Kamis, 29 Oktober 2009

MENATA ULANG KEBANGKITAN ISLAM


Waislama. Pada tahun 1963 seorang petualang Jerman, Paul Schmidt menulis sebuah buku spesial berjudul Al Islam Quwwatul Ghad (Islam kekuatan masa depan). Dalam buku itu ia menulis: "Komponen kekuatan di timur Islam terangkum dalam tiga faktor:

1. Pada kekuatan Islam (sebagai agama), keyakinan kepadanya, dan pada nilai idealismenya, kekuatan dalam mempersaudarakan berbagai suku bangsa, ras, dan tsaqofah (kebudayaan).

2. Pada sumber kekayaan alam yang melimpah ruah di tanah Islam yamng terbentang dari samudera atlantik sampai lautan teduh, yang dibatasi oleh negeri Maroko sebelah barat dan batas-batas teritorial Indonesia untuk bagian timur. Jika potensi alam ini dieksploitasi dengan baik demi untuk persatuan perekonomian sehingga menjadi kuat dan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sesungguhnya umat Islam tak butuh pada Eropa dan negara lainnya, kalau mereka saling menolong dan bersatu.

3. Kekuatan fertilitas (kesuburan kelahiran) bagi kaum muslimin yang dapat memperkokoh kekuatan yang ada.

Lebih lanjut ia menulis: "Bila ketiga kekuatan ini berhimpun menjadi satu, dan kaum muslimin menjalankan ukhuwwah dalam satu kesatuan aqidah dan tauhidullah, lantas sumber daya alamnya itu dipergunakan secara optiomal untuk memenuhi kebutuhannya, niscaya bahaya Islam amat potensial mengancam kehancuran Eropa dan membahayakan supremasi globalnya di sebuah negeri yang merupakan pusat dunia seluruhnya." Ia juga mengusulkan barat bersatu, baik pemerintahan maupun bangsanya untuk mengulangi perang salib dalam bentuk lain yang sesuai dengan zaman dan strategi yang jitu.

Dalam prinsip sebuah pertarungan ideologi sebagaimana sebuah tinju, hal terbaik yang harus dilakukan oleh seorang petinju adalah mengetahui potensi dan kelemahan lawan, kemudian mengukur kemampuan diri sendiri untuk mengalahkan lawannya, dan itulah yang dilakukan oleh barat terhadap Islam dan Umat Islam. Penelitian yang dilakukan oleh para orientalis (orang barat yang mempelajari budaya ketimuran dan Islam) seperti Paul Schmidt itulah yang kemudian dijadikan rujukan oleh para pemimpin barat. Politik yang dijalankan oleh Belanda selama menjajah Indonesia berpegangan kepada penelitian Dr. Snouck Horgroenye, seorang orientalis yang sempat menimba ilmu di Mekkah kemudian mengganti namanya menjadi Abdul Gafur, begitu juga USA selama dekade tahun 90-an menjadikan penasehat pemerintahnya S. Huntington yang menulis buku Clash Civilization, dimana dia katakan bahwa pasca perang dingin Amerika dan Uni soviet, musuh utama barat adalah Islam.


Bila sebegitu hebat ketakutan musuh-musuh Islam terhadap kebangkitan Islam, sebagaimana dikatakan oleh Prof. HAR Gibb bahwa gerakan Islam biasanya berkembang cepat luar biasa dan begitu mencengangkan, meledak dengan amat menggegerkan, sebelum tampak tanda-tanda kebangkitannya yang menggugah para pengintainya untuk membumihanguskannya, maka hal ini haruslah menjadi sebuah optimisme bagi kebangkitan Umat Islam untuk kembali tampil menyelamatkan dunia dari kerusakan, meluruskan sistem jahiliyyah yang terbukti tidak mampu menata ulang dunia dengan baik, menyebarkan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, menegakan keadilan yang sesungguhnya, serta menjadi contoh teladan bagi umat yang lain.

Sebenarnya ada lima alasan optimisme kebangkitan itu harus tetap digelorakan oleh umat Islam karena ia adalah merupakan energi kebangkitan di tengah keterpurukan umat di berbagai bidang, dan penindasan bangsa barat. Di samping 3 hal yang telah disebutkan oleh Schmidt dalam penelitiannya, ada dua hal penting lainnya yang akan menjadi energi kebangkitan dan akan merubah 3 potensi tadi menjadi tenaga penggerak umat, dua hal itu ialah:

Potensi warisan sejarah, di mana umat Islam di masa lampau mampu berjaya memegang kendali peradaban lebih dari tujuh abad lamanya, dan belum pernah ada satu agama maupun ideologi yang mampu melebihi Islam. Peradaban barat pun hari ini baru berumur 450 tahun. Jika kaum Muslimin pada masa itu mampu menguasai peradaban, tentulah mereka mampu menguasainya untuk masa depan.

Janji Allah yang tidak pernah diingkari. Bahwa Allah akan memberikan kekhilafahan di muka bumi kepada orang-orang yang beriman (Q.S. 24:55).

Merubah mental kaum muslimin yang terjangkiti penyakit mental inferior (rendah diri) merupakan pekerjaan berat para da'i (penyeru kebenaran). Kejatuhan mental kaum muslimin setelah penjajahan bangsa barat di era kolonialisme yang membabat habis potensi umat di kala itu dan mengeksploitasi semua kekayaan alamnya, mengharuskan umat menata ulang jejak langkah kebangkitannya, dan merajutnya kembali menjadi sebuah kekuatan. Dengan mengingatkan kembali kejayaan umat Islam dan memberikan keyakinan akan janji Allah, maka penyakit inferior itu akan hilang berganti dengan gelora semangat optimisme, disertai tambahan vitalitas dan dedikasi, yang kesemuanya itu akan memutar jarum jam sejarah pada janji Allah.

Itulah yang Allah ajarkan pada Nabiyullah Musa ketika diutus kepada bangsa Isra'il yang menjadi budak Fir'aun. Dengan mengingatkan kembali sejarah kejayaan nenek moyang mereka dan dengan meyakinkan janji Allah, itu semua tidak lain untuk mengikis habis penyakit inferior dan menumbuhkan semangat juang yang telah lama padam. Begitu juga yang Allah ajarkan pada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihiwasallam, ketika beliau ditimpa kesedihan, bimbang dalam melangkah Allah kuatkan dengan sejarah kenabian.

“Dan semua kisah dari Rasul-rasul itu, Kami ceritakan kepadamu, agar dengannya Kami teguhkan hatimu." (Q.S. Hud:120).

Inilah satu mata rantai yang hilang dari kaum muslimin, kebodohan mereka terhadap sejarah kejayaan Islam telah membutakan mereka hingga terjerembab dalam keterlenaan penindasan, serta kelemahan dan kehinaan, ketidaktahuan dan ketidakyakinan mereka terhadap janji Allah menghilangkan optimisme yang akan merubahnya menjadi energi kebangkitan, Dan Allah tidak akan merubah suatu umat sampai mereka sendiri merubah sikap mental mereka. "Dan janganlah kalian merasa hina, serta sedih, sebab kalian adalah umat yang tertinggi jika kalian benar-benar beriman (meyakini janji Allah)."

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah, saya sudah lama membaca mengenai kedatangan dan kebangkitan Islam ini. Sudah jenuh rasanya melihat kerosakan dalam dunia ini. Sampai kita tak mampu lagi nak mempertahankan lagi kebenaran. Adakah kita mampu untuk terus bertahan dalam keadaan yang sesat ini? Moga ALLAH menjaga Islam ini

ALLAH AKBAR

Choirul Fata on 17 Mei 2018 pukul 15.18 mengatakan...

Terima kasih telah berkomentar di blog saya. Semoga bermanfaat untuk kita semus

Posting Komentar

 

KHUTBAH JUMAT Copyright © 2009 Community is Designed by Bie