Kamis, 11 Januari 2024

SABAR DAN SHALAT SEBAGAI PENOLONG

Oleh: Drs. H. Ahmad Yani

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللَّهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Dalam hidup ini, manusia tidak lepas dari berbagai persoalan, satu masalah belum selesai, sudah datang masalah baru yang kadang lebih besar dan lebih sulit. Ini merupakan ujian yang harus dihadapi. Tidaklah Allah swt memberikan ujian, kecuali manusia bisa menghadapi dan mengatasinya. 

Meskipun demikian, manusia memerlukan pertolongan untuk bisa mengatasi persoalan yang dihadapi, ternyata Allah swt mengemukakan apa yang harus dilakukan sebagai sarana untuk dijadikan sebagai penolong. Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah [2]:153).

Dari ayat di atas, ada dua hal yang dapat dijadikan oleh setiap mukmin sebagai penolong untuk bisa menghadapi dan mengatasi persoalan yang dihadapi. Maka, menjadi penting bagi kita untuk mengkajinya. Pertama, sabarDalam hidup dan perjuangan, manusia membutuhkan penguatan rohani agar dapat ,menjalaninya dengan baik. Untuk itu, manusia membutuhkan pertolongan dan ternyata, Allah swt menegaskan betapa pentingnya menjadikan sabar sebagai penolongnya.

Secara harfiyah, sabar berasal dari kata sabara-yasbiru-sabran yang artinya menahan atau mengekang. Sabar adalah menahan diri dari bersikap, berbicara dan bertingkah laku yang tidak dibenarkan oleh Allah swt dalam berbagai keadaan yang sulit, berat dan mencemaskan. Sabar juga bermakna ketabahan dalam menerima suatu kesulitan dan kepahitan, baik secara jasmani seperti menanggung beban dengan badan berupa beratnya suatu pekerjaan, sakit, dll, maupun rohani seperti menahan keinginan yang tidak benar. Sabar menjadi penolong karena menurut Wahbah Zuhaili, ia adalah faktor mental yang kuat pengaruhnya terhadap jiwa. Sabar memperkuat tekad dan meneguhkan kemauan dalam menanggung segala kesukaran, apalagi Allah swt selalu bersama orang yang sabar

Di dalam kata sabar mengandung makna yang sedemikian luas dalam berbagai keadaan sehingga istilahnyapun berbeda-beda. Ketika seseorang mendapatkan musibah maka ia harus sabar yang lawannya adalah jaza’u (keluh kesah). Ketika ia hidup berkecukupan atau berlebihan, maka ia harus mengendalikan nafsu yang disebut dengan zuhud yang kebalikannya adalah serakah (al hirshu). Jika ia menghadapi peperangan kesabarannya disebut dengan syaja’ah (berani), bukan jubnu (takut, pengecut), jika ia sedang marah kesabarannya adalah lemah lembut (al hilmu) yang lawannya adalah emosional (tadzammur), jika ia menghadapi bencana, maka sabarnya adalah lapang dada, jika ia menyimpan perkataan (rahasia), maka sabarnya adalah kitmanus sirri, jika ia memperoleh sesuatu yang tidak banyak, maka sabarnya adalah qona’ah (menerima).

Setiap manusia memiliki kebutuhan konsumsi, ia harus berusaha memenuhinya  dengan sungguh-sungguh dan penuh kesabaran, namun Allah swt kadangkala menguji manusiaah, yakni sesuatu yang tidak menyenangkan menimpa seseorang. Bila musibah menimpa, sebagai muslim idealnya menyikapinya dengan penuh kesabaran yang ditunjukkan dengan mengucapkan bahwa segala sesuatu dari Allah dan akan kembali kepada-Nya, Allah swt berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْسٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوا إِنَّا ِللهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali” (QS 2:155-156).

Membangun umat yang kuat merupakan sesuatu yang amat dibutuhkan oleh kaum muslimin. Kekuatan rohani atau kekuatan mental yang dimiliki bisa jadi akan menimbulkan kekuatan fisik. Kesabaran merupakan salah satu sifat yang bisa meningkatkan kekuatan umat Islam hingga berlipat-lipat, Allah swt berfirman:

يَآءَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُوْنَ صَابِرُوْنَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِّنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَّيَفْقَهُوْنَ

Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, sebabkan mereka kaum yang tidak mengerti (QS Al Anfal [8]:65).

          Dalam konteks berjuang, sabar dan menguatkan kesabaran menjadi kunci keberhasilan yang harus dilakukan, karenanya tidak ada istilah sabar itu terbatas, terus perbanyak dan perkuat, Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS Ali Imran [3]:200).

Dengan demikian, sabar menjadi penolong karena ia bisa menguatkan rohani, dari sini akan terwujud kekuatan berpikir dan kekuatan fisik yang membuatnya sanggup menghadapi berbagai persoalan hidup, seberat apapun persoalan itu.

Sidang Jumat Rahimakumullah.

Kedua, selain sabar, amal yang bisa dijadikan sebagai penolong yang disebutkan dalam ayat di atas adalah shalat. Mendirikan shalat merupakan salah satu bentuk kebaikan yang ditegakkan dengan kehadiran jasmani, rohani dan akal pikiran. Karena itu shalat yang hanya dilaksanakan dengan gerakan fisik dan lisan yang komat-kamit tapi tanpa kehadiran hati tidaklah menunjukkan penyerahan dan pengorbanan diri, hal ini tidak termasuk kebajikan tapi justeru kelalaian, yakni lalai dalam shalatnya karena shalat menuntut penghayatan. Shalat menjadi penolong menurut Wahbah Zuhaili adalah karena shalat induk segala ibadah, jalan penghubung dengan Allah, sarana untuk bermunajat kepada-Nya dan merasakan keagungan-Nya. Ia adalah tempat perlindungan bagi orang yang takut, jalan bagi lenyapnya kesusahan orang-orang yang malang dan faktor ketenangan jiwa kaum beriman.

Bagi orang yang bertaqwa, shalat tidak sekadar dikerjakan, tapi didirikan, yakni ditegakkannya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya sehingga ketika seseorang sudah menunaikan shalat, misalnya shalat mendidik kita menjadi orang yang jujur, maka sesudah shalat kita akan selalu menunjukkan kejujuran, `begitulah seterusnya. Karenanya shalat yang demikian bisa mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar, Allah swt berfirman:

وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Ankabut [29]:45).

Sayyid Quthb dalam tafsirnya menjelaskan: “Ketika usaha sedemikian sulit, maka kadang-kadang kesabaran menjadi lemah. Karena itulah, diiringkan shalat dalam kondisi seperti ini. Sebab, shalat adalah penolong yang tidak akan hilang dan bekal yang tidak akan habis. Shalat juga merupakan penolong yang akan selalu memperbaharui kekuatan dan bekal yang selalu memperbaiki hati. Dengan shalat ini, kesabaran akan tetap ada dan tidak akan terputus. Justeru shalat akan mempertebal kesabaran. Sehingga, akhirnya kaum muslimin akan ridha, tenang, teguh dan yakin.”

Karena shalat begitu penting, maka kedudukan shalat sebagai tiang agama. Itu artinya, keislaman seseorang akan runtuh bila ia tidak disiplin melaksanakan dan mendirikan shalat, khususnya yang lima waktu. Shalat merupakan perintah dan syariat yang berlangsung pada setiap generasi, dari Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw.  Misalnya saja, Nabi Ibrahim as berdoa dengan harapan agar keluarganya mendirikan shalat, ini disebutkan dalam firman-Nya:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim [14]:37).

Selain itu, ketika Nabi Isra Mi’raj dan mendapat perintah shalat 50 waktu, saat berjumpa dengan Nabi Musa as dan ditanya ada perintah apa?, Rasulullah saw menjawab perintah shalat 50 waktu. Maka Nabi Musa menyarankan kepada Rasulullah saw agar minta dikurangi, karena umatmnya saja tidak mampu. Itu artinya Nabi Musa as dan umatnya juga melaksanakan shalat.

Dengan demikian, ketika seorang muslim memiliki sifat sabar dalam arti yang luas dan selalu mendirikan shalat, maka ia mampu menghadapi berbagai persoalan dan ujian, baik ujian yang menyenangkan maupun ujian yang menyengsarakan.

Demikian khutbah Jumat kita yang singkat hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, amin.

بَارَكَ اللَّهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Ketua Departemen Dakwah PP DMI, Ketua LPPD Khairu Ummah, Wakil Ketua PB KBPII, Sekretaris Dewan Syura IKADI (Ikatan Dai Indonesia), Anggota Komisi Dakwah MUI Pusat, Bidang Dakwah KODI DKI Jakarta, Penulis 61 Buku, Trainer Dai, Manajemen Majelis Taklim dan Manajemen Masjid. Komunikasi WA 0812-9021-953

https://ust-ahmadyani.blogspot.com/2024/01/khutbah-sabar-dan-shalat-sebagai.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

KHUTBAH JUMAT Copyright © 2009 Community is Designed by Bie