermin dalam beberapa hal, yaitu:<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pertama</span>, Al-Qur’an menjabarkan cukup terinci tentang pembentukan keluarga ini. <br /><br />Ayat-ayat tentang pembinaan keluarga termasuk paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan ayat-ayat yang menjelaskan masalah lain. Al-Qur’an menjelaskan tentang keutamaan menikah, perintah menikah, pergaulan suami-istri , menyusui anak, dan sebagainya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kedua</span>, sejak dini As-Sunah telah mengajarkan takwinul usrah yang shalihah dengan cara memilih calon mempelai yang shalihah. <br /><br />Rasulullah SAW bersabda, “Pilihlah tempat untuk menanam benihmu karena sesungguhnya tabiat seseorang bisa menurun ke anak”<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Rasulullah SAW suami teladan</span><br /><br />Rasulullah SAW sejak masa remaja sudah terkenal sebagai orang yang bersih dan berbudi mulia. Ketika beliau menginjak umur 25 tahun menikahi Khadijah binti Khuwalid. Sejak saat itulah beliau mengarungi kehidupan rumah tangga bahagia penuh ketenteraman dan ketenangan.<br /><br />Rasulullah SAW amat menghormati wanita, lebih-lebih istrinya. Beliau bersabda, “Tidaklah orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia dan tidaklah yang menghinakannya kecuali orang yang hina”. Menghormati istri adalah kewajiban suami. Al-Qur’an berkali-kali memerintahkan agar menghormati dan berbuat baik terhadap istri. Kita tidak mendapatkan kata-kata dalam Al-Qur’an yang mengharuskan untuk berbuat baik dalam mempergauli istri, baik dalam keadaan marah atau tidak. Kecuali, ditekankan kewajiban berbuat ma’ruf dan ihsan terhadap istri dan dilarang menyakiti atau menyiksanya. <br /><br />Perbuatan baik ini tidak terbatas pada perlakuan sopan terhadap istri saja tapi mencakup ketabahan dan kesabaran ketika menghadapi kemarahan istri sebagian kasih sayang atas kelemahannya. Rasulullah SAW menyatakan, “Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, bila kamu luruskan (dengan keras) maka berarti mematahkannya”. (Al-Hadits)<br /><br />Rasulullah SAW amat sayang terhadap istri-istrinya. Beliau amat marah bila mendengar seorang wanita dipukul suaminya. Pernah datang seorang wanita mengadu kepada Rasulullah SAW bahwa suaminya telah memukulnya. Maka beliau berdiri seraya menolak perlakuan tersebut dengan bersabda, “Salah seorang dari kamu memukul istrinya seperti memukul seorang budak, kemudian setelah itu memeluknya kembali, apakah dia tidak merasa malu?”<br /><br />Ketika Rasulullah SAW mengizinkan memukul istri dengan pukulan yang tidak membahayakan, dan setelah diberi nasihat dan ancaman secukupnya. Beliau didatangi 70 wanita dan mengadu bahwa mereka dipukuli suami. Rasulullah SAW berpidato seraya berkata, “Demi Allah, telah banyak wanita berdatangan kepada keluarga Muhammad untuk mengadukan suaminya yang sering memukulnya. Demi Allah, mereka yang suka memukul istri tidaklah aku dapatkan sebagai orang-orang yang terbaik di antara kamu sekalian.”<br /><br />Rasulullah SAW merupakan contoh indah dalam kehidupan rumah tangganya. Beliau sering bercanda dan bergurau dengan istri-istrinya. Dalam satu riwayat beliau balapan lari dengan Aisyah, terkadang beliau dikalahkan dan pada hari lain beliau menang. Beliau senantiasa menegaskan pentingnya bersikap lembut dan penuh kasih sayang kepada istrinya. Kita banyak menjumpai hadits yang seirama dengan hadits berikut, “Orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaqnya dan paling lembut pada keluarganya”. Riwayat lain, “Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku”.<br /><br />Di antara yang menunjukkan keteladanan beliau dalam menghormati istri adalah menampakkan sikap lembut, penuh kasih sayang, tidak mengkritik hal-hal yang tak berguna dikritik, memaafkan kekeliruannya, dan memperbaiki kesalahannya dengan lembut dan sabar Bila ada waktu senggang beliau ikut membantu istrinya dalam mengerjakan kewajiban rumah tangganya,<br /><br />Aisyah pernah ditanya tentang apa yang pernah dilakukan Rasulullah SAW di rumahnya. Beliau menjawab, “Rasulullah mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, dan bila datang waktu shalat dia pergi shalat.”<br /><br />Rasulullah SAW memiliki kelapangan dada dan sikap toleran terhadap istrinya. Bila istrinya salah atau marah, beliau memahami betul jiwa seorang wanita yang sering emosional dan berontak. Beliau memahami betul bahwa rumah tangga adalah tempat yang paling layak dijadikan contoh bagi seorang dai, yaitu rumah tangga yang penuh kecintaan dan kebahagiaan. Kehidupan rumah tangga harus dipenuhi gelak tawa, kelapangan dada, dan kebahagiaan agar tidak membosankan.<br /><br />Bila terpaksa harus bertindak tegas, beliau lakukan itu disertai dengan kelembutan dan kerelaan. Sikap keras dan tegas untuk mengobati keburukan dalam diri wanita sedangkan kelembutan dan kasih sayang untuk mengobati kelemahan dan kelembutan dalam dirinya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Khadijah sebagai istri teladan.</span><br /><br />Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita bangsawan Quraisy yang kaya. Dia diberi gelar wanita suci di masa jahiliyah, juga di masa Islam. Banyak pembesar Quraisy berupaya meminangnya, akan tetapi beliau selalu menolak. Beliau pedagang yang sering menyuruh orang untuk menjualkan barang dagangannya keluar kota Mekkah. <br />Ketika beliau mendengar kejujuran Muhammad SAW, ia menyuruh pembantunya dan meminta Muhammad menjualkan barang dagangannya ke Syam bersama budak laki-laki bernama Maisyarah. Nabi Muhammad menerima permohonan itu dengan mendapatkan keuntungan besar dalam perjalanan pertama ini.<br /><br />Setelah mendengar kejujuran dan kebaikan Muhammad, Khadijah tertarik dan meminta kawannya, Nafisah binti Maniyyah, untuk meminangkan Muhammad. Beliau menerima pinangan itu dan terjadilah pernikahan ketika beliau menginjak 25 tahun sedang Khadijah berumur 40 tahun.<br /><br />Khadijah sebagai ummul mukminin telah menyiapkan rumah tangga yang nyaman bagi Nabi SAW. Sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika beliau sering berkhalwat di gua Hira, Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi mengajaknya masuk Islam. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang mendukung Rasulullah SAW dalam melaksanakan dakwahnya baik dengan jiwa, harta, maupun keluarganya. Perikehidupannya harum semerbak wangi, penuh kebajikan, dan jiwanya sarat dengan kehalusan.<br /><br />Rasulullah SAW pernah menyatakan dukungan ini dengan sabdanya, ”Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selainnya”. (H.R. Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya)<br /><br />Khadijah amat setia dan taat kepada suaminya, bergaul dengannya, siap mengorbankan kesenangannya demi kesenangan suaminya dan membesarkan hati suaminya di kala merasa ketakutan setelah mendapatkan tugas kenabian. Beliau gunakan jiwa dan semua harta miliknya untuk mendukung Rasul dan kaum Muslimin. Pantaslah kalau beliau dijadikan sebagai istri teladan pendukung risalah dakwah Islamiyah.<br /><br />Khadijah mendampingi Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu sulit, membantunya dalam menyampaikan risalah, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad, dan menolongnya dengan jiwa dan hartanya.<br /><br />Rasulullah SAW senantiasa menyebut-nyebut kebaikan Khadijah selama hidupnya sehingga ini pernah membuat Aisyah cemburu kepada Khadijah yang telah tiada. Dengan ketaatan dan pengorbanan yang luar biasa ini, pantas kalau Allah SWT menyampaikan salam lewat malaikat Jibril seperti yang pernah diungkapkan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits, “Jibril datang kepada Nabi lalu berkata, wahai Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan dan minuman, apabila datang kepadamu sampaikan salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di surga, terbuat dari mutiara yang tiada suara gaduh di dalamnya dan tiada kepenatan.” (H.R Bukhari)<br /><br />Itulah sekelumit tentang sosok Khadijah sebagai seorang istri yang layak dijadikan teladan bagi wanita-wanita sekarang dalam mendukung suami melaksanakan kewajiban dakwah dan menyampaikan risalah Islam .<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Ciri-ciri rumah tangga kader dakwah</span><br /><br />1. Sendi bangunan keluarga kader adalah taqwallah. Taqwa merupakan sendi yang kuat untuk bangunan usrah Islamiyah. Memilih istri harus sesuai dengan taujih Rasulullah, yaitu mengutamakan sisi agama.<br /><br />2. Kebahagiaan rumah tangga bukanlah berdasarkan atas kesenangan materi saja tapi kebahagiaan hakiki harus muncul dari dalam jiwa berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Bila taqwa telah menjadi sendi utama, maka kekurangan material apapun akan menjadi ringan. Dengan taqwa akan memunculkan tsiqah antara keduanya sehingga akan melahirkan ketenteraman dan ketenangan. Dengan ketaqwaan, hubungan antara suami dan istri serta anak-anaknya akan menjadi indah karena semua akan sadar akan tanggung jawabnya dan hak-haknya.<br /><br />3. Rumah yang dibangun untuk keluarga kader seharusnya sederhana, mengutamakan dharuriyyat (prioritas), mengurangi hal-hal yang tersier, dan tidak ada israf.<br /><br />4. Dalam masalah pakaian dan makanan hendaknya menjauhi israf, mewah-mewahan, tapi justru harus menekankan masalah kesederhanaan, kebersihan, menghindari yang haram. Rumah tangga kader lebih mengutamakan memperbanyak sedekah untuk fakir dan miskin. Nasihat pada setiap kader dalam hal makanan harus selalu halal dan baik, menjauhi yang haram dan yang syubhat<br /><br />5. Sekitar anggaran rumah tangga haruslah menjadi contoh . Dalam hal ini kita harus:<br /><br />a. mencari rezki yang halal dan baik serta menjauhi yang haram. Sebab, semua daging yang lahir dari barang haram maka api neraka lebih berhak untuk membakarnya.<br />b. Perlu ada kesepakatan antara suami dan istri dalam menentukan anggaran belanja rumah tangga, untuk apa saja penggunaan anggaran tersebut. Yang jelas, pengeluaran tidak boleh melebihi penghasilan<br /><br />c. Mencukupkan diri dengan hal-hal yang dharuriyyat dan menjauhi hal-hal yang sifatnya kamaliyat semampu mungkin.<br /><br />d. Memperhatikan hak Allah SWT seperti menunaikan zakat, menunaikan ibadah haji kalau sudah mampu. Dalam rumah tangga diutamakan bila mampu menyediakan kotak khusus untuk sedekah. Wallahu a’lam.<br /><br />أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاتهChoirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-14197316149618557262011-02-24T20:47:00.000-08:002011-02-24T20:52:39.946-08:00AL-QURAN SEBAGAI BEKAL DAN TUNTUNAN PERJUANGAN DAKWAH<strong>Kedudukan dan fungsi Al-Qur’an </strong>
<br /><strong>
<br /></strong>Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Di samping itu Dia juga memberikan bekal kepada manusia dengan bekal yang memandunya supaya dapat menjalankan tugas kekhalifahan, yakni Al-Qur’an Al-Karim.
<br />Al-Quran adalah pedoman hidup manusia dalam mengarungi tugas kekhalifahannya di muka bumi, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185. Namun demikian, yang mampu mengambilnya sebagai petunjuk hanyalah orang-orang yang bertaqwa (lihat Q.S. 2/Al-Baqarah : 2).
<br />
<br />Asy-Syahid Hasan Al-Banna pernah mengungkapkan bahwa sikap kebanyakan manusia di masa-masa sekarang ini terhadap kitab Allah SWT ibarat manusia yang diliputi dengan kegelapan dari segala penjuru. Berbagai sistem telah bangkrut, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh. Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, segera sistem itu hancur berantakan. Hari ini, manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih, dan menangis. Sungguh aneh, karena di hadapan mereka sebenarnya terdapat Al-Qur’an, cahaya sempurna.(Hadits Tsulatsa/23-24)
<br />
<br />“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Q.S. 26/Asy-Syu’araa: 52)
<br />
<br />Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan Al-Qur’an sebagai ruh yang berfungsi menggerakkan sesuatu yang mati, mencairkan kejumudan, dan membangkitkan kembali semangat umat sehingga ia bisa menunaikan tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya.
<br />
<br /><strong>Interaksi dengan Al-Qur’an </strong>
<br /><strong></strong>
<br />Allah SWT menjanjikan bagi orang-orang yang berinteraksi dengan Al-Qur’an akan mendapatkan kemuliaan. Allah SWT berfirman:
<br />
<br />“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?” (Q.S. 21/ Al-Anbiyaa: 10)
<br />
<br />Interaksi ini harusnya dilakukan secara utuh baik secara tilawatan (menguasai cara membacanya sesuai dengan kaidah tajwid dan mampu membacanya di waktu siang maupun malam), fahman (memahami kandungan ayat-ayat yang dibaca), amalan (kemampuan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan/membumikan Al-Qur’an) maupun hifzhan (kemampuan menghafalkan ayat-demi ayat Al-Qur’an).
<br />
<br />Itulah empat bentuk interaksi yang diinginkan Al-Qur’an kepada setiap Muslim.
<br />
<br /><strong>Upaya membangun ruh Al-Qur’an bagi kader dan kiat-kiatnya </strong>
<br />
<br />Agar bisa berinteraksi kembali dengan Al-Qur’an, maka perlu disadarkan kembali kewajiban-kewajiban kita di hadapan Al-Qur’an.
<br />
<br />Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengungkapkan beberapa kewajiban Muslim terkait dengan Al-Qur’an yaitu :
<br />
<br /><ol><li>Seorang Muslim harus memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah SWT. Sistem sosial apa pun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan kepada Al-Qur’an pasti akan menuai kegagalan.
<br /></li><li>Kaum Muslimin wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui sedangkan kita tidak menjalin hubungan dengan Allah SWT melalui Al-Qur’an. Demikianlah keadaan para pendahulu kita, kaum salaf. Mereka tidak pernah kenyang dengan Al-Qur’anul Karim. Mereka tidak pernah meninggalkannya. Bahkan mereka mencurahkan waktunya untuk itu. Sunnah mengajarkan agar kita mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari. Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum Muslimin, beliau mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, “Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang ditinggalkan.”
<br /></li><li>Ketika membaca Al-Qur’an kita harus memperhatikan adab-adab membacanya. Demikian pula saat kita mendengarkan Al-Qur’an harus memperhatikan adab-adabnya. Hendaklah kita berusaha merenungkan dan meresapinya.
<br /></li><li>Setelah kita mengimani bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya penyelamat, kita wajib mengamalkan hukum-hukumnya, baik dalam tingkatan individu maupun hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat atau hukum-hukum yang berkaitan dengan penguasa. </li></ol>Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-10414138841201441452011-02-17T18:57:00.000-08:002011-02-17T19:00:31.217-08:00Ciri Pemimpin Yang Tidak Amanah Dan Urgensi Kepemimpinan Yang Adil<!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="Body Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="Body Text Indent"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="Body Text 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="Body Text 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="Body Text Indent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:Arial; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]--><span style="font-size: 16pt; font-style: normal;"></span> <p class="MsoBodyText3" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt;"><b><span style="font-style: normal;">Hadirin Jama’ah jumah Rahimakumullah</span></b></p> <p class="MsoBodyText3" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt;"><span style="font-style: normal;">Rasulullah saw bersabda:</span></p> <p class="MsoBodyText3" dir="RTL" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 4.9pt; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 20pt; font-family: "Traditional Arabic","serif";" lang="AR-SA">عَن</span><span style="font-size: 20pt; font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-style: normal;" lang="AR-SA">ْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-style: normal;"><span dir="LTR"></span>) </span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; color: black; font-style: normal;" lang="AR-SA">رَوَاهُ البُخَارِيُّ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="color: black; font-style: normal;"><span dir="LTR"></span>(</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;"><i><span style="color: black;">Dari Abu Hurairah r.a. berkata,</span></i> <i><span style="color: black;">tatkala Nabi saw. berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat?” Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya . Berkata sebagian yang lain, “Rasul saw. tidak mendengar”. Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata orang Badui itu, “Saya wahai Rasulullah saw.“ Rasul saw. berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah Kiamat”. Bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasul saw. menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat” (HR Bukhari)</span></i><span style="color: black;"></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify;"> </p> <p class="MsoBodyText3" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt;"><b><span style="font-style: normal;">Hadirin Jama’ah jumah Rahimakumullah</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Hadits ini sebuah peringatan dari Rasul saw. agar amanah itu diberikan kepada ahlinya. Dan puncak amanah adalah amanah dalam kepemimpinan umat. Jika pemimpin umat tidak amanah berarti kita tinggal menunggu kiamat atau kehancuran.. </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Pertanyaannya seperti apakah ciri-ciri<span style=""> </span>pemimpin yang tidak amanah itu, paling tidak ada enam ciri dari pemimpin yang tidak amanah yang akan kita bahas pada pertemuan kali ini </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;"><b>Pertama</b>, pemimpin yang tidak memenuhi syarat keahlian, yaitu sebagaimana syarat pemimpin yang disepakati ulama Islam, adalah: Islam, baligh dan berakal, lelaki, mampu (kafaah),<span style=""> </span>merdeka atau bukan budak dan sehat indera dan anggota badannya. Pemimpin yang tidak memiliki<span style=""> </span>syarat keahlian pasti tidak amanah. Misalnya, seorang yang tidak sehat indera dan anggota badannya dan menjadi pemimpin sebuah negara atau bangsa. Ia bisa dipastikan tidak mampu menjalankan amanahnya karena faktor kesehatannya, kemudian dia juga tidak mampu melakukan tugas-tugas yang berat karena cacat sehingga akhirnya lebih banyak berbuat untuk dirinya sendiri daripada untuk rakyatnya. </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Begitu pula dengan syarat berakal, karena bila seorang pemimpin bodoh, tidak berakal, dan tidak mampu memimpin pasti orang itu juga tidak amanah, karena dia tidak mengerti apa yang seharusnya dikatakan dan diperbuat. Dan sangat mungkin ia akan diperalat oleh orang dekatnya atau kelompoknya. </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Kewajiban kita wahai saudaraku, ialah memunculkan pemimpin bangsa dengan berpedoman pada syarat-syarat yang dituntut dalam Islam. Jika tidak maka kita semua berdosa, bahkan dosa besar. Kita semua harus berjihad untuk mewujudkan hal itu.. Bahkan Rasulullah saw. menyebutkan jihad yang paling utama adalah melakukan <i>amar</i><i style=""> ma’ruf wa nahi munkar</i> jika ada pemimpin yang tidak sesuai dengan syarat dalam Islam beliau bersabda, “<i><span style="color: black;">Seutama-utamanya jihad adalah kalimat yang benar kepada penguasa yang zhalim”(HR Ibnu Majah, Ahmad,<span style=""> </span>At-Thabrani, Al-Baihaqi dan An-Nasai). </span></i><span style="color: black;">Hadits yang lain<i>, “Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan seorang yang bangkit menuju imam yang zhalim,<span style=""> </span>memerintahkan<span style=""> </span>dan melarang sesuatu lalu ia dibunuh”(HR Al-Hakim)</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify;"><i> </i></p> <p class="MsoBodyText3" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt;"><b><span style="font-style: normal;">Hadirin Jama’ah jumah Rahimakumullah</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Ciri <b>kedua</b> pemimpin yang tidak amanah adalah mementingkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya. Jika pemimpin yang amanah melaksanakan segala kepemimpinannya untuk semua rakyat dan bangsanya, maka pemimpin yang tidak amanah melakukannya hanya untuk diri sendiri, keluarga dan kelompoknya. Ia tidak menegakkan keadilan bagi seluruh rakyatnya. Ia juga tidak mengembangkan kekayaan negeri untuk kepentingan rakyatnya, tetapi untuk kepentingan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya saja, bahkan bila perlu dengan mengorbankan rakyat dan negaranya. <i>Na’udzu billah min dzalika. </i></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Ciri <b>ketiga</b> adalah berlaku zhalim. Pemimpin yang tidak amanah bersifat zhalim. Dia melaksanakan kepemimpinan itu bukan untuk melaksanakan amanah, melainkan<span style=""> </span>untuk berkuasa dan memiliki segala kekayaan negeri sehingga dapat berbuat zhalim kepada rakyatnya. Yang dipikirkan adalah kekuasaannya dan fasilitas dari kekuasaan itu, tidak peduli rakyat menderita dan sengsara bahkan tidak peduli tumpahnya darah rakyat karena kezhalimannya. </p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 0.05in 1.3pt 1.5pt 0in; text-indent: 15pt;"><span style="font-style: normal;">Rasulullah saw bersabda</span><span style="">: </span></p> <p class="MsoBodyText" dir="RTL" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 4.9pt;"><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic","serif";" lang="AR-SA">إنها ستكون عليكم أمراء من بعدي يعظون بالحكمة على منابر فإذا نزلوا اختلست منهم وقلوبهم أنتن من الجيف فمن صدقهم بكذبهم وأعانهم على ظلمهم فليس مني ولست منه ولا يرد علي الحوض ومن لم يصدقهم بكذبهم ولم يعنهم على ظلمهم فهو مني وأنا منه وسيرد علي الحوض</span><span dir="LTR" style=""></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 0.05in 1.3pt 1.5pt 0in; text-indent: 15pt;"><span style="">“Sesungguhnya akan datang di tengah-tengah kalian para pemimpin sesudahku, mereka menasihati orang di forum-forum dengan penuh hikmah, tetapi jika mereka turun dari mimbar mereka berlaku culas, hati mereka lebih busuk daripada bangkai. Barang siapa yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu kesewenang-wenangan mereka, maka aku bukan lagi golongan mereka dan mereka bukan golonganku dan tidak akan dapat masuk telagaku. Barang siapa yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu kesewenang-wenangan mereka maka ia adalah termasuk golonganku dan aku termasuk golongan mereka, dan mereka akan datang ke telagaku.” (H.R. At-Thabrani)</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify;"><i> </i></p> <p class="MsoBodyText3" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt;"><b><span style="font-style: normal;">Hadirin Jama’ah jumah Rahimakumullah</span></b></p> <p class="MsoBodyText" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt; direction: ltr; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Ciri <b>keempat</b> adalah menyesatkan umat. Pemimpin yang tidak amanah akan melakukan apa saja untuk menyesatkan umat. Misalnya, dengan kekayaannya yang diperoleh secara zhalim membeli media masa untuk menjadi ‘corongnya’. Pemimpin<span style=""> </span>seperti ini adalah pemimpin yang berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari Dajjaal –<i>laknatullah</i>-. Rasul saw bersabda:” </span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">“Selain Dajjaal ada yang lebih aku takuti atas umatku; yaitu para pemimpin yang sesat” (HR Ahmad).</span></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;"> </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Ciri <b>kelima</b> adalah membuat dan rusak dan hancur seluruh tatanan sosial masyarakat. Pemimpin yang tidak amanah akan mengakibatkan kerusakan dan kehancuran. Salah satu bentuknya adalah menjadi dominannya seluruh bentuk kemaksiatan, seperti kemusyrikan, sihir dan perdukunan, zina dan pornografi, minuman keras dan Narkoba, pencurian dan korupsi, pembunuhan dan kekerasan, dll. </p> <p class="MsoBodyTextIndent2" style="margin: 0.05in -3.2pt 1.5pt 0in; text-indent: 15pt;"><span style="font-style: normal;">Rasulullah saw. bersabda</span><span style="">: </span></p> <p class="MsoBodyText" dir="RTL" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;"><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic","serif";" lang="AR-SA">يخرج في آخر الزمان رجال يختلون الدنيا بالدين يلبسون للناس جلود الضأن من اللين ألسنتهم أحلى من العسل وقلوبهم قلوب الذئاب يقول الله: أبي يغترون أم علي يجترئون فبي حلفت لأبعثن على أولئك منهم فتنة تدع الحليم منهم حيران.</span><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent2" style="margin: 0.05in -3.2pt 1.5pt 0in; text-indent: 15pt;"><span style="">“Akan muncul di akhir zaman lelaki yang memanipulasi agama untuk kepentingan dunia, mengenakan pakaian yang halus-halus, lidah mereka lebih manis daripada madu tetapi mereka berhati serigala. Allah berfirman, ”Apakah kepada-Ku mereka sombong atau, kepada-Ku mereka berani. Atas nama-Ku mereka bersumpah. Maka akan ditimpakan kepada mereka fitnah, yang membuat orang-orang pandai jadi kebingungan” (H.R. Tirmidzi)</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify;"><i> </i></p> <p class="MsoBodyText3" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt;"><b><span style="font-style: normal;">Hadirin Jama’ah jumah Rahimakumullah</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Dengan demikian kita harus memunculkan pemimpin yang adil, yaitu pemimpin yang senantiasa menegakkan keadilan dan berbuat untuk kemaslahatan rakyatnya di dunia dan di akhirat.<span style=""> </span>Kita harus berjihad untuk sebuah proses lahirnya pemimpin yang adil. Kita harus menyiapkan ibu-ibu yang akan mencetak pemimpin yang adil. Kita juga harus menyiapkan sarana untuk terciptanya pemimpin yang adil, Dan akhirnya kita harus berdakwah, ber<i style="">amar ma’ruf nahi munkar</i> agar mendapatkan pemimpin yang adil. </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;"><i>“Dan kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua akan diminta pertanggungjawabannya atas kepemimpinan itu</i>”. </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Umar bin Khathab r.a. berkata<i>: Jika ada seekor keledai yang jatuh di Irak, maka aku akan ditanya di hadapan Allah Taala, kenapa engkau tidak memperbaiki jalan itu” </i></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Doa kita adalah doa yang diabadikan dalam Al-Qur’an:</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;"><i>"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”.</i></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;">Rasulullah saw, bersabda<i>:</i></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;"><i>Ada tujuh kelompok yang akan mendapat perlindungan Allah di hari yang tiada perlindungan, kecuali perlindungan Nya: Imam yang adil….(Muttafaq ‘alaih)</i></p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 4.9pt; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span dir="RTL"></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic","serif"; color: black;" lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span>"يوم من إمام عادل أفضل من عبادة ستين سنة، وحد يقام في الأرض بحقه أزكى فيها من مطر أربعين عاماً".</span><b style=""><span dir="LTR" style=""></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 15pt;"><i><span style=""> </span>“Sehari bersama imam yang adil lebih baik dari ibadah seorang lelaki selama 60 tahun. Dan hukum hudud yang ditegakkan di muka bumi dengan benar lebih bersih dari hujan yang turun selama 40 tahun” (H.R. At-Thabrani dan Al-Baihaqi)</i></p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 4.9pt; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic","serif"; color: black;" lang="AR-SA">ثلاثة لا ترد دعوتهم: الإمام العادل، والصائم حين يفطر، ودعوة المظلوم</span><b style=""><span dir="LTR" style=""></span></b></p> <p class="MsoBodyText3" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-indent: 15pt;">Tiga kelompok yang tidak ditolak doanya: Imam adil, orang yang berpuasa sampai berbuka dan doa orang yang tertindas” (H.R. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)</p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: justify; text-indent: 4.9pt; direction: rtl; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic","serif"; color: black;" lang="AR-SA">أحب الناس إلى اللّه وأقربهم منه مجلساً يوم القيامة: إمام عادل، وأبغض الناس إلى اللّه يوم القيامة، وأشدهم عذاباً: إمام جائر</span><b style=""><span dir="LTR" style=""></span></b></p> <p class="MsoBodyText2" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-indent: 15pt;"><i>“Manusia yang paling dicintai Allah dan yang paling dekat kedudukannya di hari kiamat adalah imam yang adil. Dan manusia yang paling dibenci Allah dan paling keras azabnya adalah imam yang zhalim” (H.R. Ahmad, At-Tirmidzi dan al-Baihaqi)</i></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-indent: 15pt;"><span dir="RTL" style="color: black;" lang="AR-SA"> </span></p> <p class="MsoNormal" dir="RTL" style="margin: 0.05in 0in 1.5pt; text-align: center; text-indent: 4.9pt; direction: rtl; unicode-bidi: embed;" align="center"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"><span dir="LTR"></span><span style=""> </span></span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic","serif";" lang="AR-SA">أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"><span dir="LTR"></span> - </span><span style="font-size: 16pt; font-family: "Traditional Arabic","serif";" lang="AR-SA">والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته</span></p> <p class="MsoNormal"> </p>Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-25033147504698123662011-02-10T04:42:00.000-08:002011-02-10T04:44:56.955-08:00KIAT MENGHANCURKAN ISLAMDari waktu ke waktu, kian terbukti pihak Yahudi dan Nasrani tidak suka terhadap umat Islam, hal ini karena umat Islam selalu berjuang menegakkan Al-Haq (kebenaran) dan sebaliknya, mereka terus berjuang untuk menegakkan Al-Bathil (kesalahan). Inilah sebabnya, mengapa tak pernah bisa bertemu antara pihak yang haq dengan pihak yang bathil, bahkan dari generasi ke generasi, pertarungan baik yang bersifat fisik maupun non fisik terjadi berkali-kali hingga hari ini. Karena itu mereka beranggapan bahwa Islam merupakan penghalang yang harus diberantas.<br /><br /> Berbagai cara mereka tempuh untuk menghacurkan Islam dan umatnya. Sebagai muslim, kita perlu tahu apa saja strategi atau kiat-kiat mereka dalam menghancurkan Islam dan umatnya. Bila kita sudah tahu, insya Allah kita tidak akan terjebak ke dalam program penghancuran yang mereka lakukan. Seluruh program mereka pada intinya berorientasi pada upaya menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam yang sering disebut dengan harokatul irtidad (gerakan pemurtadan). Secara umum, kita harus kaji betul langkah-langkah mereka ini. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">1. Perang Secara Fisik</span><br /><br />Berkali-kali peperangan antara muslim dengan Yahudi dan Nasrani terjadi, perang Arab-Israel masih berlangsung hingga kini, perang Salib yang tekenal itu juga menjadi bukti, pada masa dahulu mereka menjajah sejumlah negara yang mayoritas penduduknya muslim, di bekas Uni Sovyet, berlangsung perang antara Azerbaijan dengan Armenia, begitu juga kebiadaban mereka terhadap muslim Bosnia. Namun peperangn secara fisik yang sudah berlangsung berkali-kali ini menyadarkan mereka bahwa tak mungkin umat Islam bisa ditaklukkan dengan kekuatan senjata, mitos ini semakin kuat pada perang Afganistan, Bosnia, Irak, Afganistan dan sebagainya.<br /><br /> Kalau peperangan terhadap kaum muslimin masih saja terus berlangsung, hal itu hanyalah karena mereka penasaran untuk bisa menaklukkan umat Islam dengan senjata, mereka ingin berhasil dan tertulis dalam sejarah.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">2. Menghancurkan Sistem Khilafah</span><br /><br />Setelah mitos kegagalan perang terhadap muslim, cara lain yang mereka tempuh guna menghancurkan Islam dan umatnya adalah dengan menghancurkan sitem pemerintahan Islam yang bersifat khilafah. Maka mereka hancurkanlah kekhilafahan Islam Utsmaniyah di Turki lalu mereka ganti dengan pemerintahan yang sekuler (memisahkan agama dengan negara), lalu berkembang pula pemikiran dan paham nasionalisme sehingga negara-negara yang dahulu saling bahu-membahu, setelah itu menjadi lebih mementingkan kebangsaannya.<br /><br />Namun hancurnya khilafah Utsmaniyah bukan berarti akhir dari segalanya, keinginan untuk mengembalikan pemerintahan yang Islami tidak hilang begitu saja meskipun kondisinya sangat sulit, bahkan di Turki sendiri, partai Islam mulai memenangkan pemilihan umum yang dilangsungkan di negeri itu. Dimana-mana sekarang ini muncul kembali kesadaran pentingnya pemerintahan yang Islami, sebab tanpa pemerintahan yang Islami, yang menderita bukan hanya kaum muslimin, tapi juga mereka rasakan kegundahan dalam hidup ini.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">3. Menjauhkan Umat Dari Al-Qur’an</span><br /><br />Orang-orang kafir itu sebenarnya menghendaki musnahnya Al-Qur’an sebagai salah satu sumber kekuatan umat Islam, Gladstone, seorang orientalis Barat menyatakan: “Selama Al-Qur’an ini ada, maka Eropa tidak akan sanggup menjajah Timur, malahan Eropa sendiri tidak bisa aman”. Namun mereka sendiri akhirnya menyadari bahwa Al-Qur’an itu tak mungkin bisa dimusnahkan, maka merekapun berusaha untuk menjauhkan umat Islam dari kitab sucinya, dan ini bisa mereka capai dengan baik sehingga kekuatan tak lagi dimiliki oleh umat Islam karena umat Islam jauh dari Al-Qur’an.<br /><br />Kini umat Islam telah kembali lagi kepada Al-Qur’an, orang-orang kafir itu sangat khawatir dengan fenomena ini, karena ternyata dengan kembalinya umat Islam kepada Al-Qur’an, kekuatan dan kewibawaan sebagai umat kembali dimilikinya, begitulah yang sekarang terjadi sehingga pamor pihak Barat yang mewakili Yahudi dan Nasrani semakin rendah.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">4. Menghancurkan Akhlak</span><br /><br />Di dalam Islam, tinggi dan rendah, kuat dan lemahnya umat Islam sangat tergantung pada sejauh mana kemuliaan akhlak yang dimilikinya. Karena itu orang-orang kafir sangat berkepentingan bagi hancurnya akhlak kaum muslimin. Samuel Swiemer pernah berkata: “Missi umat kita adalah mengeluarkan seorang muslim dari Islam, supaya menjadi orang yang tidak punya hubungan apa-apa dengan Allah, sehingga ia tidak mempunyai ikatan akhlak sebagai pegangan hidup umat Islam”. Tugas kalian adalah mempersiapkan generasi baru Islam yang jauh dari ajaran Islam,” ungkapan ini dikemukakan tahun 1935 dalam konferensi para missionaris di kota Quds. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak Barat kemudian mengekspor budaya mereka yang jelek melalui film, sandiwara, lagu dan musik, serta motto-motto tertentu lalu membentuk opini bahwa hal itu merupakan suatu kemajuan, tanda maju masyarakat modern. Cara lain yang mereka tempuh adalah melalui jalur pendidikan sekuler sehingga berkembang ilmu yang bebas nilai dan tak ada lagi semangat Islam dikalangan pelajar dan mahasiswa Islam. Sedikit banyak cara ini berhasil mereka lakukan, tapi kaum muslimin telah menyadari kesalahannya sehingga sekolah-sekolah non Islam diharamkan bagi kaum muslimin dan generasi muda kembali kepada Islam, karena memang sudah terbukti bahwa di negara-negara Barat sendiri, tidak berakhlak yang Islami hanya akan menghancurkan peradaban dan menimbulkan malapetaka bagi manusia. AIDS adalah salah satu produk barat yang amat mencemaskan umat manusia tak berakhlak sekarang ini.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">5. Memecah Persatuan Umat</span><br /><br />Tindak lanjut dari hancurnya sistem khalifah adalah mereka berusaha mecerai beraikan persatuan umat Islam, untuk itu setelah mereka menjajah berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun, mereka tinggalkan negeri jajahan yang mayoritas penduduknya muslim itu dengan perbatasan negeri yang tidak jelas sehingga hal ini sering menjadi konflik antara satu negara dengan negara tetangganya. Setelah itu mereka wariskan nasionalisme atau fanatisme kebangsaan secara berlebihan sehingga suatu negara lebih mementingkan negerinya lalu tidak peduli dengan negara yang lain.<br /><br />Hingga kini, persatuan umat Islam masih merupakan persoalan yang sangat besar untuk bisa diwujudkan, meskipun di dalam Al-Qur’an maupun hadits-hadits amat ditekankan, itulah sebabnya mengapa begitu banyak persoalan dunia Islam tapi belum bisa diselesaikan oleh umat Islam sendiri secara Internasional. Walaupun begitu, kesadaran yang tinggi akan pentingnya ukhuwah semakin nampak pada masyarakat kita sehingga perhatian umat Islam terhadap kondisi umat Islam yang lain sudah menjadi lebih baik.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">6. Menanamkan Keraguan</span><br /><br />Salah satu kunci kekuatan umat Islam adalah terletak pada amal shalehnya, untuk bisa beramal shaleh seorang muslim terlebih dahulu harus betul-betul yakin akan Islam sebagai satu-satunya agama yang benar. Bila keyakinan ini sudah tumbuh dengan baik di dalam jiwa kaum muslimin, maka kaum muslimin akan selalu memperjuangkan tegaknya nilai-nilai Islam itu dalam kehidupan ini dan siap menanggung segala resiko.<br /><br />Karena itu musuh-musuh Islam terus berusaha menanamkan keraguan umat Islam terhadap agamanya, mereka selewengkan makna-makna Al-Qur’an yang membuat umat Islam menjadi jauh dari Al-Qur’an, mereka kotori sejarah Islam sehingga umat Islam tidak percaya dengan para pejuang Islam, termasuk ragu akan kesucian sejarah Nabi Muhammad saw, lalu mereka hambat umat Islam untuk bisa melaksanakan Islam sehingga umat ini semakin jauh dari ajaran agamanya sendiri, setelah itu dengan berbagai cara mereka bentuk opini bahwa Islam itu agama yang pantas hanya untuk orang-orang Arab masa lalu.<br /><br />Namun sekarang ini usaha mereka lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya, apalagi kesadaran umat Islam untuk memahami ajaran agamanya secara baik menunjukkan adanya peningkatan, bahkan kegagalan mereka nampak dari banyak diantara mereka yang belajar Islam lalu masuk agama Islam meskipun dahulunya mereka begitu benci dengan Islam. Bahkan Islam diakui sebagai agama yang paling pesat berkembang di Amerika dan Eropa.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">7. Merintangi Kemajuan Umat</span><br /><br />Dalam banyak hal umat Islam sebenarnya bisa mencapai kemajuan yang besar, termasuk dibidang sains dan teknologi. Bila kemajuan ini betul-betul terwujud, maka eksistensi negara-negara Barat sebagai negara industri bisa tersaingi.<br /><br />Karena itu mencegah kemajuan negeri-negeri muslim terutama dibidang sains dan teknologi mereka hambat sedemikian rupa. Ada negeri muslim yang sudah bisa bikin bom nuklir, senjata kimia dan sejenisnya yang menjadi alat pertahanan negeri itu mereka lucuti sedemikian rupa dengan legitimasi PBB. Sementara pemuda-pemuda Islam yang sudah berhasil menuntut ilmu di bidang sains dan teknologi mereka beri iming-iming dengan gaji yang besar dan gelar yang mulia agar mau mengabdikan ilmunya di negeri Barat itu saja, tidak usah pulang ke kampung halaman untuk membangun negeri sendiri. Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah Brain Drain (pelarian intelektual muslim ke negara-negara Barat). <br /><br />Meskipun begitu, Barat tetap saja menyimpan ketakutan karena umat Islam sekarang ini memang tidak bisa menahan diri lagi untuk bisa maju, karena kemajuan sains dan teknologi yang dicapai barat banyak sekali yang mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru yang tidak menyenangkan.<br /><br />Semoga dengan memahami strategi mereka dalam menghancurkan Islam dan umatnya membuat kita sadar bahwa kondisi kita memang dalam keadaan terancam, namun kita tetap tidak boleh pesimis tapi justeru kita harus siap menghadapi serangan-serangan mereka yang mencoba menghalau umat Islam dalam laju pencapaian kembali kejayaannya. <br /><br />Drs. H. Ahmad YaniChoirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-63281582415352264642011-01-13T05:51:00.000-08:002011-01-13T05:52:16.170-08:00NAHNU KAUM AMALIYUNIkhwah fillah…<br />Amal merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari iman. Imam Hasan Albashri menegaskan bahwa iman bukanlah angan-angan dan harapan hampa, akan tetapi ia adalah keyakinan yang mantap dalam hati dan dibuktikan dengan amal yang nyata. Bagi para aktivis da’wah amal Islami adalah bukti intima (komitmen) pada da’wah, jama’ah dan harokah. Tidak ada tempat di dalam jama’ah da’wah ini bagi orang-orang yang hanya ingin diakui sebagai anggota secara legal formal, apatah lagi bagi mereka yang sepi beraktivitas (baca: menganggur) bahkan hanya membebani jama’ah. <br /> <br />Ikhwah fillah…<br />Kita seharusnya datang ke jama’ah ini untuk memberi dan bukan untuk meminta, sudah semestinya kita mengurangi beban dan bukan menjadi beban dan bahkan menjadi kewajiban kita memberikan seluruh potensi yang kita miliki untuk da’wah dan bukan mencari keuntungan dari da’wah. Ingatlah, sesungguhnya orientasi kita dalam jama’ah ini adalah orientasi amal dan hanya amallah yang dapat mengangkat derajat kita serta membuat Allah mengakui kita sebagai aktivis da’wah. Allah berfirman: “Dan berbuatlah kamu, maka Allah, Rasul dan orang-orang yang beriman akan melihat amal kalian, dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. “ (At-taubah :105 ).<br /><br />Ikhwah fillah…<br />Ketahuilah, kewajiban dan tanggung jawab yang harus kita emban ternyata lebih banyak dari waktu yang tersedia dan lebih besar dari potensi yang kita miliki, oleh karenanya jangan sampai ada di antara kita yang hanya duduk, terpaku, dan berdiam diri di dalam jama’ah ini karena jama’ah ini bukanlah jama’ah tanpa kerja (baca: pengangguran). Bila hal itu terjadi, maka ia akan membawa dampak negatif kepada jama’ah, sebagai contoh munculnya suasana dan iklim yang tidak sehat yaitu iklim ghibah dan namimah di antara kader yang dapat menghambat perjalanan harokah dan meruntuhkan bangunan jama’ah. Tidakkah kita menyadari bahwa Rasul melarang kita dari dua hal, yaitu <br />(1) membicarakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya (qiila wa qoola = katanya…dan katanya…) <br />(2) menyia-nyiakan harta (idlo’atul maal ).Termasuk prinsip ke- 9 dari Ushul Isyrin yang menegaskan bahwa setiap masalah yang tidak berorientasi pada amal, maka membicarakannya adalah sesuatu yang memberatkan diri dan dilarang oleh syari’at.<br /><br />Ikhwah fillah…<br />Sekaranglah saatnya kita memperbanyak aktivitas dan meningkatkan produktivitas dan tidak ada waktu bagi kita untuk banyak berbicara terlebih berbicara tentang sesuatu yang tidak berguna mengingat masih banyak lahan da’wah yang belum tergarap. Betapa banyak lahan da’wah yang menjadi tanggung jawab kita di kalangan buruh, pekerja, pedagang, petani, nelayan, professional, ibu rumah tangga, remaja, anak jalanan, dll. Sungguh naïf jika ada di antara kita yang tidak memiliki aktivitas, kesibukan atau “pekerjaan” di dalam jama’ah ini. Sungguh, Asy-syahid Imam Hasan Al-Banna pada masa hidupnya pernah berkata bahwa kita harus bekerja lebih banyak untuk umat dari pada untuk diri kita sendiri.<br /><br />Ikhwah fillah…<br />Ladang da’wah begitu banyak terbuka luas di depan kita. Siapa yang akan memulai menggarapnya? Tentu saja dibutuhkan kader-kader yang berinisiatif, kreatif dan produktif yang motivasinya karena Allah dan berorientasi kepada ridlo Allah. Lupakah kita bahwa Rasul pernah bersabda bahwa barang siapa yang berinisiatif mengerjakan amal kebaikan lalu diikuti oleh orang lain maka baginya pahala atas perbuatannya itu dan pahala dari orang-orang yang mengerjakan setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun… (HR. Bukhari ).<br /><br />Ikhwah fillah…<br /> Indikasi bahwa kegiatan dan proses tarbiyah yang kita selenggarakan telah berjalan cukup baik (efektif) adalah jika para kader/peserta tarbiyah dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai syakhshiyyah Islamiyah dan da’iyah di tengah masyarakatnya. Kehadiran, partisipasi, peran, dan kontribusinya dapat dirasakan oleh orang banyak. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasul saw bahwa “orang yang paling baik adalah orang yang paling banyak kebaikannya di masyarakat. (HR. Tirmidzi ).Rasulullah menggambarkan bahwa profil seorang mukmin adalah seperti lebah, yaitu hanya mengambil yang baik dan memberi yang baik (HR. Ahmad ).Bila ia hinggap di suatu tempat maka ia akan mengambil yang terbaik dari tempat itu yaitu madu tanpa merusak atau mematahkan ranting tempat ia berpijak. Bahkan lebah membantu bunga-bunga tersebut melakukan proses penyerbukan. Dan ketika ia meninggalkan tempat itu untuk mencari tempat yang lain, maka ia meninggalkan sesuatu yang terbaik pula yaitu madu serta meninggalkan kenangan manis kepada lingkungan yang pernah ia hinggapi. Dan begitu seterusnya. Ikhwah, jadilah seperti lebah yang selalu mencari unsur-unsur kebaikan dan memberikan buah kebaikan. Benih-benih kebaikan itu tak akan terjadi manakala kita tidak giat melakukan amal da'wi di masyarakat.<br /><br />Ikhwah fillah…<br />Sesungguhnya amal adalah buah dari ilmu dan keikhlasan. Ilmu yang kita peroleh di dalam halaqah ,tatsqif dan ta’lim harus berdampak positif pada kehidupan sehari-hari di lingkungan tempat kita beraktivitas. Kita tidak boleh merasa puas dengan kegiatan tarbawi, tatsqifi, dan tanzhimi yang tidak ditranformasikan kepada masyarakat. Kita tidak boleh menganggap cukup dengan aktivitas tarbawi yang bersifat internal tanpa mengembangkannya dalam bentuk amal da'wi dan kegiatan sosial karena konsep tarbiyah yang kita anut adalah memadukan tarbiyah nukhbawiyah (pembinaan kader ke dalam ) dan tarbiyah jamahiriyah (rekrut massa yang bersifat terbuka dan massif ).<br /><br />.Ikhwah fillah…<br />Jadilah pekerja da’wah yang berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh stuktur Partai Keadilan Sejahtera dalam rangka mensukseskan pemenangan pemilu baik di tingkat DPRa, DPC, DPD, DPW dan DPP. Janganlah kita menjadi penonton dalam persaingan dan pertarungan da’wah yang hanya bisa tertawa, bergembira, bersorak-sorai , bertepuk tangan dan bersiul menyaksikan pemain yang bertarung untuk merebut kemenangan di medan pertandingan atau kadang kala berkomentar negatif jika pemain melakukan kesalahan.<br /><br />Ikhwah fillah…<br />Kita tidak mengenal istilah pengamat da’wah dalam kamus da’wah kita karena yang ada hanyalah aktivis da’wah dan praktisi harakah. Oleh karena itu tidak boleh ada di antara kita yang menjadi pengamat da’wah tapi hendaklah menjadi aktivis dan praktisi harakah.<br /><br />Ikhwah fillah…<br />I’malu ‘ala barakatillah.Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-90160168519690476212010-12-30T19:09:00.000-08:002010-12-30T19:13:02.774-08:00Makna Muhasabah<span style="font-style:italic;">Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Gambaran Umum Hadits</span><br /><br />Hadits di atas menggambarkan urgensi muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Karena hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah planing dan misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keridhaan Rab-nya. Dan dalam menjalankan misi tersebut, seseorang tentunya harus memiliki visi (ghayah), perencanaan (ahdaf), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq) dan evaluasi (muhasabah). Hal terakhir merupakan pembahasan utama yang dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadits ini. Bahkan dengan jelas, Rasulullah mengaitkan evaluasi dengan kesuksesan, sedangkan kegagalan dengan mengikuti hawa nafsu dan banyak angan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Indikasi Kesuksesan dan Kegagalan</span><br /><br />Hadits di atas dibuka Rasulullah dengan sabdanya, ‘Orang yang pandai (sukses) adalah yang mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah kematiannya.’ <br /><br />Ungkapan sederhana ini sungguh menggambarkan sebuah visi yang harus dimiliki seorang muslim. Sebuah visi yang membentang bahkan menembus dimensi kehidupan dunia, yaitu visi hingga kehidupan setelah kematian.<br /><br />Seorang muslim tidak seharusnya hanya berwawasan sempit dan terbatas, sekedar pemenuhan keinginan untuk jangka waktu sesaat. Namun lebih dari itu, seorang muslim harus memiliki visi dan planing untuk kehidupannya yang lebih kekal abadi. Karena orang sukses adalah yang mampu mengatur keinginan singkatnya demi keinginan jangka panjangnya. Orang bertakwa adalah yang ‘rela’ mengorbankan keinginan duniawinya, demi tujuan yang lebih mulia, ‘kebahagian kehidupan ukhrawi.’<br /><br />Dalam Al-Qur’an, Allah swt. seringkali mengingatkan hamba-hamba-Nya mengenai visi besar ini, di antaranya adalah dalam QS. Al-Hasyr (59): 18–19.<br /><br />Muhasabah atau evaluasi atas visi inilah yang digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai kunci pertama dari kesuksesan. Selain itu, Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action after evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadits di atas dengan ’dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’ Potongan hadits yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw. langsung setelah penjelasan tentang muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.<br /><br />Terdapat hal menarik yang tersirat dari hadits di atas, khususnya dalam penjelasan Rasulullah saw. mengenai kesuksesan. Orang yang pandai senantiasa evaluasi terhadap amalnya, serta beramal untuk kehidupan jangka panjangnya yaitu kehidupan akhirat. Dan evaluasi tersebut dilakukan untuk kepentingan dirinya, dalam rangka peningkatan kepribadiannya sendiri.<br /><br />Sementara kebalikannya, yaitu kegagalan. Disebut oleh Rasulullah saw, dengan ‘orang yang lemah’, memiliki dua ciri mendasar yaitu orang yang mengikuti hawa nafsunya, membiarkan hidupnya tidak memiliki visi, tidak memiliki planing, tidak ada action dari planingnya, terlebih-lebih memuhasabahi perjalanan hidupnya. Sedangkan yang kedua adalah memiliki banyak angan-angan dan khayalan, ’berangan-angan terhadap Allah.’ Maksudnya, adalah sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi, sebagai berikut: Dia (orang yang lemah), bersamaan dengan lemahnya ketaatannya kepada Allah dan selalu mengikuti hawa nafsunya, tidak pernah meminta ampunan kepada Allah, bahkan selalu berangan-angan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Urgensi Muhasabah</span><br /><br />Imam Turmudzi setelah meriwayatkan hadits di atas, juga meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab dan juga ungkapan Maimun bin Mihran mengenai urgensi dari muhasabah.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">1. Mengenai muhasabah, Umar r.a. mengemukakan:</span><br /><br />‘Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.<br /><br />Sebagai sahabat yang dikenal ‘kritis’ dan visioner, Umar memahami benar urgensi dari evaluasi ini. Pada kalimat terakhir pada ungkapan di atas, Umar mengatakan bahwa orang yang biasa mengevaluasi dirinya akan meringankan hisabnya di yaumul akhir kelak. Umar paham bahwa setiap insan akan dihisab, maka iapun memerintahkan agar kita menghisab diri kita sebelum mendapatkan hisab dari Allah swt.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">2. Sementara Maimun bin Mihran r.a. mengatakan:</span><br /><br />‘Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa hingga ia menghisab dirinya sebagaimana dihisab pengikutnya dari mana makanan dan pakaiannya’.<br /><br />Maimun bin Mihran merupakan seorang tabiin yang cukup masyhur. Beliau wafat pada tahun 117 H. Beliaupun sangat memahami urgensi muhasabah, sehingga beliau mengaitkan muhasabah dengan ketakwaan. Seseorang tidak dikatakan bertakwa, hingga menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri. Karena beliau melihat salah satu ciri orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa mengevaluasi amal-amalnya. Dan orang yang bertakwa, pastilah memiliki visi, yaitu untuk mendapatkan ridha Ilahi.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">3. Urgensi lain dari muhasabah adalah karena setiap orang kelak pada hari akhir akan datang menghadap Allah swt. dengan kondisi sendiri-sendiri untuk mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya</span>. Allah swt. menjelaskan dalam Al-Qur’an: “Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” [QS. Maryam (19): 95, Al-Anbiya’ (21): 1].<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Aspek-Aspek Yang Perlu Dimuhasabahi</span><br /><br />Terdapat beberapa aspek yang perlu dimuhasabahi oleh setiap muslim, agar ia menjadi orang yang pandai dan sukses.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">1.Aspek Ibadah</span><br /><br />Pertama kali yang harus dievaluasi setiap muslim adalah aspek ibadah. Karena ibadah merupakan tujuan utama diciptakannya manusia di muka bumi ini. [QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56]<br /><br /><span style="font-weight:bold;">2. Aspek Pekerjaan & Perolehan Rizki</span><br /><br />Aspek kedua ini sering kali dianggap remeh, atau bahkan ditinggalkan dan ditakpedulikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Karena sebagian menganggap bahwa aspek ini adalah urusan duniawi yang tidak memberikan pengaruh pada aspek ukhrawinya. Sementara dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:<br /><br />Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, ‘Tidak akan bergerak tapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya.’ (HR. Turmudzi)<br /><br /><span style="font-weight:bold;">3.Aspek Kehidupan Sosial Keislaman</span><br /><br />Aspek yang tidak kalah penting untuk dievaluasi adalah aspek kehidupan sosial, dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama manusia. Karena kenyataannya aspek ini juga sangat penting, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah saw. dalam sebuah hadits:<br /><br />Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?’ Sahabat menjawab, ‘Orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki perhiasan.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun ia juga datang dengan membawa (dosa) menuduh, mencela, memakan harta orang lain, memukul (mengintimidasi) orang lain. Maka orang-orang tersebut diberikan pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala kebaikannya telah habis, sebelum tertunaikan kewajibannya, diambillah dosa-dosa mereka dan dicampakkan pada dirinya, lalu dia pun dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Muslim)<br /><br />Melalaikan aspek ini, dapat menjadi orang yang muflis sebagaimana digambarkan Rasulullah saw. dalam hadits di atas. Datang ke akhirat dengan membawa pahala amal ibadah yang begitu banyak, namun bersamaan dengan itu, ia juga datang ke akhirat dengan membawa dosa yang terkait dengan interaksinya yang negatif terhadap orang lain; mencaci, mencela, menuduh, memfitnah, memakan harta tetangganya, mengintimidasi dsb. Sehingga pahala kebaikannya habis untuk menutupi keburukannya. Bahkan karena kebaikannya tidak cukup untuk menutupi keburukannya tersebut, maka dosa-dosa orang-orang yang dizaliminya tersebut dicampakkan pada dirinya. Hingga jadilah ia tidak memiliki apa-apa, selain hanya dosa dan dosa, akibat tidak memperhatikan aspek ini. Na’udzubillah min dzalik.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">4. Aspek Dakwah</span><br /><br />Aspek ini sesungguhnya sangat luas untuk dibicarakan. Karena menyangkut dakwah dalam segala aspek; sosial, politik, ekonomi, dan juga substansi dari da’wah itu sendiri mengajak orang pada kebersihan jiwa, akhlaqul karimah, memakmurkan masjid, menyempurnakan ibadah, mengklimakskan kepasrahan abadi pada ilahi, banyak istighfar dan taubat dsb.<br /><br />Tetapi yang cukup urgens dan sangat substansial pada evaluasi aspek dakwah ini yang perlu dievaluasi adalah, sudah sejauh mana pihak lain baik dalam skala fardi maupun jama’i, merasakan manisnya dan manfaat dari dakwah yang telah sekian lama dilakukan? Jangan sampai sebuah ‘jamaah’ dakwah kehilangan pekerjaannya yang sangat substansial, yaitu dakwah itu sendiri.<br /><br />Evaluasi pada bidang dakwah ini jika dijabarkan, juga akan menjadi lebih luas. Seperti evaluasi dakwah dalam bidang tarbiyah dan kaderisasi, evaluasi dakwah dalam bidang dakwah ‘ammah, evaluasi dakwah dalam bidang siyasi, evaluasi dakwah dalam bidang iqtishadi, dsb?<br /><br />Pada intinya, dakwah harus dievaluasi, agar harakah dakwah tidak hanya menjadi simbol yang substansinya telah beralih pada sektor lain yang jauh dari nilai-nilai dakwah itu sendiri. Mudah – mudahan ayat ini menjadi bahan evaluasi bagi dakwah yang sama-sama kita lakukan: Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. [QS. Yusuf (12): 108]<br /><a href="http://www.dakwatuna.com/2007/makna-muhasabah/">Dakwatuna</a>Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-77676075965845959222010-12-30T19:01:00.000-08:002010-12-30T19:02:56.452-08:00Makna Pergantian Tahun<a href="http://www.percikaniman.org/detail_artikel.php?cPub=Hits&cID=32">www.percikaniman.org.</a> Seorang ulama besar, Imam Hasan Al-Basri, mengatakan, 'Wahai anak Adam, sesungguhnya Anda bagian dari hari, apabila satu hari berlalu, maka berlalu pulalah sebagian hidupmu.' Dengan makna seperti itu, seharusnyalah kalau pergantian tahun justru mesti kita manfaatkan untuk mengevaluasi (muhasabah) diri.<br /><br />Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang beriman bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah disiapkan untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kalian kerjakan." (QS 59: 18).<br /><br />Khalifah Umar bin Khathab menyatakan, 'Hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung. Timbanglah amal-amal kalian sebelum ditimbang. Bersiaplah untuk menghadapi hari yang amat dahsyat. Pada hari itu segala sesuatu yang ada pada diri kalian menjadi jelas, tidak ada yang tersembunyi.' Rasulullah SAW bersabda, 'Tidaklah melangkah kaki seorang anak Adam di hari kiamat sebelum ditanyakan kepadanya empat perkara: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dihabiskan, dan tentang ilmunya untuk apa dimanfaatkan.' (HR Tirmidzi).<br /><br />Terkait dengan usia itu, Rasulullah menjelaskan, "Sebaik-baik manusia ialah yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya, sedangkan seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya tetapi buruk amal perbuatannya." (HR Tirmidzi). Pergantian tahun baru pada hakikatnya adalah mengingatkan manusia tentang pentingnya waktu.<br /><br />Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata, 'Siapa yang mengetahui arti waktu berarti mengetahui arti kehidupan. Sebab, waktu adalah kehidupan itu sendiri.' Dengan begitu, orang-orang yang selalu menyia-nyiakan waktu dan umurnya adalah orang yang tidak memahami arti hidup.<br /><br />Ulama kharismatik, Dr Yusuf Qardhawi, dalam kitab Al-Waqtu fi Hayatil Muslim menjelaskan tentang tiga ciri waktu.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pertama,</span> waktu itu cepat berlalunya.<br /><span style="font-weight:bold;">Kedua,</span> waktu yang berlalu tidak akan mungkin kembali lagi.<br />Dan <span style="font-weight:bold;">ketiga</span>, waktu itu adalah harta yang paling mahal bagi seorang Muslim.<br /><br />Nah, kalau waktu itu cepat berlalu dan tidak mungkin akan kembali lagi, serta harta yang paling mahal, maka apakah kita pantas masih menyia-nyiakannya?<br />Untuk itu, marilah pada kesempatan pergantian tahun ini kita mengevaluasi diri, ber-muhasabah. Karena, bisa jadi inilah tahun terakhir kita hidup di dunia yang fana ini. Allah SWT mengingatkan, "Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mendahulukannya." (QS 10: 49).Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7279323257230728936.post-33572466433146768832010-12-22T17:39:00.000-08:002010-12-22T17:46:23.983-08:00Ma’iyatullah dan Optimisme Kader DakwahMasih amat membekas di benak kita kisah tentang keteladanan seorang penggembala kambing di zaman Khalifah Umar ra. Inilah sosok pemuda yang akan terus menjadi ‘icon’ dakwah sepanjang masa. Betapa tidak, di tengah himpitan dan kerasnya pergulatan hidup ini tidak sekeping pun dari keimanannya, keyakinannya digadai, ditukar atau bahkan dijual demi mendapatkan kenikmatan hidup yang sesaat ini. <br /><br />Yang menarik dari kisah ini adalah kata kunci yang menjadi eye catching dari keseluruhan kisah ini yaitu “fa aina Allah?”. Kalimat sederhana itu mengalir dari lidah tegar penuh optimis seorang mukmin sejati. Kalimat “fa aina Allah”’ itu tidak dialamatkan untuk mencuri perhatian Khalifah Umar RA atau sengaja ditujukan untuk mencari muka –carmuk—seperti yang sering dipertontonkan kebanyakan masyarakat di negeri ini saat kunjungan para pejabat ke mereka. Dia tidak lahir begitu saja, akan tetapi kalimat spektakuler ini dilafalkan dari sanubari hati yang paling dalam karena mahabbah kepada Allah SWT. <br /><br />Demikianlah sikap kita dalam menjalani kehidupan dakwah ini. Sepanjang kultur “fa aina Allah” telah meresap dalam-dalam pada diri kita, inilah modal awal kita membangun optimisme dakwah. Bayangkan, seorang penggembala kambing yang hidup di tengah gurun, jauh dari pantauan siapa pun, tidak tersentuh teknologi tinggi –350 tahun lalu—mampu merekonstruksi ma’iyatullah begitu indah. <br /><br />Sudah barang tentu tidak sulit bagi kita merekonstruksi dan menghayati nilai-nilai ma’iyatullah di era teknologi informasi sekarang ini. Allah SWT sudah pasti dan selalu menyertai hamba-hamba-Nya yang beramal, bergerak, berjuang, dan berjihad demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Keyakinan ini sudah selayaknya menghujam pada diri kita, “Intanshurullah yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum.” (Q.S. 47/Muhammad: 10); “Alladziina jaahadu fiina lanahdiyannahum subuulana wa innalaaha la ma’al muhsinin .”(Q.S. 29/Al-Ankabut: 29).<br /><br />Ma’iyatullah harus diartikan bahwa perjuangan menegakkan dien yang hak melalui jalan dakwah dengan ahdaf dan qararat di dalamnya pasti didukung, ditolong, dan dibela Allah SWT beserta bala tentaranya. Inilah fondasi dalam merangkai optimisme untuk memetik kemenangan demi kemenangan di jalan dakwah ilallah. Tidak boleh sedikit pun terbesit keputusasaan, pesimistis dan kehilangan harapan di dalam diri kita. Bahkan, sifat seperti ini dilarang Allah, “...walaa tahinuu fibthigho’il qoum…(Q.S. 4/An-Nisaa’: 104). Ma’iyatullah selalu berbuah ta’yidullah. Artinya, dukungan dan pertolongan berupa apa saja pasti Allah berikan kepada pembela, penolong, dan penegak dienullah ini.<br /><br />Tidak boleh ada keraguan bagi kita. Dakwah ini, cepat atau lambat, Allah SWT akan perlihatkan kemenangan itu dengan kita saksikan sendiri atau kita sudah bersaksi di hadapan Allah. Kesertaan dan penyertaan Allah dalam kehidupan ini mesti tercermin dalam setiap gerak-gerik kita. <br /><br />Untuk itu perlu muhafazhah atau penjagaan ma’iyatullah ini agar tetap berada di sekitar kita. Isyarat-isyarat kemenangan banyak Allah SWT paparkan di dalam Al-Qur’an al-karim, salah satunya adalah dalam surat Al-Anfaal: 45-47. <br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan, "Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu." Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata, "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah." Dan Allah sangat keras siksa-Nya."<br /><br />Inilah dhawabith yang akan senantiasa menjaga mai’yatullah kita. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">1. Bersikap tsabat</span><br /><br />Kehadiran, keterlibatan, dan keterikatan kita dalam dakwah ini adalah pilihan sekaligus iradah Allah. Artinya, kita secara sadar dan penuh kesadaran telah memilih jalan ini, untuk kemudian tekad suci ini bertemu dengan kemauan dan kehendak Allah. Jadilah dia sebuah ketegaran, keteguhan, tsabat yang tidak mudah diguncang oleh kekuatan sebesar apapun kecuali oleh sang Pemilik kekuatan itu sendiri. Inilah jamaah dakwah yang kita telah beriltizam di dalamnya. Kita patuhi amarannya, baik dalam susah ataupun senang, baik dalam keadaan lapang atau pun sempit. Bergerak, berputar bersama jamaah ini kemana pun dia bergerak menuju ridha Allah SWT dengan pencapaian ahdaf sebesar-besarnya hingga tegaknya khilafatullah fil ardh.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">2. Banyak-banyak dzikrullah</span><br /><br />Sikap tsabat mengantarkan seseorang untuk senantiasa dzikrullah, mengingat perintah-Nya, mengingat larangan-Nya, membesarkan asma-Nya, menyucikan dzat-Nya dan memuji kebesaran-Nya. Kesibukan dzikrullah akan mengantarkan kita pada ma’unah Allah SWT. Bahkan, akan menenteramkan jiwa kita sebagai modal dalam menghadapi tantangan, rintangan, dan halangan di jalan dakwah, “...ala bidzkrillahi tathma’innal quluub…. Dzikrullah akan membawa pelakunya menjadi a’dho yang qonaah atas setiap keputusan dan kebijakan jamaah karena dia akan selalu husnudz-zhan dan berpikir positif. Sikap ini tentunya dilanjutkan dengan kreasi-kreasi dalam menjalankan amr jama’ah.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">3. Taat kepada Allah SWT dan kepada Rasul SAW.</span><br /><br />Faktor kemenangan dakwah ditandai dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ma’rakah Badr menjadi monumen kemenangan tentara kebenaran dalam ketaatannya kepada Allah dan Rasul. Sebaliknya, di perang Uhud inflasi ketaatan telah berakibat kekalahan. Oleh karena itu, jangan pernah kita menganggap remeh, mudah, bahkan meninggalkan ketaatan itu.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">4. Tidak Berbantah-bantahan (adamut tanaju)</span><br /><br />Prinsipnya, berbeda pendapat adalah biasa. Tapi, menjadi tidak biasa ketika perbedaan pendapat tersebut teraktualisasi menjadi friksi-friksi atau benturan-benturan kepentingan yang tidak lillah yang pada gilirannya akan berakhir dengan terbentuknya faksi-faksi, atau kelompok, atau golongan. <br /><br />Itulah yang tengah terjadi dalam masyarakat negeri ini. Untuk itu, soliditas struktural dan personal menjadi hal mutlak dalam menjalankan dakwah. Bagaimana mungkin terbentuk wihdatul ummah sementara tidak terjadi wihdatul shufuf di kalangan pejuang Islam sendiri. Alhamdulillah, jama’ah kita diberkahi Allah SWT dengan orang-orang yang sadar akan hal tersebut sehingga matanatut tanzhimiyah terjadi di jamaah kita ini.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">5. Bersabar</span><br /><br />Allah SWT menyuruh kita agar bersabar dalam segala hal, termasuk dalam dakwah. Akan tetapi, yang jauh lebih penting agar kita tetap sabar dalam menghadapi musibah kehidupan seperti kematian orang yang kita cintai, jatuh ke lembah papa setelah mengalami hidup layak, atau perasaan takut bahwa hal tersebut akan menimpa kita. <br />Ini diterangkan oleh Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 155,<br /><br />"Dan sungguh Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."<br /><br />Kabar gembira buat orang yang bersabar, "Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun. (Sesungguhnya kami berasal dari Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.)" (Q.S. 2/Al-Baqarah: 156). <br />Adapun balasan bagi orang yang sabar adalah keberkahan, kesempurnaan, rahmat dan petunjuk dari Allah.<br /><br />Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar sajalah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Q.S. 39/Az-Zumar: 10).<br /><br />Allah SWT akan mencukupkan pahala bagi orang yang sabar itu tanpa batas. Kemenangan Rasulullah SAW dalam perjuangan menegakkan Islam adalah buah dari kesabaran.<br /><span style="font-weight:bold;">6. Tidak takabur (‘adamul bathr)</span><br /><br />Alhamdulillah, patut kita syukuri bahwa jamaah dakwah kita yang telah menjadi institusi formal bernama Partai Keadilan (PK) Sejahtera banyak mendapat sambutan hangat yang luar biasa dari masyarakat. Tidak ketinggalan segudang julukan terhormat disematkan pada partai kita. <br /><br />Namun, sambutan, julukan, dan gelar tersebut sudah barang tentu tidak sampai menyebabkan kita menjadi besar kepala. Ingat, kekalahan kaum muslimin di perang Hunain justru di saat kaum muslimin berperang dalam jumlah pasukan yang besar<br />Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu." (Q.S. 9/At-Taubah: 46)<br /><br />Penyebab kekalahan tersebut dikarenakan sifat ujub berlebihan. Yang terpenting bagi kita adalah menggiring sambutan, julukan dan gelar masyarakat tadi menjadi benar-benar memenangkan partai ini pada pemilu mendatang.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">7. Ikhlas (‘adamu riya’)</span><br /><br />Ikhlas, titik. Itu mungkin kata kunci yang akan menyelamatkan amal kita di akhirat kelak. Inilah sifat yang amat dikhawatiri para sahabat Rasul SAW. Termasuk kekhawatiran Abu Bakar Ash-Shiddiq tentang hal ini, sehingga beliau senantiasa berdoa dan berlindung dari sifat riya’ ini, “Allahumma inna naudzu bika min annusyrika bika syai’an na’lamuh wa nastaghfiruka lima laa na’lamuh.”<br /><br />Demikianlah, sejatinya mai’yatullah itu akan menumbuhsuburkan optimisme dalam diri kita dalam menyongsong kemenangan dakwah. Terlebih, ketika ma’iyatullah itu dibingkai dalam akhlak harakiyah yang tercermin dalam Surat Al-Anfal di atas. Akhirul kalam billahi taufiqi wal hidayah. In uriidu illal ishlahi mastatho’tum.<br /><br />Dengan asma Allah SWT semua alam ini diciptakan. Dengan asma-Nya kita selaku manusia mengetahui sesuatu serta dapat membaca dan menulis, lalu kepada-Nya kita akan kembali. Bagi manusia yang dikaruniai Allah SWT kesadaran, proses itu tidak boleh hanya terjadi secara fisik dan alami belaka. <br /><br />Apalagi bagi kita yang telah dikaruniai keimanan. Dengan penuh kesadaran imani kita harus memulai setiap aktivitas dalam hidup ini dengan asma Allah SWT, kita menjalani keseharian dengan syariah Allah SWT dan mengarahkan keseluruhan hidup ini kepada husnul khatimah dan mardhatillah.<br /><br />Bila suatu saat kita lupa terhadap Allah SWT, menjalankan suatu kegiatan atau program dengan nama selain Allah SWT, tidak memastikan bahwa apa yang kita kerjakan telah sesuai dengan syariat-Nya, tidak menajamkan perspektif bahwa kerja kita insya Allah diridhai-Nya. Dalam situasi demikian kita tidak lebih baik dari posisi seorang anak yang melupakan orang tuanya. Atau, seorang mandataris suatu Negara yang lupa terhadap rakyatnya selaku pemberi mandat. Atau, sebuah benda yang jatuh lalu hancur karena lepas dari porosnya. <br /><br />Nisyanullah, yakni lupa terhadap Allah mengakibatkan lupa diri. Lupa bahwa dirinya adalah seorang mukmin, seorang kader dakwah, bahkan seorang murabbi, lupa bahwa dirinya adalah seorang suami dan seorang bapak dari sejumlah anak yang mendambakan sentuhan kehalusan dan kasih sayang. Kemudian melakukan pelbagai penyimpangan (kefasikan) yang berakhir dengan kerugian dan kehancuran.<br /><br />Allah SWT mengingatkan agar manusia jangan pernah sesaat pun lepas dari-Nya dan lupa terhadap-Nya karena akibatnya akan fatal. <br /><br />“Dan janganlah kamu sekalian seperti orang-orang yang lupa terhadap Allah sehingga karenanya mereka lupa terhadap diri mereka sendiri, mereka itulah orang-orang yang fasiq.” (Q.S 59/Al-Hasyr: 19). <br /><br />Di saat manusia lupa diri akibat lupa terhadap Allah tapi Allah tetap mengontrol dan menatapnya di manapun dan kapan saja. <br /><br />“Dan Dia tetap bersamamu (mengawasimu) dimanapun kamu berada dan Allah Maha menatap apa yang kamu kerjakan” (Q.S 57/Al Hadid: 4)<br /><br />Jika kita selalu bersama Allah menghadirkan-Nya saat kita berpikir, berkarsa, dan berkarya, bahkan waktu kita marah sekalipun. Maka Dia niscaya menyertai kita dengan bimbingan-Nya, lindungan-Nya, pertolongan-Nya, rahmat-Nya, dan ampunan-Nya saat kita salah.<br /><br />Ma’iyatullah telah diberikan kepada Rasul-Nya SAW dalam situasi yang sulit. Tetapi bukan secara gratis tanpa investasi ‘amal jihadi’. Adalah Siti Khadijah RA sebagai saksi atas kepatutan ma’iyatullah untuk Rasul-Nya. Sebagaimana penuturannya, <br />“Demi Allah, Dia tidak akan pernah menyia-nyiakan engkau. Sebab engkau gemar bersilaturahim, suka menolong orang lemah, membela orang yang dizhalimi, menyantuni <br />orang tak punya, serta tampil membela kebenaran”.<br /><br />Sebuah Hadits Qudsi riwayat Syaikhani menyebutkan bahwa Allah berfirman, “Tidak ada amal hamba-Ku yang lebih Aku sukai kecuali menjalankan apa-apa yang telah aku perintahkan. Dan ketika hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan amalan sunnat sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku sudah mencintainya maka Aku yang menjadi (menjaga) telinganya yang dengan telinga itu ia mendengar, Aku menjadi matanya yang dengan mata itu ia melihat, Aku menjadi tangannya yang dengannya ia memukul dan Aku menjadi kakinya yang dengannya ia melangkah. Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal niscaya Aku mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat lagi kepada-Ku sehasta niscaya Aku mendekat kepadanya sedepa dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan datang kepadanya sambil berlari”.<br /><br />Tidak ada imajinasi yang paling baik dan indah daripada memikirkan ciptaan Allah SWT dan ayat-ayatnya. Tidak ada kata yang lebih indah dari menyebut asma Allah SWT, laa ilaaha illallah, subhanallah atau astaghfirullah. Tidak ada nama yang lebih baik dari Abdullah. Tidak ada sumber kekuatan dan energi yang lebih dahsyat daripada laa haula wala quwwata illa billah.<br /><br />Kesertaan (ma’iyyah) Allah SWT menuntut kita terlebih dulu memposisikan diri secara tepat. Bukan semata-mata sebagai makhluk Allah SWT, tetapi sebagai hamba bahkan junud (prajurit-Nya) yang bersiap dan sigap untuk melaksanakan setiap perintah-Nya dalam kerangka mewujudkan Islam kaaffah dalam kehidupan pribadi, keluarga, kemasyarakatan, kebangsaan dan antarbangsa. <br /><br />Jika bukan sebagai prajurit Allah SWT maka posisi manusia –disadari atau tidak- adalah sebagai prajurit iblis (junudu iblis). Kita harus memposisikan diri sebagai prajurit Allah SWT di setiap lini kehidupan dan setiap jengkal dari bumi Allah ini. Insya Allah Dia akan menyerahkannya kepada hamba-hamba-Nya yang shalih sebagai bagian dari hasil perjuangan, melalui istikhlaf dan tamkin sebagai mekanisme legal dalam agama Allah. Kita harus memastikan bahwa komunitas kita adalah hizbullah. Sebab, hanya komunitas inilah yang pantas diberikan kemenangan sejati oleh-Nya.<br />Al-Imam As-Syahid pernah mengajukan suatu pertanyaan besar, “Apa modal kita untuk meraih kemenangan agama ini? Jawabannya adalah modal dan bekal yang sama yang pernah dimiliki as-salafus shalih di bawah pimpinan Muhammad SAW, Yaitu lima segi keimanan yang meliputi: <br /><br />Pertama, kemenangan itu akan diraih sebagai hadiah dari Allah SWT dengan all out membela agama-Nya. <br /><br />Kedua, kemenangan itu dapat diraih melalui keampuhan minhaj Islam yang kita anut. <br /><br />Ketiga, kemenangan itu dapat diraih dengan kekuatan ukhuwwah yang kita kuduskan. <br /><br />Keempat, kemenangan itu merupakan buah keyakinan kita akan besarnya imbalan serta pahala perjuangan di jalan Allah. <br /><br />Kelima, keimanan bahwa kita telah memilih jama’ah yang tepat sesuai kodratnya untuk menyelamatkan dunia.<br /><br />Kita kokohkan keimanan tentang kelima prinsip tersebut dengan kesabaran dalam berjama’ah yang berusaha merealisasikan minhajun nubuwwah, jalan yang ditempuh Rasulullah SAW dan sahabat beliau dalam kesolidan ukhuwah demi membela dienullah. Kita pun harus berbuat yang ihsan dalam kerangka ‘amal jama’I, bukan asal berbuat apalagi saling mengandalkan. Sesudah itu, kita bertawakkal kepada Allah SWT dan menyerahkan kepadaNya untuk menentukan saat dan bentuk hasil perjuangan yang akan dicapai/diberikan. Sebab, Allah SWT beserta orang-orang yang sabar. Dia bersama orang-orang yang berbuat ihsan. Dan mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.Choirul Fatahttp://www.blogger.com/profile/10490176885482940580noreply@blogger.com0