Selasa, 17 November 2009

Memperkokoh Idealisme, Menghalau Godaan Syaitan, Meluruskan Kehidupan Bangsa


الحـمـد لله رب العـالمين نحمده و نستعينه ونستـغفره ونـعـوذ بـالله من شرور انـفسنــا ومن سيـئـــات اعـمـالنــا من يـهـد الله فـلا مضـلّ له ومن يضـلل فلا هـادي له. اشـهـد ان لا الـه الا الله وحـده لا شريــك لـه واشـهـد ان محـمـدا عـبـده ورسـولـه لا نبي بـعـده. اللـهـم صـل وسـلـم عـلى هـذا الرسـول الـكـريم وعـلى آله واصـحـابه اجمـعـين. امـا بـعـد فـيــا عبـاد الله أوصـيــكم ونـفـسى بـتـقـوى الله فـقـد فـاز المـتـقـون

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.


Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita bisa hadir pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada kita, yakni nikmat iman dan Islam.
Shalawat dan salah semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikuti setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.


Hari ini kita kenang kembali manusia agung yang diutus oleh Allah Swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarga Siti Hajar dan Ismail as. Keagungan pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad Saw harus mampu mengambil keteladanan darinya, Allah Swt berfirman:

قَـدْ كَانَـتْ لكـم اسـوة حـسـنـة فِى إبـْـراهـيم والـذِيــْنَ مَـعَــهُ ...

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS 60:4).

Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia serta mengambil hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di tanah suci, dalam kesempatan khutbah yang singkat ini ada empat hal yang menjadi isyarat bagi kaum muslimin untuk mewujudkannya dalam kehidupan ini, apalagi bagi kita bangsa Indonesia yang masih terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pertama, belajar dari profil kehidupan Nabi Ibrahim as membuat kita harus memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kesinambungan generasi yang dapat memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran. Hal ini karena ketika usia Nabi Ibrahim as sudah semakin tua, kerinduannya pada generasi pelanjut perjuangan menjadi semakin besar dan iapun terus berdo’a agar Allah Swt menganugerahkan kepadanya keturunan yang shaleh. Kondisi generasi muda kita sekarang boleh dibilang cukup memperihatinkan. Kasus-kasus perzinahan, pemerkosaan, pembunuhan, perkelahian, pencurian, narkoba, AIDS, dan berbagai kasus kriminal lainnya adalah kasus-kasus yang banyak dilakukan oleh generasi muda.

Oleh karena itu, satu hal yang harus kita ingat bahwa anak merupakan anugerah sekaligus amanah. Disebut anugerah karena manusia tidak mampu dan tidak akan bisa menciptakan anak, sebagai orang tua kita harus ingat bahwa anak itu bukan buatan kita, kita hanyalah sebab bagi lahirnya sang anak, karena itu tidak sedikit suami isteri yang sudah lama berumah tangga dan mendambakan lahirnya sang anak belum juga lahir anak yang didambakan itu karena anak itu bukan ia yang mencipta.

Disamping itu tidak sedikit orang tua yang menginginkan punya anak laki-laki tapi yang lahir ternyata perempuan atau menginginkan anak perempuan tapi yang lahir justeru anak laki-laki, begitulah seterusnya. Sebagai anugerah dari Allah Swt, maka setiap orang tua harus mensyukuri kehadiran sang anak, apapun jenis kelaminnya dan bagaimanapun keadaan anak itu. Hal lain yang harus mendapat perhatian kita dalam kaitan dengan anak sebagai generasi pelanjut adalah bahwa anak merupakan amanah dari Allah Swt yang tidak boleh disia-siakan, anak selanjutnya harus dididik dengan sebaik-baiknya sebagaimana Nabi Ibrahim dan Siti Hajar telah mendidik anaknya Ismail dengan sedemikian baik. Sebagai seorang ibu, Siti Hajar memberikan perhatian kepada anaknya Ismail dengan begitu baik sehingga meskipun ia harus mencari rizki yang dalam hal ini adalah mencari air, ia pergi hingga ke bukit shafa, namun ia khawatir pada anaknya, maka iapun berjalan kembali untuk melihat anaknya, ketika dilihat anaknya dalam keadaan baik, iapun menuju Marwa, inilah yang kemudian disebut dengan sa’i dari shofa ke Marwa. Disamping itu, Allah Swt juga mengabadikan perhatian dari orang tua yang begitu besar kepada anaknya dengan apa yang disebut dengan hijr Ismail, yang berarti pangkuan Ismail, suatu tempat yang begitu mulia yang disitulah dahulu Ismail dipangku, diasuh, dididik dan dibesarkan oleh ibunya Siti Hajar.

Untuk bisa melahirkan generasi yang shaleh, yang harus shaleh terlebih dahulu adalah kita sebagai orang tuanya, tidak bisa orang tua mendambakan anaknya menjadi shaleh bila ia sendiri tidak shaleh, syukur-syukur kalau anak itu bisa menjadi shaleh, hal ini karena mendidik anak harus dimulai dengan keteladanan yang baik, karenanya bagaimana mungkin orang tua bisa mendidik anak-anaknya dengan baik kalau ia tidak bisa memberi contoh yang baik.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
.

Hikmah kedua yang harus kita tangkap dari profil Nabi Ibrahim dan keluarganya serta dari ibadah haji yang harus ditunaikan oleh kaum muslimin sekali seumur hidupnya adalah menjauhi segala bentuk keburukan dan melakukan segala bentuk kebaikan. Kaitan ibadah haji bukan hanya bagi mereka yang sedang atau sudah menunaikan ibadah haji, tapi seluruh kaum muslimin terkait dengannya, karenanya kemarin kita disunnahkan untuk puasa Arafah yang terkait langsung dengan wuquf di Arafah bagi sekitar empat juta jamaah haji. Oleh karena itu bila ibadah haji yang hanya berlangsung beberapa hari para jamaah harus membekali dirinya dengan ketaqwaan kepada Allah Swt, apalagi dengan kehidupan kita yang berlangsung bertahun-tahun, Allah Swt berfirman:

الحـجّ اشـهـر مـعـلــومـت ج فـمـن فـرض فـيـهـن الحـج فـلا رفـث ولا فـسـوق ولا جـدال فى الحـج قلى ومـا تـفـعـلـوا مـن خـيـر يـعـلمـه الله قلى وتـزود فـإن خـير الـزاد الـتـقـوى ج واتــقــون يــأولى الالـبــب (197)

(Musim haji) adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh mengerjakan rafats (perkatan maupun perbuatan yang bersifat seksual), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Dan berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (QS 2:197)

Taqwa yang menjadi bekal untuk menjalani kehidupan ini merupakan sesuatu yang sangat penting, karenanya taqwa harus selalu melekat dalam jiwa setiap muslim, itu sebabnya taqwa disebut dengan istilah libasut taqwa (pakaian taqwa), karena taqwa menjadi pakaian rohani manusia, sedangkan kemana pergi, bahkan dimanapun manusia berada ia harus selalu menggunakan pakaian secara jasmaniyah seperti baju, celana, gamis, sarung dan sebagainya. Namun, pakaian yang paling baik adalah taqwa. Karenanya betapa hina manusia yang tidak bertaqwa dalam hidupnya di dunia ini meskipun pakaian jasmani yang dimiliki dan dikenakannya sangat bagus dengan harga yang sangat mahal sekalipun. Dalam kondisi masyarakat dan bangsa yang sulit, seharusnya ketaqwaan yang diperkokoh, karena dengan ketaqwaan akan ada jalan keluar dari setiap persoalan, termasuk persoalan ekonomi sedangkan bila banyak urusan yang sulit dilaksanakan, maka Allah Swt akan memudahkannya.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.


Ketiga yang menjadi pelajaran dari profil Nabi Ibrahim as dan keluarganya adalah keharusan mempertahankan dan memperkokoh idealisme sebagai seorang mu’min yang selalu berusaha untuk berada pada jalan hidup yang benar, apapun keadaannya dan bagaimanapun situasi serta kondisinya. Begitulah memang yang telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya dengan hujjah, argumentasi atau alasan yang kuat. Dalam sejarah Nabi Ibrahim kita dapati beliau menghancurkan berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat di sekitarnya, saat itu Ibrahim adalah seorang anak remaja, hal ini tercermin dalam firman Allah Swt yang menceritakan soal ini:

Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini, namanya Ibrahim (QS 21:58-60).

Untuk mempertahankan idealisme itu, Ibrahim bahkan siap untuk terus berjuang sampai mati meskipun harus berjuang di wilayah yang lain, ia menyebut dirinya sebagai orang yang pergi kepada Allah Swt, Tuhannya yang Esa, dalam hal ini Nabi Ibrahim menyatakan dihadapan orang-orang kafir:

وقــال إنى ذاهـبٌ إلى ربى سـيـهـديـن (الصـافـات : 99)

Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku (QS 37:99).

Oleh karena itu, idealisme yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as tidak hanya saat ia masih muda belia, tapi bandingkanlah dengan suatu peristiwa yang amat menakjubkan, saat Ibrahim diperintah oleh Allah Swt untuk menyembelih anaknya Ismail, saat itu Ibrahim sudah sangat tua, sedangkan Ismail adalah anak yang sangat didambakan sejak lama. Maka Ibrahimpun melaksanakan perintah Allah Swt yang terasa lebih berat dari sekedar menghancurkan berhala-berhala dimasa mudanya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Ibrahim memiliki idealisme dari muda sampai tua dan inilah yang amat dibutuhkan dalam kehidupan di negeri kita, jangan sampai ada generasi yang pada masa mudanya menentang kezaliman, tapi ketika ia berkuasa pada usia yang lebih tua justeru ia sendiri yang melakukan kezaliman yang dahulu ditentangnya itu, jangan sampai ada generasi yang semasa muda menentang korupsi, tapi saat ia berkuasa di usianya yang sudah semakin tua justeru ia sendiri yang melakukan korupsi padahal dahulu sangat ditentangnya.

Dalam kehidupan kita sekarang, kita dapati banyak orang yang tidak mampu mempertahankan idealisme atau dengan kata lain tidak istiqomah sehingga apa yang dahulu diucapkan tidak tercermin dalam langkah dan kebijakan hidup yang ditempuhnya, apalagi bila hal itu dilakukan karena terpengaruh oleh sikap dan prilaku orang lain yang tidak baik, karena itu Rasulullah Saw mengingatkan dalam satu haditsnya:

لا تـكـون اِمَّـعَـةً تـقـولـوا : انَّ اَحـسـن الـنــَّـاس اَحْـسَـنًــا واِنْ ظَــلَـمُــوا ظَــلَـمْـنـًا وَلـَكـِنْ وَطِّـنَــوا انـفـسـكم اِنْ اَحْـسَـنَ الـنَّـــاسُ اَنْ تُحْـسِـنــوْا وَ اِنْ اَسَــائُــوا اَنْ لاَ تَـظْـلِـمُـوا

Janganlah kamu menjadi orang yang ikut-ikutan dengan mengatakan kalau orang lain berbuat baik, kamipun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim, kamipun akan berbuat zalim. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya (HR. Tirmidzi).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dimuliakan Allah.


Keempat, waspada terhadap godaan-godaan syaitan, ini merupakan pelajaran penting dari sekian banyak hikmah dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya serta dari ibadah haji yang dilaksanakan oleh kaum muslimin. Hal ini karena ketika manusia ingin menjadi muslim yang sejati, kendala besar yang akan dihadapinya adalah godaan-godaan syaitan. Karena itu, Allah Swt berfirman:

يــايــهـا الـذيـن امـنـوآ ادخـلــوا فى الـسـلـم كآ فــة و لا تـتــبـعـوا خـطـوت الشـيـطـن قلى انـه لكم عـدو مـبين

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS 2:208).

Oleh karena itu kewaspadaan dan perlawanan kita terhadap godaan syaitan harus selalu membara. Siti Hajar berusaha mengusir syaitan dengan menimpukinya yang kemudian dilambangkan dalam ibadah haji dengan melontar. Ini juga berarti setiap muslim harus kuat permusuhannya kepada syaitan meskipun harus dengan bersusah payah sebagaimana jamaah haji mau bersusah payah saat melontar itu, bahkan melontar diakui oleh para jamaah haji sebagai rangkaian ibadah haji yang paling berat dengan resiko yang paling besar. Untuk itulah, di dalam Islam kita sangat ditekankan untuk selalu berlindung kepada Allah Swt dari godaan-godaan syaitan, sehingga untuk membaca Al-Qur’an yang sudah jelas-jelas baik, kita tetap harus berlindung kepada Allah Swt dari gangguan syaitan dengan membaca ta’awudz, namun yang amat disayangkan adalah banyak diantara kita yang untuk membaca Al-Qur’an berlindung kepada Allah dari gangguan syaitan, tapi untuk berdagang tidak, untuk ke kantor tidak, untuk ke parlemen tidak, untuk ke istana tidak, untuk berumah tangga tidak dan begitulah seterusnya, akhirnya banyak sekali masalah yang tidak mampu diatasi atau diselesaikan secara baik sehingga banyak orang yang mengatakan masalah itu sudah menjadi seperti lingkaran syaitan, padahal memang syaitan yang melingkar-lingkar dalam masalah-masalah itu. Meskipun demikian, dalam kehidupan di akhirat nanti syaitan tidak mau disalahkan oleh manusia, tapi manusia itulah yang harus menyalahkan dirinya sendiri, Allah Swt menceritakan masalah ini dalam firman-Nya:

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksa yang pedih (QS 14:22).

Dari uraian khutbah kita yang singkat pada pagi ini, dapat kita simpulkan bahwa sebagai seorang muslim kita sangat dituntut untuk menunjukkan komitmen atau keterikatan kita kepada Allah Swt dengan nilai-nilai Islam yang telah diturunkan-Nya sebagai apapun kita dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, karenanya Rasulullah Saw berpesan kepada kita agar selalu bertaqwa kepada Allah Swt dimanapun kita berada. Akhirnya marilah kita tutup ibadah shalat Id kita pada pagi ini dengan sama-sama berdo’a:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُالنَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْلَنَافَإِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُالرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَامِنَ الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ وَنَجِّنَامِنَ الْقَوْمِ الْجَاهِلِيْنَ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الْمُنَافِقِيْنَ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الْكَفِرِيْنَ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَاوَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِىاْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا

Ya Allah, jadikanlah dia haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian dan amal shaleh yang diterima


Drs. H. Ahmad Yani
Email: ayani@indosat.net.id

0 komentar:

Posting Komentar

 

KHUTBAH JUMAT Copyright © 2009 Community is Designed by Bie