Kamis, 19 November 2009
Pelajaran Dari Nabi Ibrahim Untuk Hidup Dalam Kebenaran
Author: Choirul Fata
| Posted at: 18.02 |
Filed Under:
Idhul Adha
|
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita bisa hadir pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah swt kepada kita, yakni nikmat iman dan Islam.
Shalawat dan salah semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikuti setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Hari ini kita kenang kembali manusia agung yang diutus oleh Allah swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarganya; Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad saw harus mampu mengambil pelajaran dan keteladanan darinya, Allah swt berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ
"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia"(QS Al Mumtahanah [60]:4).
Dalam kehidupan Nabi Ibrahim as, Nabi Muhammad saw dan para Nabi lainnya, paling tidak ada tiga hal yang harus kita teladani dari sekian banyak hal yang harus kita contoh. Pertama adalah komitmen yang begitu kuat kepada Allah swt yang kemudian melahirkan ketaatan. Ketika Nabi Ibrahim as diperintah Allah swt untuk menempatkan isterinya Siti Hajar dan anaknya Ismail ke Bakkah (Makkah), meskipun sangat berat harus berpisah dan menempatkannya di daerah yang belum ada kehidupan, tapi Nabi Ibrahim melaksanakannya. Begitu pula dengan perintah menyembelih Ismail yang lebih berat lagi, tapi itupun dilaksanakannya karena komitmen yang begitu kuat kepada Allah swt, bahkan Ismail as menunjukkan komitmen ketaatan yang sangat kuat seperti yang tercermin dalam firman Allah swt:
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".(QS Ash Shaffat [37]:102).
Oleh karena itu, mengambil pelajaran dari kehidupan Nabi Ibrahim as dan keluarganya, setiap kita sangat dituntut untuk mau mentaati segala ketentuan yang datang dari Allah swt, suka atau tidak suka, berat atau tingan sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung" (QS An Nur [24]:51).
Komitmen yang kuat ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as sejak masih muda sampai tua, bahkan sampai mati. Ini bisa kita ambil simpulkan dari kisah tentang menghancurkan berhala yang dilakukan Ibrahim saat ia masih muda belia dan bandingkan dengan pelaksanaan perintah menyembelih Ismail yang sudah tua. Kenyataan menunjukkan banyak orang tidak baik pada usia muda dan baru baik pada usia tua, ini cukup baik, ada pula yang sejak muda sampai tua dalam keadaan tidak baik, ini buruk dan yang sangat tragis adalah saat muda ia baik, memiliki idealisme yang kuat namun saat tua ia justeru melepaskan nilai-nilai idealisme yang dulu diperjuangkannya, apalagi hanya dengan alasan mencari simpati dan dukungan banyak orang dan ia tidak peduli dengan murka Allah swt.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah swt.
Kedua, pelajaran yang kita ambil dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah tidak kompromi kepada syaitan dengan segala nilai-nilai kebatilan yang dihembuskan dan diajarkannya. Karena itu godaan syaitan harus dihalau dan tidak dituruti, bahkan syaitan harus kita jadikan sebagai musuh abadi yang selalu diwaspadai setiap saat dan tempat, karena itu dalam ibadah haji ada kewajiban melontar yang melambangkan permusuhan kepada syaitan, Allah swt berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS Al Bacará [2]:208).
Disamping itu, seruan Allah swt untuk memperlakukan syaitan sebagai musuh tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tapi juga kepada seluruh umat manusia, karena ada kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhinya dan itu tidak boleh menghalalkan segala cara dalam upaya mencapainya, Hal ini karena, meskipun manusia tidak beriman kepada Allah swt atau tidak menjadi muslim, dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, tetap saja mereka yang tidak beriman kepada Allah-pun tidak membenarkan upaya yang menghalalkan segala cara, Allah swt berfirman:
"Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu"(QS Al Baqarah [2]:168).
Keharusan manusia menjadikan syaitan sebagai musuh juga karena dalam kehidupan bersama, manusia sangat mendambakan kedamaian hidup, sedangkan syaitan selalu menanamkan perselisihan, permusuhan ke dalam jiwa manusia hingga akhirnya terjadi peperangan; tidak hanya dengan kata-kata tapi juga perang secara fisik dengan korban harta dan jiwa yang sedemikian banyak serta membawa dampak kejiwaan yang negatif, dan ini sebenarnya tidak dikehendaki oleh manusia, Allah swt berfirman:
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia"(QS Al Isra [17]:53).
Oleh karena itu, dalam situasi dan kondisi sesulit apapun, hal itu tidak boleh membuat kita menjadikannya sebagai alasan untuk menghalalkan segala cara, sedangkan bagi yang mengalami kesenangan hidup tidak akan sampai lupa diri, susah dihadapi dengan kesabaran dan senang dijalani dengan rasa syukur kepada Allah swt, inilah yang membuat seorang mukmin menjadi pribadi yang mengagumkan, Rasulullah saw bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ اِنَّ اَمْرَهُ كُلَّهُ لَخَيْرٌ وَلَيْسَ ذَالِكَ ِلأَحَدٍ اِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ ِانْ اَصَبَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَاِنْ اَصَبَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Menakjubkan urusan orang beriman, sesungguhnya semua urusannya baik baginya dan tidak ada yang demikian itu bagi seseorang selain bagi seorang mukmin. Kalau ia memperoleh kesenangan ia bersyukur dan itu baik baginya. Kalau ia tertimpa kesusahan, ia sabar dan itu baik baginya"(HR. Ahmad dan Muslim).
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Pelajaran dari Nabi Ibrahim yang Ketiga adalah kelangsungan penanaman dan penyebaran nilai-nilai Islam. Pada diri Nabi Ibrahim as terdapat kekhawatiran yang sangat dalam bila tidak ada generasi baru yang akan melanjutkan keberlangsungan penanaman dan penyebaran nilai-nilai yang datang dari Allah swt., karena itu ia amat mendambakan adanya kehadiran anak, tidak semata-mata untuk melanjutkan keturunan apalagi sekadar mewariskan harta tapi yang terpenting adalah anak yang bisa melanjutkan misi perjuangan, karenanya ketika usianya semakin tua kekhawatiran itu semakin dalam yang membuatnya harus menikah lagi dengan Siti Hajar sehingga lahirlah anak yang diberi nama dengan Ismail, bahkan dari Siti Sarah yang merupakan isteri pertama yang sudah tua lahir pula anak yang diberi nama dengan Ishak, karenanya Nabi Ibrahim amat bersyukur atas karunia Allah swt sehingga dalam do’anya ia menyatakan:
"Segala puji bagi Allah yang Telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku."(QS Ibrahim [14]:39-40)
Oleh karena itu, setiap kita punya keharusan untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah, dakwah dalam arti yang luas yakni mengajak, menyeru dan memanggil manusia untuk beriman dan taat kepada Allah swt dengan berbagai cara yang baik. Tugas ini merupakan tugas yang penting dan mulia karena melanjutkan tugas para nabi, tugas yang amat dibutuhkan oleh manusia, karena orang baik membutuhkan dakwah apalagi orang yang belum baik. Namun untuk melaksanakannya amat dibutuhkan pengorbanan waktu, tenaga, dana dan segala yang kita miliki. Oleh sebab itu, manakala kita melaksanakan tugas dakwah dan orang yang kita dakwahkan menjadi baik, maka pahala kebaikannya akan kita dapatkan juga, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرِ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِفَاعِلِهِ.
"Barangsiapa yang menunjukkan pada suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang mengerjakannya"(HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Tirmudzi).
Dalam situasi dan kondisi kehidupan diri, keluarga dan masyarakat kita sekarang, nilai-nilai pelajaran yang begitu banyak dari para Nabi menjadi amat penting untuk kita gali dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga perjalanan hidup kita selalu dalam kebaikan dan kebenaran. Akhirnya, marilah kita tutup khutbah ibadah shalat Ied kita pada hari ini dengan berdo’a:
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar