Setiap ajaran dan prinsip-prinsip kehidupan yang dirumuskan, diajarkan atau diperjuangkan selalu menuntut adanya keteladanan dari orang yang memperjuangkannya. Hal ini karena sebagus dan seideal apapun suatu konsep bila tidak diwujudkan dalam sikap dan prilaku hidup tetap saja terasa masih diawang-awang, apalagi orang yang kita ajak untuk hidup menurut konsep itu memang amat menuntut adanya contoh. Karena itu, Islam sebagai agama tidak hanya berupa konsep ajaran yang mulia, tapi kemuliaan dan keagungan Islam bisa dilaksanakan dan diperjuangkan. Bahkan salah satu daya tarik orang untuk masuk Islam tidak hanya terletak pada ajarannya, tapi justeru setelah melihat langsung prakteknya dalam bentuk keteladanan dari para pendakwah dan pejuang Islam.
Problema terbesar kita dalam memperjuangkan Islam sejak lama bukan terletak pada konsep, tapi justeru pada contoh pelaksanaannya sehingga keindahan dan keagungan Islam dari sisi ajaran terhalang oleh prilaku kaum muslimin yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam itu sendiri, karena itu Syeikh Muhammad Abduh, seorang ulama pembaharu dari Mesir menyatakan: al islamu mahjubun bil muslim, keindahan Islam terhalang oleh prilaku kaum muslimin.
Akibat tidak adanya keteladanan yang baik, maka terjadi kesenjangan antara ajaran dengan kenyataan dan ini menimbulkan krisis baru, DR. Muhammad Syafi’I Antonio dalam bukunya Muhammad saw the Super Leader, Super Manager menyatakan: “Krisis terbesar dunia saat ini adalah krisis keteladanan. Krisis ini jauh lebih dahsyat dari krisis energi, kesehatan, pangan, transportasi dan air. Karena dengan absennya pemimpin yang visioner, kompeten dan memiliki integritas yang tinggi, maka masalah air, konservasi hutan, kesehatan, pendidikan, sistem peradilan, dan transportasi akan semakin parah” (hal 3).
Oleh karena itu, setiap manusia termasuk Nabi kita Muhammad saw amat membutuhkan figur-figur teladan untuk menjalani kehidupan secara Islami sehingga nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw dijadikan sebagai rujukan bagi beliau, Allah swt berfirman: Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Selanjutnya Nabi Muhammad saw dijadikan oleh Allah swt sebagai teladan bagi kita manakala kita memang mengharapkan ridha Allah, kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat dan banyak berzikir dalam hidup ini, Allah swt berfirman:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS Al Ahzab [33]:21).
Ada banyak hal yang harus kita teladani dari kehidupan Rasulullah saw, diantara yang amat penting atau relevan dalam kehidupan kita sekarang paling tidak ada tiga.
1. Teladan Dalam Istiqamah.
Salah satu tuntutan yang harus diwujudkan oleh setiap orang yang mengaku beriman adalah istiqamah atau memiliki pendirian yang kuat dalam mempertahankan dan membuktikan nilai-nilai keimanan. Karena itu, Istiqamah merupakan sesuatu yang sangat penting karena dengannya seorang muslim tidak dilanda oleh perasaan takut untuk membuktikan nilai-nilai keimanan dan tidak akan berduka cita bila mengalami resiko yang tidak menyenangkan sebagai konsekuensi dari keimanannya itu, apalagi surga merupakan janji Allah swt, hal ini terdapat dalam firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "jangan kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (QS Fushilat [41]:30).
Perintah istiqamah untuk selalu berada pada jalan yang benar dirasakan oleh Nabi saw sebagai perintah yang sangat berat, bisa jadi bukan karena beliau tidak bisa istiqamah. Tapi beliau khawatir bila umatnya tidak bisa istiqamah, karenanya hal itu dipertegas lagi dalam firman Allah swt:
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar (istiqomah) sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang bertaubat bersamamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS Hud [11]:112)
Ibnu Abbas ra, seorang sahabat yang ahli tafsir, seperti yang dikutip oleh Muhammad Ali Ash Shabuny dalam tafsirnya menyatakan: "Tidak diturunkan sebuah ayatpun dalam Al-Qur'an kepada Rasulullah saw yang lebih berat dari ayat ini hingga sahabat-sahabat berkata: "rambut engkau cepat beruban ya Rasulullah, mengapa demikian?". Rasulullah saw menjawab: "surat hud dan kawan-kawannya telah menyebabkan rambut saya cepat beruban".
Karena itu, Ibnu Athiyah seperti yang juga dikutip oleh Ash Shabuny menunjukkan kepada apa yang terjadi pada umat-umat terdahulu dan Rasulullah saw khawatir jika hal itu terjadi pada umatnya sehingga kekhawatiran itu menjadikan beliau beruban.
2. Teladan Dalam Membangun Keluarga Islami.
Setiap manusia pasti memiliki keluarga, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Manakala seseorang ingin menjadi manusia yang terbaik, maka ia harus bisa berlaku sebaik mungkin kepada keluarganya, karena itu Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ ِلأَ هْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِى
Sebaik-baik kamu adalah yang yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku (HR. Ibnu Asakir).
Dalam hidupnya, Rasulullah saw menunjukkan akhlak baiknya kepada anggota keluarga, baik kepada isteri maupun anak dan cucunya. Rasa cinta, menafkahi, memberi perhatian, mendidik dan mengarahkan keluarga merupakan diantara keteladanan yang bisa kita peroleh darinya. Meskipun rumah Rasul tidak besar dan tidak bagus-bagus amat, tapi keberhasilannya membangun keluarga menjadi keluarga yang Islami membuatnya sampai mengatakan: “sesungguhnya rumahku adalah surgaku”.
Kecintaan Rasulullah saw kepada isteri-isterinya tidak perlu diragukan, meskipun dalam perasaan ada isteri yang lebih dicintai, namun tidak nampak dalam kehidupan sehari-hari sehingga semua isterinya merasa sebagai orang yang paling dicintai.
3. Teladan Dalam Disiplin.
Disiplin merupakan salah satu yang amat penting dalam membangun kehidupan masyarakat yang baik. Karena itu banyak sisi kedisiplinan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Paling tidak ada tiga bentuk kedisiplinan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Pertama, disiplin dalam menunaikan kewajiban yang harus ditunaikan, sehingga meskipun dalam keadaan sulit dan lelah kewajiban tetap dilaksanakan, apalagi setiap generasi ada kewajibannya masing-masing yang membuat tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau melaksanakan segala bentuk kewajiban.
Kedua disiplin dalam waktu, yakni menggunakan waktu sebaik mungkin dalam konteks pengabdian kepada Allah swt sehingga tidak ada bagi beliau waktu yang berlalu, kecuali dalam kerangka manfaat kebaikan. Beban pribadi, keluarga dan perjuangan yang disadari tanggungjawabnya membuat beliau begitu efektif dalam menggunakan waktu.
Ketiga, disiplin dalam mentaati hukum, hal ini karena sebagai manusia kita amat membutuhkan ketentuan-ketentuan hukum dan Allah swt paling tahu tentang hukum seperti apa yang cocok untuk kita. Karenanya Rasulullah saw taat dalam hukum sehingga apa yang diperintah Allah swt dilaksanakan meskipun perasaannya tidak senang atau terasa berat untuk melaksanakannya.
Manakala kita telah menyadari betapa penting mengambil keteladanan dari kehidupan Rasulullah saw dalam berbagai aspek, maka akan kita kaji kehidupan beliau sebagai bagian yang tidak terpisah dari makrifatur rasul (mengenal Rasul).
Kamis, 25 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar