Kamis, 25 September 2025

Tanda Allah Menghendaki Kebaikan bagi Seorang Hamba

 

Khutbah Pertama

الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبفضله تكثر الحسنات، وبعفوه تغفر الخطيئات. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه أجمعين، ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد، فيا أيها الناس، اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kita semua tentu menginginkan hidup kita berakhir dengan kebaikan, dengan husnul khātimah. Karena amal terakhir kita adalah penentu nasib kita di sisi Allah. Rasulullah telah mengingatkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قِيلَ: كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ الْمَوْتِ

Artinya: “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah akan mempergunakannya.” Ditanyakan: “Bagaimana Allah mempergunakannya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Allah memberinya taufik untuk beramal saleh sebelum ajal menjemputnya.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Hibban – hasan sahih)

 

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Hadis ini menunjukkan bahwa tanda kebaikan seorang hamba bukan terletak pada panjangnya umur, banyaknya harta, atau tingginya kedudukan. Tetapi tanda Allah menghendaki kebaikan adalah ketika Allah mudahkan dia untuk beramal saleh, terlebih menjelang akhir kehidupannya.

Allah Ta‘ālā berfirman dalam Al-Qur’an:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Artinya: “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kematian (yang diyakini).” (QS. Al-Hijr: 99)

Ayat ini menegaskan bahwa kewajiban kita beribadah tidak berhenti, tetapi terus berjalan hingga ajal menjemput. Karena itulah, doa yang seharusnya selalu kita panjatkan adalah agar Allah menutup hidup kita dengan amal yang baik.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Ada beberapa pelajaran penting dari hadis ini:

1.      Taufik amal saleh adalah anugerah terbesar. Kalau kita diberi kemudahan shalat berjamaah, berzikir, membaca Al-Qur’an, menolong sesama, itu semua tanda Allah sedang memilih kita untuk kebaikan.

2.      Amal terakhir menentukan akhir perjalanan hidup. Rasulullah bersabda:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ : إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ، وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ، وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ (رواه البخاري ومسلم)

“Sesungguhnya seseorang beramal dengan amalan ahli surga menurut pandangan manusia, padahal ia termasuk penghuni neraka. Dan seseorang beramal dengan amalan ahli neraka menurut pandangan manusia, padahal ia termasuk penghuni surga. Sesungguhnya amal itu tergantung pada penutupnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

3.      Segeralah beramal, jangan menunda. Kita tidak tahu kapan ajal datang. Bisa jadi hari ini adalah kesempatan terakhir kita berbuat baik.

Maka, janganlah kita menunggu tua untuk beramal, jangan menunda taubat, dan jangan merasa aman dari ajal.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته، إنه هو الغفور الرحيم.

 

 

Khutbah Kedua

الحمد لله حمدًا كثيرًا طيبًا مباركًا فيه كما يحب ربنا ويرضى، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين. أما بعد، فيا أيها الناس، اتقوا الله، فإن تقوى الله فوز لنا في الدنيا والآخرة.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Marilah kita senantiasa memohon kepada Allah agar kita dimasukkan ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang Allah kehendaki kebaikan, yaitu hamba yang diberi taufik untuk beramal saleh hingga akhir hayatnya.

Rasulullah bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ:مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قِيلَ: فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ:مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ (رواه أحمد والترمذي)

“Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Dan seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya namun buruk amalnya.”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Karena itu, mari kita isi umur kita dengan ketaatan, jangan disia-siakan dalam kemaksiatan. Semoga Allah menutup hidup kita dengan husnul khatimah.

اللهم اجعلنا من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه، اللهم اختم بالصالحات أعمالنا، وتوفنا وأنت راضٍ عنا، اللهم ارزقنا حسن الخاتمة، ونعوذ بك من سوء الخاتمة.

عباد الله، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ


فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون.

Kamis, 14 Agustus 2025

SAHABAT SEJATI: PENUNJUK KEKURANGAN KITA

 

Khutbah Pertama

الحمدُ للهِ الَّذِي أَمَرَنَا بِالتَّوَاصِي بِالْحَقِّ وَالتَّوَاصِي بِالصَّبْرِ، وَنَهَانَا عَنِ التَّبَاغُضِ وَالتَّشَاتُمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أُوصِيكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ وَإِيَّايَ أَوَّلًا بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Ma‘asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan rasa syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta‘ala, yang masih memberi kita kesempatan hidup, kesehatan, dan iman, sehingga kita bisa hadir di rumah-Nya yang mulia ini untuk menunaikan ibadah shalat Jumat.


Jamaah yang dirahmati Allah,
Allah Ta‘ala berfirman dalam surat Al-‘Asr:

وَالعَصْرِ۝ إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ۝ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

"Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran." (QS. Al-‘Asr: 1–3)


Ayat ini menegaskan, salah satu ciri orang yang beruntung adalah saling menasihati dalam kebenaran. Nasihat adalah tanda kasih sayang di antara kita, bukan tanda kebencian.

Rasulullah bersabda:

المُؤْمِنُ مِرْآةُ أَخِيهِ

"Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya." (HR. Abu Dawud)

Artinya, seorang mukmin akan membantu saudaranya melihat kesalahannya, sebagaimana cermin memperlihatkan noda di wajah kita, agar kita bisa segera membersihkannya.


Sayyidina Umar bin Khattab r.a., khalifah yang terkenal adil dan tegas, pernah berkata:

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ مَنْ رَفَعَ إِلَيَّ عُيُوبِي

"Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan aibku."


Jamaah yang dimuliakan Allah,

Dari apa yang telah disampaikan oleh sayyidina Umar bin Khattab ra, ada beberapa Pelajaran yang sangat penting untuk kita refleksikan terhadap diri kita sendiri

  1. Keterbukaan hati terhadap kritik
    Manusia cenderung tidak suka jika kesalahannya dibongkar. Namun, Umar r.a. mengajarkan bahwa menerima kritik adalah tanda kebesaran jiwa.

  2. Kritik adalah bentuk kasih sayang
    Dalam Islam, saling menasihati adalah bagian dari ukhuwah. Mengingatkan saudara seiman agar tidak terjerumus dalam dosa adalah bukti kasih sayang, bukan benci.

  3. Perbaikan diri berawal dari pengakuan kelemahan
    Jika kita tidak mengetahui kekurangan kita, kita akan sulit memperbaikinya. Kritik adalah cermin yang membantu kita melihat diri sendiri dengan jelas.


Ma’asyiral Mu’minin rashimakumullah

Betapa mulianya sikap ini. Umar r.a. tidak membenci teguran, bahkan beliau mencintai orang yang mengingatkannya. Karena beliau sadar, nasihat adalah jalan menuju perbaikan diri.

Hari ini, kita sering melihat orang marah ketika dikritik. Padahal, nasihat yang tulus adalah bukti kepedulian. Teman sejati bukanlah yang selalu memuji, tapi yang berani mengingatkan kita saat salah.

بارك الله فى القرآن العظيم ....


 

Khutbah Kedua

الحمدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

Ma‘asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita buka hati untuk menerima nasihat. Jadikan teguran sebagai cermin untuk memperbaiki diri. Dan ketika kita menasihati, lakukanlah dengan hikmah, kelembutan, dan niat yang tulus karena Allah.

Mari kita saling menjaga, saling mengingatkan, dan saling mendoakan, agar kita semua selamat di dunia dan di akhirat.

Doa
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا، وَوَفِّقْهُمْ لِمَا فِيهِ خَيْرُ البِلَادِ وَالعِبَادِ، وَاجْعَلْ بَلَدَنَا هَذَا بَلَدًا آمِنًا مُطْمَئِنًّا سَخَّاءً رَخَاءً وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِينَ.

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

Kamis, 11 Januari 2024

SABAR DAN SHALAT SEBAGAI PENOLONG

Oleh: Drs. H. Ahmad Yani

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللَّهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Dalam hidup ini, manusia tidak lepas dari berbagai persoalan, satu masalah belum selesai, sudah datang masalah baru yang kadang lebih besar dan lebih sulit. Ini merupakan ujian yang harus dihadapi. Tidaklah Allah swt memberikan ujian, kecuali manusia bisa menghadapi dan mengatasinya. 

Meskipun demikian, manusia memerlukan pertolongan untuk bisa mengatasi persoalan yang dihadapi, ternyata Allah swt mengemukakan apa yang harus dilakukan sebagai sarana untuk dijadikan sebagai penolong. Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah [2]:153).

Dari ayat di atas, ada dua hal yang dapat dijadikan oleh setiap mukmin sebagai penolong untuk bisa menghadapi dan mengatasi persoalan yang dihadapi. Maka, menjadi penting bagi kita untuk mengkajinya. Pertama, sabarDalam hidup dan perjuangan, manusia membutuhkan penguatan rohani agar dapat ,menjalaninya dengan baik. Untuk itu, manusia membutuhkan pertolongan dan ternyata, Allah swt menegaskan betapa pentingnya menjadikan sabar sebagai penolongnya.

Secara harfiyah, sabar berasal dari kata sabara-yasbiru-sabran yang artinya menahan atau mengekang. Sabar adalah menahan diri dari bersikap, berbicara dan bertingkah laku yang tidak dibenarkan oleh Allah swt dalam berbagai keadaan yang sulit, berat dan mencemaskan. Sabar juga bermakna ketabahan dalam menerima suatu kesulitan dan kepahitan, baik secara jasmani seperti menanggung beban dengan badan berupa beratnya suatu pekerjaan, sakit, dll, maupun rohani seperti menahan keinginan yang tidak benar. Sabar menjadi penolong karena menurut Wahbah Zuhaili, ia adalah faktor mental yang kuat pengaruhnya terhadap jiwa. Sabar memperkuat tekad dan meneguhkan kemauan dalam menanggung segala kesukaran, apalagi Allah swt selalu bersama orang yang sabar

Di dalam kata sabar mengandung makna yang sedemikian luas dalam berbagai keadaan sehingga istilahnyapun berbeda-beda. Ketika seseorang mendapatkan musibah maka ia harus sabar yang lawannya adalah jaza’u (keluh kesah). Ketika ia hidup berkecukupan atau berlebihan, maka ia harus mengendalikan nafsu yang disebut dengan zuhud yang kebalikannya adalah serakah (al hirshu). Jika ia menghadapi peperangan kesabarannya disebut dengan syaja’ah (berani), bukan jubnu (takut, pengecut), jika ia sedang marah kesabarannya adalah lemah lembut (al hilmu) yang lawannya adalah emosional (tadzammur), jika ia menghadapi bencana, maka sabarnya adalah lapang dada, jika ia menyimpan perkataan (rahasia), maka sabarnya adalah kitmanus sirri, jika ia memperoleh sesuatu yang tidak banyak, maka sabarnya adalah qona’ah (menerima).

Setiap manusia memiliki kebutuhan konsumsi, ia harus berusaha memenuhinya  dengan sungguh-sungguh dan penuh kesabaran, namun Allah swt kadangkala menguji manusiaah, yakni sesuatu yang tidak menyenangkan menimpa seseorang. Bila musibah menimpa, sebagai muslim idealnya menyikapinya dengan penuh kesabaran yang ditunjukkan dengan mengucapkan bahwa segala sesuatu dari Allah dan akan kembali kepada-Nya, Allah swt berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْسٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوا إِنَّا ِللهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali” (QS 2:155-156).

Membangun umat yang kuat merupakan sesuatu yang amat dibutuhkan oleh kaum muslimin. Kekuatan rohani atau kekuatan mental yang dimiliki bisa jadi akan menimbulkan kekuatan fisik. Kesabaran merupakan salah satu sifat yang bisa meningkatkan kekuatan umat Islam hingga berlipat-lipat, Allah swt berfirman:

يَآءَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُوْنَ صَابِرُوْنَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِّنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَّيَفْقَهُوْنَ

Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, sebabkan mereka kaum yang tidak mengerti (QS Al Anfal [8]:65).

          Dalam konteks berjuang, sabar dan menguatkan kesabaran menjadi kunci keberhasilan yang harus dilakukan, karenanya tidak ada istilah sabar itu terbatas, terus perbanyak dan perkuat, Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS Ali Imran [3]:200).

Dengan demikian, sabar menjadi penolong karena ia bisa menguatkan rohani, dari sini akan terwujud kekuatan berpikir dan kekuatan fisik yang membuatnya sanggup menghadapi berbagai persoalan hidup, seberat apapun persoalan itu.

Sidang Jumat Rahimakumullah.

Kedua, selain sabar, amal yang bisa dijadikan sebagai penolong yang disebutkan dalam ayat di atas adalah shalat. Mendirikan shalat merupakan salah satu bentuk kebaikan yang ditegakkan dengan kehadiran jasmani, rohani dan akal pikiran. Karena itu shalat yang hanya dilaksanakan dengan gerakan fisik dan lisan yang komat-kamit tapi tanpa kehadiran hati tidaklah menunjukkan penyerahan dan pengorbanan diri, hal ini tidak termasuk kebajikan tapi justeru kelalaian, yakni lalai dalam shalatnya karena shalat menuntut penghayatan. Shalat menjadi penolong menurut Wahbah Zuhaili adalah karena shalat induk segala ibadah, jalan penghubung dengan Allah, sarana untuk bermunajat kepada-Nya dan merasakan keagungan-Nya. Ia adalah tempat perlindungan bagi orang yang takut, jalan bagi lenyapnya kesusahan orang-orang yang malang dan faktor ketenangan jiwa kaum beriman.

Bagi orang yang bertaqwa, shalat tidak sekadar dikerjakan, tapi didirikan, yakni ditegakkannya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya sehingga ketika seseorang sudah menunaikan shalat, misalnya shalat mendidik kita menjadi orang yang jujur, maka sesudah shalat kita akan selalu menunjukkan kejujuran, `begitulah seterusnya. Karenanya shalat yang demikian bisa mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar, Allah swt berfirman:

وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Ankabut [29]:45).

Sayyid Quthb dalam tafsirnya menjelaskan: “Ketika usaha sedemikian sulit, maka kadang-kadang kesabaran menjadi lemah. Karena itulah, diiringkan shalat dalam kondisi seperti ini. Sebab, shalat adalah penolong yang tidak akan hilang dan bekal yang tidak akan habis. Shalat juga merupakan penolong yang akan selalu memperbaharui kekuatan dan bekal yang selalu memperbaiki hati. Dengan shalat ini, kesabaran akan tetap ada dan tidak akan terputus. Justeru shalat akan mempertebal kesabaran. Sehingga, akhirnya kaum muslimin akan ridha, tenang, teguh dan yakin.”

Karena shalat begitu penting, maka kedudukan shalat sebagai tiang agama. Itu artinya, keislaman seseorang akan runtuh bila ia tidak disiplin melaksanakan dan mendirikan shalat, khususnya yang lima waktu. Shalat merupakan perintah dan syariat yang berlangsung pada setiap generasi, dari Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw.  Misalnya saja, Nabi Ibrahim as berdoa dengan harapan agar keluarganya mendirikan shalat, ini disebutkan dalam firman-Nya:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim [14]:37).

Selain itu, ketika Nabi Isra Mi’raj dan mendapat perintah shalat 50 waktu, saat berjumpa dengan Nabi Musa as dan ditanya ada perintah apa?, Rasulullah saw menjawab perintah shalat 50 waktu. Maka Nabi Musa menyarankan kepada Rasulullah saw agar minta dikurangi, karena umatmnya saja tidak mampu. Itu artinya Nabi Musa as dan umatnya juga melaksanakan shalat.

Dengan demikian, ketika seorang muslim memiliki sifat sabar dalam arti yang luas dan selalu mendirikan shalat, maka ia mampu menghadapi berbagai persoalan dan ujian, baik ujian yang menyenangkan maupun ujian yang menyengsarakan.

Demikian khutbah Jumat kita yang singkat hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, amin.

بَارَكَ اللَّهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Ketua Departemen Dakwah PP DMI, Ketua LPPD Khairu Ummah, Wakil Ketua PB KBPII, Sekretaris Dewan Syura IKADI (Ikatan Dai Indonesia), Anggota Komisi Dakwah MUI Pusat, Bidang Dakwah KODI DKI Jakarta, Penulis 61 Buku, Trainer Dai, Manajemen Majelis Taklim dan Manajemen Masjid. Komunikasi WA 0812-9021-953

https://ust-ahmadyani.blogspot.com/2024/01/khutbah-sabar-dan-shalat-sebagai.html

Rabu, 30 Agustus 2017

Khutbah Idul Adha 1438 H. MENJADI MANUSIA CERDAS

MENJADI MANUSIA CERDAS

Drs. H. Ahmad Yani
Ketua LPPD Khairu Ummah, Bidang Dakwah PP DMI, Bidang Dakwah KODI (Kordinasi Dakwah Islam) DKI Jakarta, Wakil Ketua Umum PB KB PII, Penulis 40 Buku Manajemen Masjid, Dakwah dan Keislaman

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله 3x
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.

Setiap kita menginginkan kehidupan di dunia berlangsung secara baik, kehidupan yang adil, aman dan sejahtera. Tapi, yang terjadi seringkali sebaliknya. Keadilan, keamaan dan kesejahteraan tidak dirasakan oleh banyak orang.

Salah satu doa Nabi Ibrahim as adalah agar negara berada dalam keadaan aman dan memperoleh rizki yang cukup dari Allah swt, bahkan Allah swt memberikan kepada semua penduduk meskipun mereka tidak beriman, beliau berdoa:
إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".”(QS Al Baqarah [2]:126).

Agar kehidupan di dunia dapat berlangsung sebagaimana harapan kita, baik secara pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa, maka dibutuhkan kecerdasan. Tapi, kecerdasan yang dimaksud bukanlah seperti yang umum kita pahami. Kita selama ini memahami orang cerdas itu orang yang memiliki gelar kesarjanaan, orang yang jabatannya tinggi, orang yang pandai bicara dan seterusnya. Karena itu, kita harus merujuk kepada Rasulullah saw tentang seperti apa orang yang cerdas itu.

Pada kesempatan ini, kita bahas tiga kriteria atau bukti untuk mengukur seseorang itu cerdas atau tidak. Pertama, berpikir tentang akibat dari perbuatannya, sehingga bila akibatnya baik bagi diri, keluarga dan masyarakat akan dilakukannya, bila ternyata sebaliknya maka ia tidak akan melakukannya, seberapa besarpun keinginan melakukannya, Rasulullah saw bersabda:
لَا عَقْلَ كَالتَّدْبٍيْرِ
Tidak ada kecerdasan melebihi orang yang berpikir tentang akibat dari perbuatannya (HR.Ibnu Majah)

 Secara pribadi, orang yang berpikir tentang akibat buruk yang bakal terjadi pada dirinya secara fisik dan mental, niscaya tidak akan melakukan suatu perbuatan buruk, seberapapun besarnya keinginan melakukan hal itu. Orang yang merokok, mengkonsumsi narkoba, minuman keras hingga melakukan perzinahan termasuk dengan yang sesama jenis, itu semua adalah diantara contoh orang yang tidak berpikir tentang akibat perbuatannya.

Sebagai anggota keluarga, apalagi bila kedudukannya sebagai ayah, ibu dan kakak, terlebih lagi sebagai paman, bibi dan kakek niscaya tidak akan melakukan perbuatan yang berdampak buruk bagi keluarganya, khususnya yang terkait dengan pembentukan karakter, karena seharusnya dalam keluarga kita bisa diteladani dalam soal yang baik.

Hal yang amat penting adalah bila kita menjadi pemimpin, mulai dari tingkatan yang rendah dalam masyarakat hingga paling tinggi dalam negara. Yang dilakukan pemimpin adalah mengambil kebijakan dan membuat peraturan, bila yang dilakukan berakibat buruk pada masyarakat yang dipimpinnya, itu namanya pemimpin yang tidak menggunakan akalnya. Betapa rugi jadi pemimpin bila kebijakannya membuat orang yang semula mampu menjadi lemah, orang yang semula berkecukupan menjadi kekurangan, apalagi orang yang semula baik menjadi durhaka. Dari sisi ekonomi, jangan sampai pemimpin itu mempersulit rakyat yang dipimpinnya, sehingga masyarakat yang sudah susah bertambah susah. Para pemimpin tentu sudah belajar dan studi banding tentang negara yang memberi pelayanan terbaik pada masyarakatnya. Sebut saja misalnya kebijakan jalan tol di luar negeri. Masyarakat hanya bayar tol beberapa tahun saja untuk mengembalikan biaya pembangunannya. Ketika sudah tertutupi, maka jalan tol itu menjadi gratis, sedangkan perawatan dan perbaikan jalan itu selanjutnya diambil dananya dari pajak kendaraan. Bandingkan di negara kita yang undang-undangnya justeru tarif tol itu naik setiap dua tahun.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.  

Kedua, orang yang cerdas cirinya adalah mampu mengendalikan diri. Ini membuat ia tidak akan menuruti saja apa yang diinginkan dan hendak dilakukan. Bila baik, ia lakukan, bila buruk ia tinggalkan. Rasulullah saw bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
Orang yang cerdas ialah siapa saja yang dapat menundukkan jiwanya (agar selalu taat kepada Allah) dan ia senantiasa beramal untuk hari (akhirat) sesudah kematiannya.”

Karena itu, salah satu ukuran keimanan adalah hawa nafsu mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw, beliau bersabda: 
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (syari’at Islam). (HR. Thabrani).

Dalam konteks kehidupan Nabi Ibrahim as dan Keluarganya, nampak sekali betapa mereka mampu mengendalikan diri dalam ketundukan kepada Allah swt. Logika hawa nafsu tidak ada, yang ada adalah logika dan hati yang terkendali dalam ketaatan dan kepasrahan, perintah yang berat dan tidak menyenangkan secara duniawi tetap dilaksanakan, bahkan godaan syaitan dilawan dengan penuh kesungguhan.

Dalam kehidupan sekarang, banyak orang yang tidak mampu mengendalikan dirinya, akibatnya mereka lakukan apa yang tidak boleh dilakukan, meskipun hal itu merusak citra diri dan keluarga, bahkan memalukan teman dan masyarakatnya. Nabi Ibrahim as sangat tidak ingin merusak citra dirinya, karenanya salah satu doanya adalah:
رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ.وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الآخِرِينَ
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian (QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 83-84)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah. 

Ketiga, orang cerdas juga digambarkan dalam hadits di atas dalam bentuk ingat mati sehingga ia bekerja untuk kepentingan akhirat. Di dalam hadits lain, Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa ada seorang Anshar yang menghadap Rasulullah saw saat Ibnu Umar duduk bersama beliau.
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

“Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah)

Bila kita sudah menyadari kepastian adanya kematian, maka kita tidak akan mensia-siakan kehidupan di dunia yang tidak lama. Kita akan berusaha mengefektifkan perjalanan hidup di dunia ini untuk melakukan sesuatu yang bisa memberikan nilai positif, tidak hanya dalam kehidupan di dunia tapi juga di akhirat karena kehidupan dunia merupakan saat mengumpulkan bekal yang sebanyak-banyaknya untuk kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat, karena kematian pada hakikatnya adalah perjumpaan dengan Allah swt yang tentu saja harus dengan bekal amal shaleh yang sebanyak-banyaknya, sebagaimana firman-Nya:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (QS Al Kahfi [18]:110).

Oleh karena sebagai apapun kita dalam hidup ini dan apapun yang kita kerjakan, seharusnya hal itu bisa menjadi bekal bagi kehidupan sesudah kematian. Dalam konteks ibadah haji, perjalanan pergi dan pulang yang paling lama hanya 40 hari, para jamaah harus membekali diri dan bekal yang paling utama adalah ketaqwaan kepada Allah swt. Allah swt berfirman:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS Al Baqarah [2]:197).

Maka, untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, tidak ada bekal yang terpenting bagi kita, kecuali ketaqwaan, taqwa dengan sebenar-benarnya, yakni selalu berusaha melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan segala larangan-Nya. Taqwa dimanapun kita berada.

Nabi Ibrahim as, Ismail as dan Siti Hajar adalah diantara contoh orang yang berdas sebagaimana yang sudah kita bahas. Karena amat penting bagi kita untuk meneladani mereka, bahkan Rasulullah saw harus mengambil keteladanan darinya, Allah swt berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4)

       Akhirnya kita berharap, semoga kita termasuk orang-orang yang cerdas, meningkatkan kecerdasan apalagi bagi orang yang sudah menunaikan ibadah haji dan yang sedang menyelesaikan ibadah haji tahun ini, kita doakan semoga semua mereka menjadi haji yang mabrur.

Demikian khutbah kita hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, akhirnya marilah kita tutup dengan doa:

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.


 

KHUTBAH JUMAT Copyright © 2009 Community is Designed by Bie